“Engkau pernah coba melihat kesana ?” aku tanya
“Tidak Puteri, tetapi kakak saya pernah mencobanya kesana., karena penasaran bersama dengan beberapa temannya yang pemberani.”
“Apa katanya ?”
Dia dan semua temannya tidak pernah kembali pulang Puteri.” Dia menghela nafas dan memandangi kearah istana air itu.
Kupandangi juga letak istana itu, samar memang seperti terlihat ada beberapa bangunan tetapi tertutup pohon-pohon yang lebat dan rapat. Jadi sebentar tampak dan sebentar hilang
“Seperti ada bangunan ya disana ?” Warsih tertegun dan memandangku dengan heran
“Puteri bisa melihatnya ? “ aku mengangguk
“Engkau berani kesana ?” tanyaku, dipandangnya aku seperti agak ragu.
“Jika bersama Puteri Puspita, saya pasti berani.” Katanya kemudian tegas.
Aku melihat ada pergerakan, terlihat banyak pasukan yang mengarah pada pasukan Galuga
Aku menunjuk pada pasukan yang baru datang itu
“Itu pasukan Galuga Puteri, kiriman Nyai Gandhes membantu pencarian kita.”
“Itu paman Rahasta dan paman Andaga rupanya. Kita turun saja.”
Warsih dengan Lurik seperti menyatu, amat piawai melintasi segala halangan dan rintangan di jalan yang begitu sulit, padahal hari sudah agak temaram.
Benar juga seperti dikatakan Warsih itu pasukan dari Galuga dengan panglima Rahasta dan Andaga.