Lidah api membuat langit menjadi menakutkan, kilat sambung menyambung tanpa henti dan hujan turun dengan derasnya jatuh kebumi.
Didepanku ada bayangan besar, seekor ketam, kepiting raksasa berjalan miring menghampiriku.
Kupandangi ketam itu, capitnya membuka dan menutup dengan dahsyatnya, matanya mengarah kepadaku dengan garangnya.
Aku cepat menarik cambukku, guntur Geni ada ditangan kananku
Secepat dia akan menyerangku , secepat itu pula aku lecutkan cambukku dengan dahsyat.
Didamping Guntur Geni, cambuk ini menjadi menakutkan.
Tanganku rasanya gemetar memegang cambuk ini, terasa amat berat tetapi menjadi semakin mantap.
Cambuk itu melecut dengan dahsyat dan seolah pisau gergaji raksasa yang berpijar, dia menghamtam, menghujam ketam yang sedang laju menerjang.
Pijaran api semburat sana-sini, ketam itu terbelah dua dengan ngerinya. Suaranya menciut –ciut dan mendesis dengan keras, masing-masing tubuh separuh itu bergerak bangkit lagi, menyerang kembali.
Guntur Geni aku pegang erat dan tiba-tiba seperti tidak sadar, ada tenaga gaib yang hebat menggerakkan , senjata itu mengayun dengan dahsyatnya.
Dan disertai sambaran petir dan kilat yang menghantam dengan cetar menggelegar , petir itu menerjang dan menghentak yang sedang menyerangku
Sejenak silau, dan kemudian kepingan-kepingan semburat cerat berai berhamburan kemana-mana, di sertai bau amis yang menyengat.
Aku dengar seperti ada jeritan yang mengerikan dan menyayat, jerit suara perempuan, siapa itu tadi ?
Kemudian semua berhenti tiba-tiba, seolah bumi berhenti berputar.
Tidak ada hujan, tidak ada angin dan tiada air laut yang menggelora, suasana cepat berubah, keadaan menjadi sunyi sepi senyap , dan mencekam.