Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Masyarakat Adat, Ulasan Memperingati Ultah Masyarakat Adat Dunia

12 Agustus 2024   13:54 Diperbarui: 12 Agustus 2024   13:54 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tulisan Tania Li dalam "Articulating Indigenous Identity in Indonesia: Resource Politics and the Tribal Slot,"  sangatlah menarik. Karyanya dapat menjadi refleksi kita pada momen penting peringatan  Hari Masyarakat Adat Dunia yang kita lewati tanggal 9 Agustus 2024. 

Tesis utama dari Li pada tulisan itu adalah bahwa konstruksi identitas "pribumi" di Indonesia sangat dipengaruhi oleh politik sumber daya dan kepentingan negara. Li kemudian menganalisisnya dengan konteks historis bagaimana sebuah rezim dapat mendefinisikan dan mengelola identitas pribumi untuk tujuan pembangunan dan sentralisasi kekuasaan. Dalam analisis konseptualnya, Li mengkritik penggunaan kategori "pribumi" yang seringkali homogen dan mengabaikan keragaman internal kelompok masyarakat adat. Padahal hal ini berimplikasi  bagaimana kategorisasi "pribumi" dapat berdampak pada hak-hak masyarakat adat dan akses mereka terhadap sumber daya alam.

Tania Li dalam tulisannya itu memang tidak melakukan perbandingan eksplisit yang mendalam antara konstruksi identitas "pribumi" di Indonesia dengan negara lain. Fokus utama Li adalah pada konteks Indonesia, khususnya bagaimana politik sumber daya dan kepentingan negara membentuk dan mempengaruhi identitas masyarakat adat. Namun, melalui analisis mendalam terhadap kasus Indonesia, Li secara implisit menyumbang pada pemahaman yang lebih luas tentang konstruksi identitas "pribumi" di berbagai belahan dunia. Beberapa poin penting yang dapat kita tarik untuk melakukan perbandingannya bahwa negara Indonesia memainkan peran sentral dalam membentuk dan mengelola identitas "pribumi". Pola ini dapat ditemukan di banyak negara lain, di mana negara sering kali menggunakan kategori "pribumi" untuk tujuan administratif, pembangunan, atau bahkan untuk membenarkan kebijakan yang merugikan masyarakat adat. Konstruksi identitas "pribumi" di banyak negara seringkali dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama, seperti politik negara, kepentingan ekonomi, dan diskursus dominan. Namun, cara konstruksi identitas tersebut berlangsung dapat sangat berbeda tergantung pada sejarah, budaya, dan konteks politik masing-masing negara. Li juga menekankan bahwa identitas "pribumi" bukanlah sesuatu yang statis, melainkan hasil dari proses historis yang panjang dan kompleks. Hal ini juga berlaku untuk negara lain, di mana identitas masyarakat adat terus berubah dan berevolusi sebagai respons terhadap perubahan sosial, politik, dan ekonomi. Apa yang dimaksudkan oleh Li adalah esensialisme perlu dipertanyakan. Hal ini karena pandangan yang menganggap identitas "pribumi" sebagai sesuatu yang homogen dan esensial memperoleh kritik dalam studi tentang masyarakat adat di negara lain. Li mengingatkan bahwa konstruksi identitas "pribumi" adalah proses yang sangat lokal, dan generalisasi yang terlalu luas dapat menyesatkan.Ia menekankan keragaman internal kelompok masyarakat adat dan bagaimana identitas mereka terus berubah dan berevolusi dalam konteks sejarah dan sosial yang dinamis. Li menggunakan berbagai sumber data, seperti wawancara, arsip, dan analisis diskursus, untuk mendukung argumennya. Data-data ini memberikan gambaran yang lebih kaya dan nuansa tentang kompleksitas isu yang dibahas termasuk soal keberagaman identitas. 

Kekuatan Argumen Li terletak pada analisisnya yang mendalam tentang identitas pribumi dan konstruksinya yaitu identitas "pribumi" di Indonesia bukanlah sesuatu yang alami, melainkan hasil dari proses historis dan politik yang kompleks. Ia menunjukkan bagaimana negara, melalui kebijakan dan diskursus, secara aktif membentuk dan mengelola identitas ini untuk kepentingan tertentu. Li berhasil menghubungkan erat antara konstruksi identitas "pribumi" dengan perebutan sumber daya alam. Ia menunjukkan bagaimana kategorisasi "pribumi" seringkali digunakan untuk membenarkan eksploitasi sumber daya oleh kelompok yang lebih kuat.

Dengan analisisnya mendalam, Tania Li memberikan kontribusi signifikan dalam memahami bagaimana identitas "pribumi" di Indonesia terbentuk dan dikonstruksi oleh berbagai kekuatan, termasuk negara, kolonialisme, dan masyarakat adat sendiri. Berikut beberapa aspek baru yang diungkap Li:

  • Dinamika Identitas "Pribumi": Li menunjukkan bahwa identitas "pribumi" bukanlah sesuatu yang statis dan homogen, melainkan hasil dari proses historis dan politik yang kompleks. Ia mengkritik pandangan yang menganggap identitas "pribumi" sebagai sesuatu yang esensial dan tidak berubah. Karya Li memberikan pemahaman yang lebih komprehensif dan kritis tentang identitas "pribumi" di Indonesia. Analisisnya membantu kita untuk memahami bagaimana identitas "pribumi" telah dibentuk dan digunakan oleh berbagai kekuatan, dan bagaimana masyarakat adat menanggapi dan menegosiasikan identitas mereka. Dengan adanya dinamika identitas maka Li mengkritik beberapa perspektif antropologis sebelumnya yang telah mengabaikan keragaman dan kompleksitas budaya masyarakat adat. Ia juga mengkritik pandangan yang menganggap masyarakat adat sebagai "primitif" dan "tertinggal". Li menggunakan pendekatan historis yang menyeluruh untuk menganalisis konstruksi identitas "pribumi" di Indonesia. Hal ini membedakannya dengan banyak peneliti lain yang fokus pada aspek-aspek kontemporer identitas "pribumi".

  • Peranan Politik Sumber Daya: Li menekankan pentingnya peranan politik  sumber daya dalam konstruksi identitas "pribumi". Ia menunjukkan bagaimana negara dan perusahaan multinasional menggunakan konsep "pribumi" untuk membenarkan eksploitasi sumber daya alam di wilayah adat. Li memberikan perhatian yang lebih besar pada peranan politik sumber daya dalam konstruksi identitas "pribumi". Hal ini memberikan perspektif baru dalam memahami dinamika identitas di Indonesia.

  • Agensi Masyarakat Adat: Li mengakui bahwa masyarakat adat bukan hanya objek yang pasif dalam proses konstruksi identitas, tetapi juga memiliki agennya sendiri dalam mendefinisikan dan menegosiasikan identitas mereka. Dengan adanya pengakuannya tentang agensi masyarakat adat dalam mendefinisikan dan menegosiasikan identitas mereka. Hal ini membedakannya dengan banyak peneliti lain yang menganggap masyarakat adat sebagai objek pasif dalam proses konstruksi identitas.Respons masyarakat adat terhadap konstruksi identitas yang dilakukan oleh negara adalah sebuah proses yang dinamis dan kompleks. Mereka tidak hanya menjadi objek dari proses konstruksi identitas, tetapi juga aktor aktif yang berusaha untuk membentuk dan mengontrol narasi tentang diri mereka sendiri.

Poin di atas dapat dijelaskan dengan tema-tema di bawah ini 

Dinamika Identitas "Pribumi":

1. Definisi dan Klasifikasi "Pribumi"?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun