Beberapa bulan purnama telah berlalu. Seiring berjalannya waktu, aku mulai dekat dengan Adrian gegara telepon nyasar. Sebenarnya aku sudah lama kenal dengan Adrian karena ayahnya  adalah kolega ayahku di perusahaan multinasional. Aku masih ingat saat masih SD, Adrian adalah teman mengajiku di masjid. Aku kurang suka padanya karena dia suka iseng pada anak perempuan. Suatu sore nan gersang, ponselku berdering dari nomor yang tidak dikenal. Aku menerima telpon itu dengan ogah-ogahan.
"Halo..boleh saya bicara dengan Andrea?" kudengar suara renyah di seberang sana.
"Ini siapa?"
"Saya Adrian, temanmu."
"Adrian yang mana?"
"Pura-pura tidak kenal lagi. Aku temanmu Andrea,"
"Sumpah...ini Adrian yang mana?" otakku blank mengingat nama Adrian,
"Kamu ingat saat mengaji di masjid, siapa yang suka menarik kuncir rambutmu?"
Aku langsung teringat seorang anak lelaki bandel yang suka menggangguku saat masih bocil. Aku benci sekali dengan anak lelaki itu. Sekarang dia sudah berada di seberang, mengajakku bercerita via telepon.
"Kamu sudah ingat aku Andrea?"
"Iya, kamu Adrian yang bandel kan?"