Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Darah Biru yang Terluka ( 61 )

25 Februari 2015   23:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:30 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pangeran Biru sudah pernah melihat puteri Kencana ?” aku jadi penasaran

“Waktu pangeran Tirto Beno melamar aku dulu, katanya puteri Kencana ada diantara yang membawa permata-permata itu. Ingin berkenalan dan menarik perhatian pangeran Biru”

“Pangeran Biru apa mengerti ?” Puteri Kuning menggeleng

“Dia hanya melihat padamu saja Puteri, tidak ada yang seperti engkau disini.”
“Apa warna dari Puteri Kencana ?” aduh, aku tambah penasaran

“Sewarna dengan aku, hanya lebih gelap sedikit.” Katanya.

“Apa ada hubungannya dengan hilangnya pangeran Biru sekarang ?”

“Kita tadi juga bicara perkara itu, baginda Kelana sedang pergi ke Puser-Segaran. Tidak ada yang berani menghalangi jika Puteri Kencana mau berbuat sesuatu.” Bicaranya agak tersendat

“Apa dia mempunyai ilmu sirep ?” tanyaku

“Katanya dia mempunyai banyak ilmu, tetapi tidak boleh bepergian kemana-mana oleh ayahnya. Baginda Kelana amat menyayangi anak satu-satunya itu.”

“Dia sekarang ada di Kemayang ? “ tanyaku
“Tidak tahu, tetapi dia sering berada di istana air Parapat.” Aku mengernyitkan keningku.

“Aku tadi sempat melihat istana air Parapat itu dari atas,” Kuning memandangku seperti tidak percaya.
Kuceriterakan ketika tadi aku dan Warsih naik keatas bukit, istana itu tampak dari atas sana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun