Sekolah memiliki peran yang signifikan dalam proses mencerdaskan generasi bangsa.
Namun, ironisnya, sekolah tidak hanya menjadi tempat untuk meningkatkan pengetahuan
siswa, melainkan juga menjadi ajang kekerasan. Kekerasan tersebut bisa terjadi antara siswa
dan guru, guru dan siswa, atau bahkan sesama siswa. Semakin banyak insiden kekerasan yang
dilakukan oleh siswa di sekolah, ini tentu menjadi sumber kekhawatiran dan kegelisahan.
Tindakan kekerasan ini menjadi bukti dari hilangnya moral dan kemanusiaan. Meskipun
seringnya kita mendengar tentang tawuran antar pelajar sebagai bentuk kekerasan di sekolah,
sebenarnya masih banyak bentuk kekerasan lain yang terjadi dan bisa memiliki dampak yang
lebih serius. Kekerasan dalam konteks pendidikan bisa terjadi di dalam maupun di luar sekolah,
baik di sekolah umum maupun di pesantren.
Menurut penelitian (Emi, Syahrial, and Hardi 2021) (Emi, Syahrial, and Hardi 2021) Salah
satu permasalahan yang sering terjadi dikalangan pelajar adalah perundungan atau bullying.
Kata bullying berasal dari bahasa Inggris yang berarti 'menindas'. Bullying dalam bidang
pendidikan merupakan salah satu tindak pidana yang sering dihadapi oleh pelajar. Menurut
definisi Rigby yang dikutip dalam penelitian Emi et al., bullying adalah keinginan untuk
menyakiti korbannya, dan keinginan tersebut diwujudkan melalui tindakan yang menimbulkan
rasa sakit. Sekalipun dilakukan dengan baik, proses ini sering kali dilakukan berulang kali oleh
individu atau kelompok yang mempunyai kekuasaan, terlepas dari tanggung jawab
mereka.Penindasan adalah serangkaian ancaman yang dimaksudkan untuk menyebabkan
kerugian fisik atau emosional. Keterampilan sosial mengacu pada kemampuan individu dalam
mengelola emosinya dalam berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan empati, dan
mengendalikan emosi diri sendiri dan orang lain agar dapat berinteraksi dengan baik dengan
teman sebaya atau orang dewasa di sekitarnya. Pentingnya memperhatikan interaksi sosial
dalam mengembangkan keterampilan social.
Menurut (Suyokmuti 2013) interaksi sosial melibatkan berbagai tindakan atau kegiatan
yang melibatkan dua orang atau lebih, masing-masing dengan tujuan dan orientasi yang
berbeda. Namun, perilaku bullying dapat mengganggu interaksi sosial siswa, membuat mereka
merasa terasing dan kesulitan untuk berinteraksi dengan baik di lingkungan sekolah.
METODE
Artikel ini menerapkan pendekatan penelitian deskriptif dan kualitatif dalam melakukan
tinjauan pustaka, yang melibatkan pengumpulan data dari literatur atau artikel ilmiah yang
mengeksplorasi esensi literatur tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggabungkan
kedua pendekatan tersebut. Selain itu, penelitian ini memberikan informasi tanpa melakukan
manipulasi atau tambahan perlakuan lainnya. Sumber utama data dalam penelitian ini adalah
artikel-artikel ilmiah terdahulu yang terkait dengan literatur kajian seperti buku metodologi
penelitian, artikel berita, artikel online, dan literatur relevan lainnya.Mengenai metode tersebut,
(Winartha 2006) menjelaskan bahwa analisis kualitatif adalah suatu metode yang melibatkan
proses menganalisis, menafsirkan dan merangkum berbagai data yang dikumpulkan melalui
wawancara atau langsung dalam konteks suatu pertanyaan penelitian. Sementara itu, (Sugiyono
2008) Penelitian kualitatif, yang didefinisikan sebagai pendekatan penelitian yang berakar pada
filosofi postpositivisme, umumnya diterapkan dalam konteks situasi dunia nyata di mana
peneliti menjadi instrumen utama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam kepada pembaca tentang hubungan antara perilaku bullying
dan interaksi siswa di sekolah dasar. Harapannya, pembaca akan memperoleh keahlian dan
perspektif yang memadai untuk menerapkan metode dan konsep berbeda dalam melakukan
tinjauan pustaka dalam penelitian mereka dengan efektif dan efisien, sehingga menghasilkan
karya tulis yang berkualitas. Artikel ini menggunakan metode interpretasi kualitatif dan
termasuk dalam kategori penelitian tinjauan pustaka, yang melibatkan pengumpulan data dari
artikel ilmiah yang relevan dengan tinjauan pustaka tersebut.
Penelitian ini menggabungkan pendekatan deskriptif dan kualitatif serta menyajikan
data tanpa melakukan manipulasi atau menggunakan metode tambahan lainnya (Winartha
2006). Sumber utama data dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen ilmiah terdahulu
yang terkait dengan penelitian kepustakaan, seperti buku metode penelitian, artikel berita,
artikel internet, dan dokumen lainnya. Sebagaimana dikemukakan oleh (Sugiyono 2008)
penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berakar pada filosofi postpositivisme,
yang digunakan untuk melakukan penelitian dalam konteks situasi nyata di mana peneliti
menjadi instrumen utamanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman
yang lebih mendalam kepada pembaca tentang hubungan antara perilaku bullying dan interaksi
siswa di sekolah dasar. Kami yakin bahwa pembaca memiliki minat dan wawasan untuk
mengeksplorasi berbagai metode dan konsep, menggunakan literatur yang sesuai, dan
menyampaikan produk tulisan yang berkualitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Definisi dan Aspek Bullying
1. Definisi Bullying
(Amini 2008)Secara etimologis, kata 'bully' dalam bahasa Indonesia berarti pengganggu
atau orang yang menindas pihak yang lemah. Kata "menakut-nakuti" dapat diterjemahkan
menjadi "sentuhan" (dari kata "cacat"), orang yang menunjukkan perilaku tersebut disebut
"pemfitnah". "Pelecehan" berarti melecehkan, melecehkan, atau menghalangi orang lain. Oleh
karena itu, bullying dapat diartikan sebagai penggunaan kekerasan atau pemaksaan terhadap
individu atau kelompok terhadap mereka yang dianggap lemah atau tidak berdaya. Menurut
Tatum, intimidasi adalah "niat yang disengaja dan disengaja untuk menyakiti orang lain dan
menyebabkan orang tersebut tertekan." Menurut (Meggit 2013) perilaku bullying merupakan
tekanan dan ancaman yang terus-menerus terhadap seseorang. Ini merusak secara emosional
dan juga fisik. Berdasarkan definisi di atas, kita dapat menegaskan bahwa perilaku bullying
adalah suatu tindakan negatif yang berulang kali merugikan atau melukai korban secara verbal,
fisik, atau emosional. Hal ini menyebabkan korban menjadi depresi, takut, trauma, dan
kehilangan rasa percaya diri. Seringkali pelaku intimidasi menganggap dirinya lebih berkuasa
dibandingkan korbannya. Perilaku bullying memberikan dampak negatif pada korbannya, baik
secara fisik maupun emosional, serta mempengaruhi kemampuan mereka dalam bersosialisasi.
2. Aspek-Aspek Bullying
Bullying di lingkungan sekolah dapat didefinisikan sebagai tindakan kriminal yang
terjadi berulang kali oleh individu atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan atas siswa
lain yang dianggap lebih lemah, dengan tujuan untuk menyakiti korban. (Wiyani 2014)
Mengklasifikasikan lima kategori perilaku bullying sebagai berikut:
A. Kontak fisik tidak langsung, termasuk tindakan seperti memukul, mendorong,
menggigit, meninju, mengurung seseorang di dalam ruangan, mencakar, menginjak, dan
merusak barang milik orang lain.
B. Pelecehan verbal, yang mencakup aktivitas seperti mengancam, mengintimidasi,
menghina, mengumpat, menggunakan ekspresi yang merendahkan, mengkritik, atau
menyebarkan rumor.
C. Perilaku tidak langsung, seperti mengejek, menjulurkan lidah, melontarkan komentar
sarkastik, atau menggunakan ekspresi wajah yang mengancam, sering kali terjadi dalam
konteks perundungan fisik atau verbal.
D. Perilaku verbal tidak langsung, meliputi tindakan seperti mengabaikan seseorang,
menganiaya seseorang hingga memutuskan persahabatan, meniru identitas seseorang
dengan sengaja, atau mengirimkan surat kaleng.
E. Kekerasan berbasis gender, kadang-kadang dikategorikan sebagai kekerasan fisik atau
verbal.
Jenis, Wujud dan Pengaruh Bullying.
Barbara coloroso merangkum berbagai pendapat ahli dan membagi bullying kedalam empat
jenis, yaitu:
1. Bullying Verbal
(Sucipto n.d.) Bullying banyak terjadi pada anak-anak dan remaja di sekolah. Ancaman
dapat berupa ancaman fisik, non fisik, maupun verbal. Berdasarkan definisi di atas, bullying
dianggap sebagai sesuatu yang dialami siswa di sekolah. Bullying jenis ini dapat dideteksi
melalui metode mendengarkan. Pelecehan verbal; makian, umpatan, makian, kritik pedas,
hinaan (pribadi dan rasis), bahasa seksual atau terkait gender, ancaman, ancaman email,
tuduhan palsu, gosip, dll. termasuk penggunaan. (Sejiwa 2008) Bentuk-bentuk pelecehan
verbal yang umum terjadi di sekolah antara lain hinaan seperti 'goblog', 'jayus lo' (lekat/tidak
suka), 'gemuk lo', tuduhan, teriakan, gosip dan fitnah.Dalam pelecehan verbal, senjata utama
yang digunakan untuk melukai korban adalah kata-kata. Kata-kata kasar digunakan untuk
menurunkan harga diri anak dan dapat merusak suasana hatinya. Pelecehan verbal adalah salah
satu bentuk kekerasan atau pemaksaan yang sering dilakukan baik oleh anak perempuan
maupun laki-laki. Pelecehan verbal dapat dengan mudah terjadi di mana saja dan terhadap siapa
saja, termasuk anak-anak, orang dewasa, atau teman sebaya. Bentuk kekerasan verbal sangat
beragam dan paling sering terjadi di lingkungan sekolah.
2. Bullying Fisik
(Ardila n.d.) Beberapa contohnya adalah hukuman fisik seperti memukul, melempar
barang, menendang, melempar, meludah, mengumpat, melempar barang, mengumpat,
membentak, mendorong, bersorak, bergosip, dan menolak. . Pelecehan juga dapat terjadi
dengan cara merusak atau mengambil barang milik korban, seperti merobek, menulis,
melempar, merampas, mencuri. (Sucipto n.d.)Secara umum, perilaku laki-laki lebih cenderung
melibatkan kekerasan fisik dibandingkan kecenderungan perempuan yang menggunakan taktik
non-fisik.
3. Bullying sosial atau relasional (pengabaian)
(Desmita 2005) Penindasan dalam hubungan digunakan untuk menjauhkan atau
menolak teman atau bahkan memutuskan persahabatan Penindasan ini terjadi melalui tindakan
seperti pengabaian, isolasi, atau penghindaran, yang mengakibatkan penurunan harga diri
korban secara terus-menerus. Perilaku penindasan juga dapat berupa tindakan halus seperti
meringis, menatap, bernapas berat, gemetar, menggoda, atau ekspresi tubuh yang negatif. Sifat
atau gaya hidup pelaku intimidasi memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan
siswa, dan dapat memicu terjadinya intimidasi.
4. Bullying media sosial
(Ed.D 2010) Kekejaman yang tanpa belas kasihan adalah istilah yang sesuai untuk
menggambarkan dilema etika dalam era digital yang dikenal sebagai cyberbullying.
Cyberbullying mencakup segala bentuk komunikasi elektronik yang bertujuan untuk menyakiti,
mengintimidasi, mempermalukan, atau meminggirkan individu yang rentan. Masalah
penindasan sering kali muncul karena ketidaksepakatan mengenai urgensi permasalahan dan
upaya penanggulangannya. Kurangnya kebijakan pemerintah yang komprehensif untuk
mengatasi masalah ini juga memperburuk situasi. Sekolah yang terpengaruh oleh bullying
seringkali memiliki ciri-ciri seperti perilaku diskriminatif antara guru dan siswa, kegagalan
dalam memantau dan mengarahkan perilaku staf pengajar dan petugas keamanan, adanya
perbedaan sosial antara siswa dari latar belakang ekonomi yang berbeda, disiplin sekolah yang
ketat atau longgar, serta kurangnya kepemimpinan yang memadai dan kebijakan yang Tanda-Tanda Anak Menjadi Korban Bullying
Penindasan adalah perilaku kompleks yang diakibatkan oleh berbagai faktor. Langkah
pertama untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memahami faktor-faktor yang dapat
menyebabkan perilaku bullying. Perilaku bullying sulit diubah karena:
A. Bagi sebagian anak, ditindas adalah cara untuk dikenali oleh teman-temannya.
B. Penindasan digunakan sebagai alat identifikasi; Karena keinginan untuk disukai
sangat kuat pada masa kanak-kanak, mengubah perilaku buruk menjadi perilaku
baik merupakan tugas yang menantang.
C. Hubungan antara korban dan pelaku memegang peranan penting; Jika pelaku merasa
mempunyai kendali atas korbannya, maka perundungan akan terus berlanjut.
(Sucipto n.d.) Di sekolah, tanda-tanda bahwa seorang anak menjadi korban bullying
sering kali diamati oleh sesama siswa dan termasuk:
a) Penurunan prestasi akademis.
b) Absensi yang tidak teratur.
c) Kehilangan minat pada pekerjaan sekolah atau PR.
d) Kesulitan berkonsentrasi saat belajar.
e) Berkurangnya minat pada kegiatan sekolah.
f) Mengurangi partisipasi dalam kegiatan yang sebelumnya disukai.
Akibat atau Dampak Bullying dan Strategi untuk Mengatasinya
1. Akibat Bullying
(Sejiwa 2008) penindasan adalah masalah serius dalam kesehatan masyarakat. Orang
yang mengalami pelecehan saat masih anak-anak sering kali mengalami trauma dan kekurangan
kepercayaan diri saat dewasa. Di sisi lain, pelaku intimidasi kemungkinan besar akan terlibat
dalam aktivitas kriminal. Meskipun belum ada penelitian serupa di Indonesia, namun penting
untuk memahami dampak bullying terhadap anak-anak kita. Hasil penelitian para ahli termasuk
Rigby (Astuti 2008) Bullying yang sering terjadi di sekolah umumnya memiliki tiga faktor yang
saling berhubungan:
A. Terdapat perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pelaku yang memberikan
kesenangan pada dirinya sendiri dengan merugikan korban.
B. C. Proses ini tidak stabil dan menimbulkan perasaan cemas pada korban.
Perilaku ini terjadi secara berulang atau terus-menerus.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bullying memiliki tiga ciri khusus, yaitu
perilaku agresif yang bertujuan merugikan korban, tindakan tidak pantas yang menimbulkan
tekanan dan ketakutan pada korban, dan perilaku tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka
waktu yang lama.
2. Dampak Dari Perilaku Bullying
(Sanders 2004) Bullying di sekolah mempunyai dampak yang sangat besar terhadap
pelaku, korban dan siswa lainnya. Semakin banyak bukti yang menunjukkan dampak negatif
jangka panjang dari penindasan terhadap korban dan pelaku. Keterlibatan dalam intimidasi di
sekolah telah terbukti berkontribusi terhadap penolakan teman sebaya, perilaku menyimpang,
kenakalan remaja, kejahatan, depresi, dan kekerasan berikutnya. Meskipun statistik yang
memadai mengenai isu intimidasi masih sedikit karena surveimasih baru, dampak negatif
seperti depresi dan kecemasan tampaknya masih signifikan baik bagi pelaku maupun korban.
Strategi Untuk Mengatasi Bullying
Ada berbagai strategi untuk memerangi terorisme (Astuti 2008):
A. Strategi tersebut mengutamakan bukti nyata, dengan fokus pada penggunaan bukti yang
menunjukkan konsekuensi negatif dari perilaku teroris untuk meningkatkan kesadaran
akan konsekuensi serius dari tindakan tersebut. Lahir pada tahun,
B. Strategi ini melibatkan pengurangan dan penerimaan norma-norma baru (pendidikan
ulang normatia), yang mengarah pada pemberian dan adaptasi norma-norma baru yang
mendorong perilaku baik dan menghindari tindakan yang merugikan orang lain. Strategi
yang menekankan perubahan pribadi (usaha koersif) bertujuan untuk memotivasi orang
untuk mengubah perilakunya dengan mendorong mereka untuk belajar bahwa
merugikan orang lain adalah salah dan tidak dapat diterima.
Program anti-intimidasi di sekolah masih menjadi masalah serius di Indonesia. Departemen
Pendidikan hanya menangani perundungan berdasarkan Undang-Undang Perilaku Sekolah,
yang umumnya mencakup tanggung jawab kepala sekolah, konselor, atau guru. Selain itu,
sekolah tidak mengambil tindakan efektif untuk menghadapi ancaman, seperti pelatihan khusus
yang diberikan oleh guru atau administrator yang terlatih untuk menghadapi ancaman.
