Kuraba Kuning sudah tidak ada disisiku, kulihat dia sudah duduk dan menghirup minuman yang terasa segar di pagi hari ini.
Dia tersenyum, menunjukkan minuman yang masih mengebul dan dia meniup-niupnya sambil memamerkan padaku, aku tersenyum.
Ada beberapa kudapan tersedia, dan kita menikmatinya dengan nyaman.
Ada ketukan dipintu, Puteri Kuning beranjak dan membuka pintu.
Empat orang ponggawa masuk, membawa beberapa masakan dan lauk pauk yang istimewa.
“Silahkan Puteri, Nyai Gandhes yang memasaknya sendiri tadi pagi. Kata beliau untuk puteri-puteri yang cantik disini.” Katanya bersembah
Kuning dan aku tertawa “Untuk calon permaisuri Galuga yang cantik dan doyan makan itu ya. …Puteri, lihat ikannya besar sekali. ”
Kuning memandang padaku dengan geli
Keempat punggawa itu juga tertawa bersama, menyembah kemudian keluar dari kamar dan menutup pintu dengan perlahan.
”Ayuk segera kita serbuuu,… “ kubuka pepes ikan besar itu, masih hangat menantang, dipadu dengan sayuran segar dan pedas serta daging juga telur bumbu merah yang empuk pasti sedap bukan kepalang.
Tanpa banyak berkata, kita licin-tandaskan semua yang terhidang.
“Aduh kita bisa segera jadi gendut jika terus makan seperti ini.”
“Jangan-jangan sebentar lagi, kita bisa lebih gendut dari Warsih,…” kita terkikik bersama
“Kita harus banyak latihan, lihat saja Nyai Gandhes dan Nini Sedah, sampai sepuh tetap sehat dan bagus badannya.”