Mohon tunggu...
Sri Arum Anjan Lestari
Sri Arum Anjan Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Bullying Terhadap Interaksi Siswanya Sekolah Dasar

18 Januari 2025   18:42 Diperbarui: 18 Januari 2025   18:42 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekolah memiliki peran yang signifikan dalam proses mencerdaskan generasi bangsa.

Namun, ironisnya, sekolah tidak hanya menjadi tempat untuk meningkatkan pengetahuan

siswa, melainkan juga menjadi ajang kekerasan. Kekerasan tersebut bisa terjadi antara siswa

dan guru, guru dan siswa, atau bahkan sesama siswa. Semakin banyak insiden kekerasan yang

dilakukan oleh siswa di sekolah, ini tentu menjadi sumber kekhawatiran dan kegelisahan.

Tindakan kekerasan ini menjadi bukti dari hilangnya moral dan kemanusiaan. Meskipun

seringnya kita mendengar tentang tawuran antar pelajar sebagai bentuk kekerasan di sekolah,

sebenarnya masih banyak bentuk kekerasan lain yang terjadi dan bisa memiliki dampak yang

lebih serius. Kekerasan dalam konteks pendidikan bisa terjadi di dalam maupun di luar sekolah,

baik di sekolah umum maupun di pesantren.

Menurut penelitian (Emi, Syahrial, and Hardi 2021) (Emi, Syahrial, and Hardi 2021) Salah

satu permasalahan yang sering terjadi dikalangan pelajar adalah perundungan atau bullying.

Kata bullying berasal dari bahasa Inggris yang berarti 'menindas'. Bullying dalam bidang

pendidikan merupakan salah satu tindak pidana yang sering dihadapi oleh pelajar. Menurut

definisi Rigby yang dikutip dalam penelitian Emi et al., bullying adalah keinginan untuk

menyakiti korbannya, dan keinginan tersebut diwujudkan melalui tindakan yang menimbulkan

rasa sakit. Sekalipun dilakukan dengan baik, proses ini sering kali dilakukan berulang kali oleh

individu atau kelompok yang mempunyai kekuasaan, terlepas dari tanggung jawab

mereka.Penindasan adalah serangkaian ancaman yang dimaksudkan untuk menyebabkan

kerugian fisik atau emosional. Keterampilan sosial mengacu pada kemampuan individu dalam

mengelola emosinya dalam berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan empati, dan

mengendalikan emosi diri sendiri dan orang lain agar dapat berinteraksi dengan baik dengan

teman sebaya atau orang dewasa di sekitarnya. Pentingnya memperhatikan interaksi sosial

dalam mengembangkan keterampilan social.

Menurut (Suyokmuti 2013) interaksi sosial melibatkan berbagai tindakan atau kegiatan

yang melibatkan dua orang atau lebih, masing-masing dengan tujuan dan orientasi yang

berbeda. Namun, perilaku bullying dapat mengganggu interaksi sosial siswa, membuat mereka

merasa terasing dan kesulitan untuk berinteraksi dengan baik di lingkungan sekolah.

METODE

Artikel ini menerapkan pendekatan penelitian deskriptif dan kualitatif dalam melakukan

tinjauan pustaka, yang melibatkan pengumpulan data dari literatur atau artikel ilmiah yang

mengeksplorasi esensi literatur tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggabungkan

kedua pendekatan tersebut. Selain itu, penelitian ini memberikan informasi tanpa melakukan

manipulasi atau tambahan perlakuan lainnya. Sumber utama data dalam penelitian ini adalah

artikel-artikel ilmiah terdahulu yang terkait dengan literatur kajian seperti buku metodologi

penelitian, artikel berita, artikel online, dan literatur relevan lainnya.Mengenai metode tersebut,

(Winartha 2006) menjelaskan bahwa analisis kualitatif adalah suatu metode yang melibatkan

proses menganalisis, menafsirkan dan merangkum berbagai data yang dikumpulkan melalui

wawancara atau langsung dalam konteks suatu pertanyaan penelitian. Sementara itu, (Sugiyono

2008) Penelitian kualitatif, yang didefinisikan sebagai pendekatan penelitian yang berakar pada

filosofi postpositivisme, umumnya diterapkan dalam konteks situasi dunia nyata di mana

peneliti menjadi instrumen utama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan

pemahaman yang lebih mendalam kepada pembaca tentang hubungan antara perilaku bullying

dan interaksi siswa di sekolah dasar. Harapannya, pembaca akan memperoleh keahlian dan

perspektif yang memadai untuk menerapkan metode dan konsep berbeda dalam melakukan

tinjauan pustaka dalam penelitian mereka dengan efektif dan efisien, sehingga menghasilkan

karya tulis yang berkualitas. Artikel ini menggunakan metode interpretasi kualitatif dan

termasuk dalam kategori penelitian tinjauan pustaka, yang melibatkan pengumpulan data dari

artikel ilmiah yang relevan dengan tinjauan pustaka tersebut.

Penelitian ini menggabungkan pendekatan deskriptif dan kualitatif serta menyajikan

data tanpa melakukan manipulasi atau menggunakan metode tambahan lainnya (Winartha

2006). Sumber utama data dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen ilmiah terdahulu

yang terkait dengan penelitian kepustakaan, seperti buku metode penelitian, artikel berita,

artikel internet, dan dokumen lainnya. Sebagaimana dikemukakan oleh (Sugiyono 2008)

penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berakar pada filosofi postpositivisme,

yang digunakan untuk melakukan penelitian dalam konteks situasi nyata di mana peneliti

menjadi instrumen utamanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman

yang lebih mendalam kepada pembaca tentang hubungan antara perilaku bullying dan interaksi

siswa di sekolah dasar. Kami yakin bahwa pembaca memiliki minat dan wawasan untuk

mengeksplorasi berbagai metode dan konsep, menggunakan literatur yang sesuai, dan

menyampaikan produk tulisan yang berkualitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Definisi dan Aspek Bullying

1. Definisi Bullying

(Amini 2008)Secara etimologis, kata 'bully' dalam bahasa Indonesia berarti pengganggu

atau orang yang menindas pihak yang lemah. Kata "menakut-nakuti" dapat diterjemahkan

menjadi "sentuhan" (dari kata "cacat"), orang yang menunjukkan perilaku tersebut disebut

"pemfitnah". "Pelecehan" berarti melecehkan, melecehkan, atau menghalangi orang lain. Oleh

karena itu, bullying dapat diartikan sebagai penggunaan kekerasan atau pemaksaan terhadap

individu atau kelompok terhadap mereka yang dianggap lemah atau tidak berdaya. Menurut

Tatum, intimidasi adalah "niat yang disengaja dan disengaja untuk menyakiti orang lain dan

menyebabkan orang tersebut tertekan." Menurut (Meggit 2013) perilaku bullying merupakan

tekanan dan ancaman yang terus-menerus terhadap seseorang. Ini merusak secara emosional

dan juga fisik. Berdasarkan definisi di atas, kita dapat menegaskan bahwa perilaku bullying

adalah suatu tindakan negatif yang berulang kali merugikan atau melukai korban secara verbal,

fisik, atau emosional. Hal ini menyebabkan korban menjadi depresi, takut, trauma, dan

kehilangan rasa percaya diri. Seringkali pelaku intimidasi menganggap dirinya lebih berkuasa

dibandingkan korbannya. Perilaku bullying memberikan dampak negatif pada korbannya, baik

secara fisik maupun emosional, serta mempengaruhi kemampuan mereka dalam bersosialisasi.

2. Aspek-Aspek Bullying

Bullying di lingkungan sekolah dapat didefinisikan sebagai tindakan kriminal yang

terjadi berulang kali oleh individu atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan atas siswa

lain yang dianggap lebih lemah, dengan tujuan untuk menyakiti korban. (Wiyani 2014)

Mengklasifikasikan lima kategori perilaku bullying sebagai berikut:

A. Kontak fisik tidak langsung, termasuk tindakan seperti memukul, mendorong,

menggigit, meninju, mengurung seseorang di dalam ruangan, mencakar, menginjak, dan

merusak barang milik orang lain.

B. Pelecehan verbal, yang mencakup aktivitas seperti mengancam, mengintimidasi,

menghina, mengumpat, menggunakan ekspresi yang merendahkan, mengkritik, atau

menyebarkan rumor.

C. Perilaku tidak langsung, seperti mengejek, menjulurkan lidah, melontarkan komentar

sarkastik, atau menggunakan ekspresi wajah yang mengancam, sering kali terjadi dalam

konteks perundungan fisik atau verbal.

D. Perilaku verbal tidak langsung, meliputi tindakan seperti mengabaikan seseorang,

menganiaya seseorang hingga memutuskan persahabatan, meniru identitas seseorang

dengan sengaja, atau mengirimkan surat kaleng.

E. Kekerasan berbasis gender, kadang-kadang dikategorikan sebagai kekerasan fisik atau

verbal.

Jenis, Wujud dan Pengaruh Bullying.

Barbara coloroso merangkum berbagai pendapat ahli dan membagi bullying kedalam empat

jenis, yaitu:

1. Bullying Verbal

(Sucipto n.d.) Bullying banyak terjadi pada anak-anak dan remaja di sekolah. Ancaman

dapat berupa ancaman fisik, non fisik, maupun verbal. Berdasarkan definisi di atas, bullying

dianggap sebagai sesuatu yang dialami siswa di sekolah. Bullying jenis ini dapat dideteksi

melalui metode mendengarkan. Pelecehan verbal; makian, umpatan, makian, kritik pedas,

hinaan (pribadi dan rasis), bahasa seksual atau terkait gender, ancaman, ancaman email,

tuduhan palsu, gosip, dll. termasuk penggunaan. (Sejiwa 2008) Bentuk-bentuk pelecehan

verbal yang umum terjadi di sekolah antara lain hinaan seperti 'goblog', 'jayus lo' (lekat/tidak

suka), 'gemuk lo', tuduhan, teriakan, gosip dan fitnah.Dalam pelecehan verbal, senjata utama

yang digunakan untuk melukai korban adalah kata-kata. Kata-kata kasar digunakan untuk

menurunkan harga diri anak dan dapat merusak suasana hatinya. Pelecehan verbal adalah salah

satu bentuk kekerasan atau pemaksaan yang sering dilakukan baik oleh anak perempuan

maupun laki-laki. Pelecehan verbal dapat dengan mudah terjadi di mana saja dan terhadap siapa

saja, termasuk anak-anak, orang dewasa, atau teman sebaya. Bentuk kekerasan verbal sangat

beragam dan paling sering terjadi di lingkungan sekolah.

2. Bullying Fisik

(Ardila n.d.) Beberapa contohnya adalah hukuman fisik seperti memukul, melempar

barang, menendang, melempar, meludah, mengumpat, melempar barang, mengumpat,

membentak, mendorong, bersorak, bergosip, dan menolak. . Pelecehan juga dapat terjadi

dengan cara merusak atau mengambil barang milik korban, seperti merobek, menulis,

melempar, merampas, mencuri. (Sucipto n.d.)Secara umum, perilaku laki-laki lebih cenderung

melibatkan kekerasan fisik dibandingkan kecenderungan perempuan yang menggunakan taktik

non-fisik.

3. Bullying sosial atau relasional (pengabaian)

(Desmita 2005) Penindasan dalam hubungan digunakan untuk menjauhkan atau

menolak teman atau bahkan memutuskan persahabatan Penindasan ini terjadi melalui tindakan

seperti pengabaian, isolasi, atau penghindaran, yang mengakibatkan penurunan harga diri

korban secara terus-menerus. Perilaku penindasan juga dapat berupa tindakan halus seperti

meringis, menatap, bernapas berat, gemetar, menggoda, atau ekspresi tubuh yang negatif. Sifat

atau gaya hidup pelaku intimidasi memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan

siswa, dan dapat memicu terjadinya intimidasi.

4. Bullying media sosial

(Ed.D 2010) Kekejaman yang tanpa belas kasihan adalah istilah yang sesuai untuk

menggambarkan dilema etika dalam era digital yang dikenal sebagai cyberbullying.

Cyberbullying mencakup segala bentuk komunikasi elektronik yang bertujuan untuk menyakiti,

mengintimidasi, mempermalukan, atau meminggirkan individu yang rentan. Masalah

penindasan sering kali muncul karena ketidaksepakatan mengenai urgensi permasalahan dan

upaya penanggulangannya. Kurangnya kebijakan pemerintah yang komprehensif untuk

mengatasi masalah ini juga memperburuk situasi. Sekolah yang terpengaruh oleh bullying

seringkali memiliki ciri-ciri seperti perilaku diskriminatif antara guru dan siswa, kegagalan

dalam memantau dan mengarahkan perilaku staf pengajar dan petugas keamanan, adanya

perbedaan sosial antara siswa dari latar belakang ekonomi yang berbeda, disiplin sekolah yang

ketat atau longgar, serta kurangnya kepemimpinan yang memadai dan kebijakan yang Tanda-Tanda Anak Menjadi Korban Bullying

Penindasan adalah perilaku kompleks yang diakibatkan oleh berbagai faktor. Langkah

pertama untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memahami faktor-faktor yang dapat

menyebabkan perilaku bullying. Perilaku bullying sulit diubah karena:

A. Bagi sebagian anak, ditindas adalah cara untuk dikenali oleh teman-temannya.

B. Penindasan digunakan sebagai alat identifikasi; Karena keinginan untuk disukai

sangat kuat pada masa kanak-kanak, mengubah perilaku buruk menjadi perilaku

baik merupakan tugas yang menantang.

C. Hubungan antara korban dan pelaku memegang peranan penting; Jika pelaku merasa

mempunyai kendali atas korbannya, maka perundungan akan terus berlanjut.

(Sucipto n.d.) Di sekolah, tanda-tanda bahwa seorang anak menjadi korban bullying

sering kali diamati oleh sesama siswa dan termasuk:

a) Penurunan prestasi akademis.

b) Absensi yang tidak teratur.

c) Kehilangan minat pada pekerjaan sekolah atau PR.

d) Kesulitan berkonsentrasi saat belajar.

e) Berkurangnya minat pada kegiatan sekolah.

f) Mengurangi partisipasi dalam kegiatan yang sebelumnya disukai.

Akibat atau Dampak Bullying dan Strategi untuk Mengatasinya

1. Akibat Bullying

(Sejiwa 2008) penindasan adalah masalah serius dalam kesehatan masyarakat. Orang

yang mengalami pelecehan saat masih anak-anak sering kali mengalami trauma dan kekurangan

kepercayaan diri saat dewasa. Di sisi lain, pelaku intimidasi kemungkinan besar akan terlibat

dalam aktivitas kriminal. Meskipun belum ada penelitian serupa di Indonesia, namun penting

untuk memahami dampak bullying terhadap anak-anak kita. Hasil penelitian para ahli termasuk

Rigby (Astuti 2008) Bullying yang sering terjadi di sekolah umumnya memiliki tiga faktor yang

saling berhubungan:

A. Terdapat perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pelaku yang memberikan

kesenangan pada dirinya sendiri dengan merugikan korban.

B. C. Proses ini tidak stabil dan menimbulkan perasaan cemas pada korban.

Perilaku ini terjadi secara berulang atau terus-menerus.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bullying memiliki tiga ciri khusus, yaitu

perilaku agresif yang bertujuan merugikan korban, tindakan tidak pantas yang menimbulkan

tekanan dan ketakutan pada korban, dan perilaku tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka

waktu yang lama.

2. Dampak Dari Perilaku Bullying

(Sanders 2004) Bullying di sekolah mempunyai dampak yang sangat besar terhadap

pelaku, korban dan siswa lainnya. Semakin banyak bukti yang menunjukkan dampak negatif

jangka panjang dari penindasan terhadap korban dan pelaku. Keterlibatan dalam intimidasi di

sekolah telah terbukti berkontribusi terhadap penolakan teman sebaya, perilaku menyimpang,

kenakalan remaja, kejahatan, depresi, dan kekerasan berikutnya. Meskipun statistik yang

memadai mengenai isu intimidasi masih sedikit karena surveimasih baru, dampak negatif

seperti depresi dan kecemasan tampaknya masih signifikan baik bagi pelaku maupun korban.

Strategi Untuk Mengatasi Bullying

Ada berbagai strategi untuk memerangi terorisme (Astuti 2008):

A. Strategi tersebut mengutamakan bukti nyata, dengan fokus pada penggunaan bukti yang

menunjukkan konsekuensi negatif dari perilaku teroris untuk meningkatkan kesadaran

akan konsekuensi serius dari tindakan tersebut. Lahir pada tahun,

B. Strategi ini melibatkan pengurangan dan penerimaan norma-norma baru (pendidikan

ulang normatia), yang mengarah pada pemberian dan adaptasi norma-norma baru yang

mendorong perilaku baik dan menghindari tindakan yang merugikan orang lain. Strategi

yang menekankan perubahan pribadi (usaha koersif) bertujuan untuk memotivasi orang

untuk mengubah perilakunya dengan mendorong mereka untuk belajar bahwa

merugikan orang lain adalah salah dan tidak dapat diterima.

Program anti-intimidasi di sekolah masih menjadi masalah serius di Indonesia. Departemen

Pendidikan hanya menangani perundungan berdasarkan Undang-Undang Perilaku Sekolah,

yang umumnya mencakup tanggung jawab kepala sekolah, konselor, atau guru. Selain itu,

sekolah tidak mengambil tindakan efektif untuk menghadapi ancaman, seperti pelatihan khusus

yang diberikan oleh guru atau administrator yang terlatih untuk menghadapi ancaman.

Interaksi Sosial dan Aspek-Aspek Interaksi Sosial

(Susanto 2011) Bartal menyatakan bahwa perilaku sosial adalah tindakan yang dilakukan

secara sukarela, dimana individu dapat memberikan manfaat atau kegembiraan kepada orang

lain tanpa mengharapkan imbalan eksternal. Kemampuan sosial mencakup kemampuan anak

untuk mengelola emosi mereka sendiri dalam hubungannya dengan orang lain, menunjukkan

empati dan perhatian terhadap sesama manusia, serta kemampuan untuk mengatur emosi baik

dalam diri sendiri maupun orang lain sehingga dapat berinteraksi secara positif dengan teman

sebaya atau orang dewasa di sekitarnya. Penting untuk memperhatikan interaksi sosial agar

mencapai kemampuan sosial yang baik.

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial dan Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

1. Definisi Interaksi Sosial 2. Aspek-Aspek Interaksi Sosial

Interaksi sosial, menurut (Sentosa 2006), Hal ini mengacu pada hubungan dan ketergantungan

antara satu kelompok dengan anggota kelompok lainnya, serta hubungan antara anggota

kelompok secara keseluruhan. Ini juga mencakup hubungan antara dua orang atau lebih, yang

melibatkan masing-masing orang. Untuk mewujudkan kerjasama yang baik, Slamet Santoso

menjelaskan banyak faktor pendukungnya:

A. Adanya Hubungan: Segala interaksi yang terjadi antara individu dan kelompok

disebabkan oleh interaksi manusia.

B. Partisipasi Individu: Interaksi yang efektif memerlukan partisipasi individu yang

terlibat dalam hubungan.

C. Tujuan khusus: Setiap interaksi mempunyai tujuan tertentu, yaitu mengubah orang lain

yang menjadi penggerak interaksi tersebut.hal.

D. Terkait struktur dan fungsi kelompok: Interaksi sosial erat kaitannya dengan struktur

dan fungsi kelompok karena orang tidak dapat memisahkan diri dari kelompok dan

setiap orang mempunyai peran dalam kelompoknya.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dimensi interaksi manusia meliputi hubungan

antar individu dan kelompok, adanya hubungan positif, tujuan tertentu dan kegiatan yang

memudahkan proses hubungan tersebut. Poin-poin tersebut saling melengkapi untuk

menentukan interaksi yang sedang berlangsung.

3. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Menurut Nurani Soyomukti dalam (Sukanto 2013) Strategi komunikasi yang efektif meliputi:

A. Proses efektif dan hubungan baik yang memperkuat kerja sama kelompok dalam

masyarakat. Proses ini terdiri dari:

a) Kerja sama, bentuk hubungan terpenting antara masyarakat dan kelompoknya,

bergantung pada pengaruh kelompok lain.

b) Akomodasi adalah upaya untuk mengurangi konflik guna menjamin keseimbangan

dan keamanan antar interaksi sosial dan nilai-nilai dalam masyarakat.

Siti Nazra Syafira, Siti Masyithoh 12

Tantangan, Peluang Pendidikan dan Pembelajaran di Era Society 5.0

c) Integrasi adalah proses meningkatkan kesatuan perilaku, sikap dan pemikiran

dengan mengurangi perbedaan individu dan kelompok untuk mencapai tujuan

bersama.

B. Berbagai proses yang mengarah pada perpecahan dan kehancuran solidaritas kelompok

melibatkan konflik kepentingan individu atau kelompok. (Suyokmuti 2013) Proses ini

meliputi:

a) Persaingan adalah proses di mana individu dan kelompok bersaing untuk mencapai

tujuan mereka dalam berbagai bidang kehidupan.

b) Konflik adalah ketika orang atau kelompok berusaha mencapai tujuan mereka

dengan melawan orang lain melalui ancaman atau kekerasan.

Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa ada dua cara interaksi

manusia: cara-cara praktis yang membina hubungan baik dalam masyarakat, dan

cara-cara berbeda yang cenderung menimbulkan perpecahan antar kelompok.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Berkenaan dengan konsep interaksi sosial, ada beberapa faktor yang

memengaruhi interaksi sosial. Menurut (Gerungan 2004), ini termasuk:

A. Imitasi yang merupakan bagian dari proses interaksi menjelaskan mengapa dan

bagaimana monotonnya pemikiran dan perilaku terjadi pada kebanyakan orang.

Imitasi, ucapan, bahasa, dll.

B. Faktor sugesti Ini adalah proses meniru tindakan atau perilaku orang lain, termasuk

Penalaran adalah proses dimana orang secara tidak kritis menerima ide atau instruksi

perilaku orang lain.

C. Menurut (Suyokmuti 2013) identifikasi adalah adalah keinginan atau kecenderungan

seseorang untuk menyerupai individu lain yang diidolakannya, baik dalam perilaku

maupun penampilan. Secara ringkas, identifikasi perilaku adalah dorongan seseorang

untuk meniru atau menyesuaikan dirinya agar mirip dengan tokoh yang diidolakannya,

termasuk dalam gaya berpakaian, cara berbicara, dan ga

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun