kebutuhan siswa.
D.Komponen Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)Â
     Model Pembelajaran Kontekstual terdiri dari tujuh bagian:Â
Kontruktivisme
    Konstruktivisme adalah teori pembelajaran yang didasarkan pada gagasan bahwa siswa mengembangkan pemahaman dan pengetahuan mereka tentang dunia tempat mereka tinggal dengan merefleksikan pengalaman mereka. Konstruktivisme sebagai ungkapan awalnya berasal dari Barlett (1932), Mark Baldwin, dan Jean Piaget, yang mengembangkan lebih lanjut gagasan tersebut. Gagasan Piaget dielaborasi lebih lanjut oleh Ernst Von Glasersfeld dan Giambattista Vico pada tahun 1710, sebelum diterima secara luas dengan Suyono dan Hariyanto mendefinisikan konstruktivisme sebagai "makna mengetahui berarti mengetahui cara membuat sesuatu". Dengan demikian, seseorang dikatakan mengetahui sesuatu apabila ia mampu mengartikulasikan komponen-komponen benda itu, yang merupakan produk proses mentalnya; dengan kata lain, dia mengetahui sesuatu karena dia menciptakannya di kepalanya.Â
  Konstruktivisme adalah praktik menggunakan pengalaman untuk mengembangkan atau mengumpulkan informasi baru dalam struktur kognitif siswa. Konstruktivisme adalah filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan diciptakan tidak hanya oleh objek tetapi juga oleh kemampuan seseorang untuk mencatat setiap objek yang ditemuinya. Konstruktivisme berpendapat bahwa meskipun pengetahuan diciptakan secara internal oleh individu, pengetahuan tersebut berasal dari dunia luar. Dengan demikian, objek observasi dan kemampuan subjek dalam menafsirkan merupakan dua komponen utama pengetahuan. Akibatnya, pengetahuan bersifat dinamis, bukan statis, dan bergantung pada orang yang memahami dan menciptakannya
b.Inquiry (menemukan)
    Jika suatu proses pembelajaran berbasis inkuiri, berarti didasarkan pada pencarian dan penemuan dengan menggunakan proses berpikir yang metodis. Pengetahuan adalah hasil dari proses penemuan diri dan bukan kumpulan fakta yang dapat diingat kembali. Akibatnya, selama tahap perencanaan, instruktur menciptakan pelajaran yang memungkinkan siswa menemukan sendiri informasi yang perlu mereka pahami daripada memberikan sejumlah konten yang perlu dihafal. Intinya, belajar adalah proses mental organik yang terjadi dalam diri seseorang. memanfaatkan prosedur mental itu. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak tumbuh secara holistik---mental, emosional, kognitif, dan pribadi.
  Salah satu komponen utama kegiatan pembelajaran berorientasi kontekstual adalah penemuan (inkuiri). Pengetahuan dan kemampuan siswa diharapkan berasal dari eksplorasi mereka sendiri dan bukan dari hafalan informasi. Instruktur perlu membuat latihan yang menyinggung proses pembelajaran apa pun materi pelajaran yang mereka ajarkan.
Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan inkuiri:Â
1) Nyatakan masalahnya (dalam bidang apa pun)Â