Kita berlarian kedepan istana, dan angin laut menderu menerpa , kurasakan menghentak dengan dahsyatnya.
Terasa menyeruak masuk membawa air laut yang seolah menerkam istana itu.
Kita terhenti, Warsih dan Puteri Kuning berusaha terus maju kedepan, tapi tidak berhasil...
Mereka terhempas dan jatuh bergulingan, kemudian saling tolong dan bersembunyi di balik pilar istana yang besar
Semua orang aku lihat berlindung dibalik pilar-pilar besar keraton itu, menutupi mukanya. Para jawara sepuh ingin maju tapi mereka semua terpelanting bergulingan jatuh dihempas angin bercampur air laut itu.
Banyak yang bergelimpangan tersapu prahara mengerikan itu.
Kulihat Nini Sedah dan pangeran Biru berusaha terus maju, tetapi terhalang oleh angin dan air laut yang menggila.
Suatu hentakan menerkam mereka, sehingga mereka terlempar dan jatuh terpelanting, bergulingan.
Kutolong mereka untuk berdiri, dan kemudian berlindung dibalik pilar istana.
Nini Sedah berkata “ Puteri terus saja, Nyai Gandhes ada didepan.
Aku terus maju, tanpa halangan sedikitpun
Seolah ada tirai didepanku yang tidak tampak, tapi mampu menghalau dobrakan angin dan air laut yang ganas menerjang.