[caption id="attachment_370504" align="aligncenter" width="668" caption="Sumber Gambar: stephnov.blogspot.com"][/caption]
Bagian ke Enam Puluh Satu : ISTANA AIR PARAPAT
Warsih mengangkat tangannya, dia menoleh kekiri dan kanan, seperti curiga, memperhatikan sekeliling dengan waspada.
Kulihat panglima Wulung menyusul mendekati kita.
“Sepertinya terlalu sunyi ya, tidak ada suara burung dan satwa sedikitpun.” Panglima Dargo dan puteri Kuning juga menyusul.
Panglima Dargo segera turun, melambaikan tangannya dan beberapa senapati dan priajuritnya juga turun dari kudanya dan maju mengikuti langkahnya.
Memeriksa daerah sekitar dengan teliti, kemudian kulihat dia kembali
“Saya khawatir ada sirep yang ditebar didaerah ini, Puteri.” Kata panglima Wulung.
Panglima Dargo bersembah “Saya pastikan ada sirep yang ditebar disini., Puteri” Katanya, dan matanya mengawasi keadaan lagi sekitar, penuh kecurigaan dan kewaspadaan.
Panglima Dargo ini seorang yang dikenal mumpuni dalam ilmu hitam, badannya besar pendek kekar dan jenggotnya panjang.
Ditangannya ada gelang yang berbentuk ular yang melilit yang besar.. Kepalanya di balut ikat kepala hitam. Senjatanya sebuah tombak panjang dan satu tombak pendek.
“Biar kami yang berjalan dimuka saja Puteri.” Mohon padaku sambil menyembah, aku mengangguk
Segera panglima Dargo bincang dengan panglima Wulung, dan kemudian menaiki kudanya kembali.
Dengan pasukannya panglima berderap didepan, baru aku dan pasukanku.
Kemudian puteri Kuning dengan pasukannya, menyusul pasukan panglima Wulung di barisan belakang.
Puteri Kuning mendekati aku, dan bersama Warsih, kita mengitari daerah sekitar.
Tetapi tanpa menemukan dimana pangeran Biru dan pasukannya berada.
“Warsih, dimana kita bisa melihat seluruh daerah sini, memantau seluruh wilayah ini, mungkin ada bukit atau daerah yang tinggi ?”
“Itu Puteri… “ dia menunjuk sebuah bukit yang cukup tinggi.
Kulihat panglima Wulung dan panglima Dargo sedang bincang dengan Puteri Kuning.
“Puteri Kuning, aku dan Warsih akan kebukit itu untuk memantau keadaan –kalian disini dahulu, aku segera kembali.”
Kataku dan segera berpacu dengan Warsih, kemudian kita mulai mendaki bukit yang lumayan menanjak.
Betul juga seperti dikatakan Warsih, Lurik memang hapal dengan daerah disini.
Cekatan sekali kuda itu memilih jalan yang cukup sulit dan mendaki menuju ke atas.
Gringsing hanya mengikuti saja jalan yang sudah dirintis oleh Lurik, aku membelai-belai surainya memberi semangat.
Sepertinya dia mengerti dan memacu dengan sekuat tenaganya mengejar Lurik yang begitu trengginas.
Dan disuatu dataran yang lumayan luas, Warsih berhenti dan turun dari kudanya.
“Dari sini Puteri, kita bisa memantau seluruh daerah ini.” dia menunjuk dan dibawah sana aku lihat rombongan kerajaan Galuga tadi .
Kulayangkan pandanganku keseluruh wilayah itu, keadaan sepi saja, bahkan terkesan terlalu sepi.
“Disebelah sana itu apa Warsih, itu bendungan Prapat ya ?”
“Betul Puteri, itu waduk Prapat, disebelah sana katanya ada istana air Parapat yang mengerikan.” Sepertinya Warsih agak bergidik
“Mengerikan ? … ada apa di sana ?”
“Jika malam-malam tertentu , disana seperti ada pesta, ramai meriah, seperti banyak nyala obor di sana-sini dan suara gamelan yang sayup. Tetapi jika didekati tidak ada apa-apa. Rakyat banyak yang takut dan segera menutup pintunya jika mendengar seperti itu.”
“Engkau pernah coba melihat kesana ?” aku tanya
“Tidak Puteri, tetapi kakak saya pernah mencobanya kesana., karena penasaran bersama dengan beberapa temannya yang pemberani.”
“Apa katanya ?”
Dia dan semua temannya tidak pernah kembali pulang Puteri.” Dia menghela nafas dan memandangi kearah istana air itu.
Kupandangi juga letak istana itu, samar memang seperti terlihat ada beberapa bangunan tetapi tertutup pohon-pohon yang lebat dan rapat. Jadi sebentar tampak dan sebentar hilang
“Seperti ada bangunan ya disana ?” Warsih tertegun dan memandangku dengan heran
“Puteri bisa melihatnya ? “ aku mengangguk
“Engkau berani kesana ?” tanyaku, dipandangnya aku seperti agak ragu.
“Jika bersama Puteri Puspita, saya pasti berani.” Katanya kemudian tegas.
Aku melihat ada pergerakan, terlihat banyak pasukan yang mengarah pada pasukan Galuga
Aku menunjuk pada pasukan yang baru datang itu
“Itu pasukan Galuga Puteri, kiriman Nyai Gandhes membantu pencarian kita.”
“Itu paman Rahasta dan paman Andaga rupanya. Kita turun saja.”
Warsih dengan Lurik seperti menyatu, amat piawai melintasi segala halangan dan rintangan di jalan yang begitu sulit, padahal hari sudah agak temaram.
Benar juga seperti dikatakan Warsih itu pasukan dari Galuga dengan panglima Rahasta dan Andaga.
Mereka cepat menyembah hormat padaku dan memberikan sepucuk nawala kepadaku.
Aku berikan pada puteri Kuning, dan dibuka serta dibacanya.
“Kita di perintahkan untuk kembali ke istana, Puteri. Paman Rahasta dan paman Andaga serta paman Dargo akan tinggal disini, untuk upaya terus mencari pangeran Biru.
Besok kita kembali dengan pasukan pengganti dan beberapa penyembuh serta empu yang digjaya.”
Pasukanku, pasukan Puteri Kuing serta panglima Wulung dengan pasukannya segera kembali ke istana.
Kita memacu dengan cepat karena hari mulai petang, kulihat Nyai Gandhes, juga Nini Sedah dan Aki, kakang Narpati beserta beberapa panglima ada didepan istana.
Kelihatan bahwa mereka menunggu kedatangan kita.
“Tidak tampak ada pasukannya pangeran Biru disana Nyai.” Kataku sambil menyembah
Aku juga bercerita jika aku dan Warsih naik kebukit dan melihat keadaan sekeliling, tetapi semua sepi saja.
Kuceriterakan juga tentang istana air Parapat, Nyai juga tertegun memandangku, seperti perilaku Warsih tadi.
“Puteri dan Kuning lebih baik segera beristirahat saja. Besok pagi kalian akan berangkat lagi.” Kata Nyai Gandhes
Aku melihat kakang Narpati seperti ingin bertemu dengan Puteri Kuning
“Aku kekamar dahulu, engkau temui kakang Narpati, mungkin ada yang perlu di bincangkan denganmu.” Kataku pada Kuning.
Aku cepat meninggalkan Kuning, aku lihat Nyai Gandhes sedang berbicara dengan panglima Wulung.
Aku cepat berjalan kekamar, membersihkan badan dan memakan sedikit kudapan dan minum jamu yang tersedia.
Agak lama aku berdiri didepan lemari senjata, aku belai Guntur Geni, aku tutup lagi kotaknya, aku lalu masuk ke peraduan.
Suasana terasa lengang, sepi dan hening membuat aku segera terlelap.
Aku terbangun tiba-tiba, kuraba di sebelah, puteri Kuning tidak ada.
Kudengar isak yang lirih, aku cepat menoleh kekursi, … puteri Kuning duduk disana, terpekur, kepalanya tunduk, kedua tangannya menutupi mukanya.
“Kuning, engkau tidak tidur ?” dia seperti kaget, berusaha mengusap air matanya, aku cepat bangkit, menghampiri – dia segera bediri.
Kupeluk dia “Kenapa adindaku, … “suaraku juga tercekat, kita saling berpelukan erat, dia tersedu di bahuku.
Kita kemudian duduk dipinggir peraduan, aku pandangi dia, Kuning termangu
“Tadi aku berbicara dengan kakang Narpati, Aki dan Nini Sedah, juga ada Nyai Gandhes bersama kita.”
Kemudian Kuning berceritera jika selama menjadi tawanan di Kemayang, Aki Sedah dan kakang Narpati juga menjadi penyembuh disana,
Waktu itu Buyut Haruna sakit parah, yang merawat juga mereka berdua, kemudian beberapa senapati dan panglima Kemayang banyak yang juga dirawat oleh Aki Sedah dan kakang Narpati.
Demikian juga waktu Narendra dan Gayatri terluka, mereka yang merawatnya.
Keadaan Narendra dan Gayatri masih parah waktu mereka di bawa Buyut Haruna ke Sela Mangleng.
Aku memandangi Puteri Kuning, dia juga memandangku
“Aki dan kakang Narpati juga sempat dibawa ke istana air Parapat, karena puteri Baginda Kelana pernah sakit.”
“Baginda Kelana itu konon juga mumpuni, apa dia tidak bisa mengobati puterinya sendiri ?” Puteri Kuning menggeleng., kemudian tertunduk.
“Kenapa Kuning ?” dia ganti memandangku, agak ragu berkata
“Dia mengagumi dan mencintai pangeran Biru., dan akan merebut dari tanganmu.”dia tersendat
Sejenak aku tidak bisa berkata, terdiam
“Cantik ya puteri baginda Kelana itu, …siapa namanya ?” tanyaku tiba-tiba.
“Namanya Puteri Kencana , iya dia cantik sekali.” Kata Kuning pelan.
Keadaan menjadi senyap, hening, kulirik lagi Kuning.
“Apa yang kalian bincangkan tadi dengan Nyai Gandhes ?” tanyaku
“Sebetulnya baginda Kelana tidak suka anaknya cinta dengan pangeran Biru, dia bermusuhan dengan keluarga kerajaan Galuga. Jadi dia selalu menghalangi jika puteri Kencara akan ke Galuga untuk mendekati dan memikat pangeran Biru.”
“Pangeran Biru sudah pernah melihat puteri Kencana ?” aku jadi penasaran
“Waktu pangeran Tirto Beno melamar aku dulu, katanya puteri Kencana ada diantara yang membawa permata-permata itu. Ingin berkenalan dan menarik perhatian pangeran Biru”
“Pangeran Biru apa mengerti ?” Puteri Kuning menggeleng
“Dia hanya melihat padamu saja Puteri, tidak ada yang seperti engkau disini.”
“Apa warna dari Puteri Kencana ?” aduh, aku tambah penasaran
“Sewarna dengan aku, hanya lebih gelap sedikit.” Katanya.
“Apa ada hubungannya dengan hilangnya pangeran Biru sekarang ?”
“Kita tadi juga bicara perkara itu, baginda Kelana sedang pergi ke Puser-Segaran. Tidak ada yang berani menghalangi jika Puteri Kencana mau berbuat sesuatu.” Bicaranya agak tersendat
“Apa dia mempunyai ilmu sirep ?” tanyaku
“Katanya dia mempunyai banyak ilmu, tetapi tidak boleh bepergian kemana-mana oleh ayahnya. Baginda Kelana amat menyayangi anak satu-satunya itu.”
“Dia sekarang ada di Kemayang ? “ tanyaku
“Tidak tahu, tetapi dia sering berada di istana air Parapat.” Aku mengernyitkan keningku.
“Aku tadi sempat melihat istana air Parapat itu dari atas,” Kuning memandangku seperti tidak percaya.
Kuceriterakan ketika tadi aku dan Warsih naik keatas bukit, istana itu tampak dari atas sana
“Kenapa di beri nama istana air Parapat, Kuning ?” tanyaku
“Konon istana itu di bangun dibawah air, maksudnya air laut yang sebelah utara di tambak sampai tinggi dan istana itu di bangun dibelahan yang lain. Sehinngga istana itu tampak seperti di bawah air. Katanya mentakjubkan sekali.” Kata Kuning, aku mengangguk-anguk.
“Sudahlah, besok kita pikirkan, aku sudah ngantuk sekali, kita harus istirahat sekarang.” Kataku sambil masuk berbaring di peraduan.
Kuning menata bantal dan guling dan langsung menyusupkan kepalanya di bantal sambil memeluk gulingnya.
Sekejap kulirik dan aku mulai memejamkan mata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI