“Warsih, dimana kita bisa melihat seluruh daerah sini, memantau seluruh wilayah ini, mungkin ada bukit atau daerah yang tinggi ?”
“Itu Puteri… “ dia menunjuk sebuah bukit yang cukup tinggi.
Kulihat panglima Wulung dan panglima Dargo sedang bincang dengan Puteri Kuning.
“Puteri Kuning, aku dan Warsih akan kebukit itu untuk memantau keadaan –kalian disini dahulu, aku segera kembali.”
Kataku dan segera berpacu dengan Warsih, kemudian kita mulai mendaki bukit yang lumayan menanjak.
Betul juga seperti dikatakan Warsih, Lurik memang hapal dengan daerah disini.
Cekatan sekali kuda itu memilih jalan yang cukup sulit dan mendaki menuju ke atas.
Gringsing hanya mengikuti saja jalan yang sudah dirintis oleh Lurik, aku membelai-belai surainya memberi semangat.
Sepertinya dia mengerti dan memacu dengan sekuat tenaganya mengejar Lurik yang begitu trengginas.
Dan disuatu dataran yang lumayan luas, Warsih berhenti dan turun dari kudanya.
“Dari sini Puteri, kita bisa memantau seluruh daerah ini.” dia menunjuk dan dibawah sana aku lihat rombongan kerajaan Galuga tadi .
Kulayangkan pandanganku keseluruh wilayah itu, keadaan sepi saja, bahkan terkesan terlalu sepi.
“Disebelah sana itu apa Warsih, itu bendungan Prapat ya ?”
“Betul Puteri, itu waduk Prapat, disebelah sana katanya ada istana air Parapat yang mengerikan.” Sepertinya Warsih agak bergidik
“Mengerikan ? … ada apa di sana ?”
“Jika malam-malam tertentu , disana seperti ada pesta, ramai meriah, seperti banyak nyala obor di sana-sini dan suara gamelan yang sayup. Tetapi jika didekati tidak ada apa-apa. Rakyat banyak yang takut dan segera menutup pintunya jika mendengar seperti itu.”