Interaksi Sosial dan Aspek-Aspek Interaksi Sosial
(Susanto 2011) Bartal menyatakan bahwa perilaku sosial adalah tindakan yang dilakukan
secara sukarela, dimana individu dapat memberikan manfaat atau kegembiraan kepada orang
lain tanpa mengharapkan imbalan eksternal. Kemampuan sosial mencakup kemampuan anak
untuk mengelola emosi mereka sendiri dalam hubungannya dengan orang lain, menunjukkan
empati dan perhatian terhadap sesama manusia, serta kemampuan untuk mengatur emosi baik
dalam diri sendiri maupun orang lain sehingga dapat berinteraksi secara positif dengan teman
sebaya atau orang dewasa di sekitarnya. Penting untuk memperhatikan interaksi sosial agar
mencapai kemampuan sosial yang baik.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial dan Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
1. Definisi Interaksi Sosial 2. Aspek-Aspek Interaksi Sosial
Interaksi sosial, menurut (Sentosa 2006), Hal ini mengacu pada hubungan dan ketergantungan
antara satu kelompok dengan anggota kelompok lainnya, serta hubungan antara anggota
kelompok secara keseluruhan. Ini juga mencakup hubungan antara dua orang atau lebih, yang
melibatkan masing-masing orang. Untuk mewujudkan kerjasama yang baik, Slamet Santoso
menjelaskan banyak faktor pendukungnya:
A. Adanya Hubungan: Segala interaksi yang terjadi antara individu dan kelompok
disebabkan oleh interaksi manusia.
B. Partisipasi Individu: Interaksi yang efektif memerlukan partisipasi individu yang
terlibat dalam hubungan.
C. Tujuan khusus: Setiap interaksi mempunyai tujuan tertentu, yaitu mengubah orang lain
yang menjadi penggerak interaksi tersebut.hal.
D. Terkait struktur dan fungsi kelompok: Interaksi sosial erat kaitannya dengan struktur
dan fungsi kelompok karena orang tidak dapat memisahkan diri dari kelompok dan
setiap orang mempunyai peran dalam kelompoknya.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dimensi interaksi manusia meliputi hubungan
antar individu dan kelompok, adanya hubungan positif, tujuan tertentu dan kegiatan yang
memudahkan proses hubungan tersebut. Poin-poin tersebut saling melengkapi untuk
menentukan interaksi yang sedang berlangsung.
3. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Menurut Nurani Soyomukti dalam (Sukanto 2013) Strategi komunikasi yang efektif meliputi:
A. Proses efektif dan hubungan baik yang memperkuat kerja sama kelompok dalam
masyarakat. Proses ini terdiri dari:
a) Kerja sama, bentuk hubungan terpenting antara masyarakat dan kelompoknya,
bergantung pada pengaruh kelompok lain.
b) Akomodasi adalah upaya untuk mengurangi konflik guna menjamin keseimbangan
dan keamanan antar interaksi sosial dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Siti Nazra Syafira, Siti Masyithoh 12
Tantangan, Peluang Pendidikan dan Pembelajaran di Era Society 5.0
c) Integrasi adalah proses meningkatkan kesatuan perilaku, sikap dan pemikiran
dengan mengurangi perbedaan individu dan kelompok untuk mencapai tujuan
bersama.
B. Berbagai proses yang mengarah pada perpecahan dan kehancuran solidaritas kelompok
melibatkan konflik kepentingan individu atau kelompok. (Suyokmuti 2013) Proses ini
meliputi:
a) Persaingan adalah proses di mana individu dan kelompok bersaing untuk mencapai
tujuan mereka dalam berbagai bidang kehidupan.
b) Konflik adalah ketika orang atau kelompok berusaha mencapai tujuan mereka
dengan melawan orang lain melalui ancaman atau kekerasan.
Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa ada dua cara interaksi
manusia: cara-cara praktis yang membina hubungan baik dalam masyarakat, dan
cara-cara berbeda yang cenderung menimbulkan perpecahan antar kelompok.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Berkenaan dengan konsep interaksi sosial, ada beberapa faktor yang
memengaruhi interaksi sosial. Menurut (Gerungan 2004), ini termasuk:
A. Imitasi yang merupakan bagian dari proses interaksi menjelaskan mengapa dan
bagaimana monotonnya pemikiran dan perilaku terjadi pada kebanyakan orang.
Imitasi, ucapan, bahasa, dll.
B. Faktor sugesti Ini adalah proses meniru tindakan atau perilaku orang lain, termasuk
Penalaran adalah proses dimana orang secara tidak kritis menerima ide atau instruksi
perilaku orang lain.
C. Menurut (Suyokmuti 2013) identifikasi adalah adalah keinginan atau kecenderungan
seseorang untuk menyerupai individu lain yang diidolakannya, baik dalam perilaku
maupun penampilan. Secara ringkas, identifikasi perilaku adalah dorongan seseorang
untuk meniru atau menyesuaikan dirinya agar mirip dengan tokoh yang diidolakannya,
termasuk dalam gaya berpakaian, cara berbicara, dan ga
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI