Mohon tunggu...
Siska Melinda
Siska Melinda Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar SMAN 1 PADALARANG

Ig : siskamelinda02

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Persahabatan Lebih dari Segalanya

2 Februari 2020   10:04 Diperbarui: 3 Februari 2020   12:06 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Suasana pagi yang indah, disertai hamparan langit yang luas. Dan hangatnya pancaran sang mentari. Mengawali hari-hari Sania. Gadis cantik yang selalu ceria dan menyayangi keluarganya. Dia juga sangat pintar dan sering mendapat juara pertama di kelasnya. Sania duduk di kelas X dia senang akan keadaan teman-teman barunya. Sewaktu kelas IX dia dikenal sebagai pribadi yang baik, ramah, rajin, juga cantik. Dan tidak heran banyak laki-laki yang menyukainya

Pagi itu di teras halaman rumahnya, Sania seperti biasa membaca buku. Dia suka membaca buku novel, cerita, dan yang paling dia sukai adalah buku-buku yang bertemakan islami. Baginya buku islami dapat menambah keimanan kita kepada-Nya. Sang penguasa jagad raya ini dan juga dapat menambah wawasan mengenai ajaran agama islam. Kebetulan hari itu hari minggu, dan enaknya mengisi hari minggu dengan belajar dan membaca buku.

"Sania.. Sania..." Terdengar suara yang memanggil Sania.

Suara itu sudah tidak aneh lagi terdengar di telinganya. Dugaan Sania pun tidak salah, ternyata emang benar yang memanggil itu adalah Sarah. Sarah adalah sahabatnya dari kecil. Mereka selalu bersama. Saling melengkapi satu dengan yang lainnya, sedih, senang, susah pun mereka selalu menjalaninya berdua. bagaikan sebuah perangko yang menempel di surat yang sulit untuk dipisahkan mereka berdua pun sama tidak bisa dipisahkan.

" Eh kamu Sar, ada apa pagi-pagi udah ke rumah ?" Taya Sania.

" Besok ada pr matematika kan ? kamu mau ngajarin aku ga? Soalnya aku kurang ngerti sama materi hari senin kemaren " jawab Sarah masih sedikit ngos-ngosan gara-gara tadi lari.

" Ya mau lah kalau aku bisa kenapa engga. Lagian aku juga belum ngerjain. Kita ngerjain bareng aja yu kamu bawa buku nya kan ?" Tanya Sania dengan ramah.

"Iya aku bawa. Yaudah kita ngerjain di teras aja ya biar lebih seger " jawab sahabatnya Sarah.

"Oh ya udah aku mau bawa buku nya dulu ya" Sania pun masuk ke dalam rumah dan membawa buku nya.

Mereka berdua pun mengerjakan pr bersama. Sungguh enak punya sahabat seperti Sania dia selalu bersikap baik pada siapa saja, di sekolah pun dia jarang marah. Sampai ada teman nya yang meminta dia.untuk marah. Tapi mana bisa marah direncanakan. Hanya terkadang Sania pernah merasa kesal.

Waktu itu seusai beres pelajaran olahraga Sania pernah ditakut takuti binatang yang ia takuti yaitu kecoa. Oleh teman laki-lakinya namun kekesalnnya itu tidak berangsur lama waktu itu juga dia langsung memaafkan kejahilan temannya itu, pada saat teman cowok yang menakut-nakutinya meminta maaf kepada Sania. Sungguh baik sekali!! Kegiatan belajar mengajar di kelas berjalan dengan lancar. Begitu khidmat. 

Semua anak menikmati sarapan pagi untuk otak mereka. Suasana di dalam ruangan kelas X-D sunyi. Begitu sunyi!! Bagaikan rumah kosong yang tiada penghuninya. Hanya terdengar suara guru yang sedang menerangkan. Juga terdengar kicauan suara burung yang merdu di luar kelas.

Hmm... sampai ada anak yang mengantuk dan setengah tertidur. Begitu khidmatnya kegiatan belajar pada hari itu, hingga tidak terasa " KRINGG... KRINGG... KRINGG"

Bel istirahat berbunyi, suara ini lah yang membuat murid-murid senang. Teman sekelas Sania pun mempunyai tujuan yang sama yaitu pergi ke kantin. Mengisi perut mereka yang kelaparan. Karena selama di kelas, hanyalah otak mereka saja yang sarapan, diisi dengan rumus-rumus matematika yang menurut sebagian orang paling lieur alias.memusingkan.

Semua anak keluar dari kelas masing masing, mempunyai niat yang sama, yaitu menuju kantin. Demi mendapatkan satu, dua jenis makanan, atau bahkan lebih dari itu, asalkan dapat memuaskan rasa lapar mereka. Walaupun berdesakan di kantin tapi tidak menyurutkan niat mereka untuk mendapatkan makanan.

Ketika teman-temannya sibuk pergi ke kantin, lain halnya dengan Sania, gadis itu lebih memilih menghabiskan waktu 30 menit untuk membaca buku di perpustakaan. Atau mungkin dia sedang irit ? entahlah! Memang setiap orang memiliki ciri khas tersendiri. Seperti kata Nike Ardila juga "dunia ini penuh peranan, dunia ini bagaikan jembatan kehidupan" jadi semua orang hidup di dunia ini mempunyai peranaan masing-masing yang harus diperankan dengan sebaik mungkin. Baik, buruk, atau perilaku yang lainnya, hanya tergantung bagaimana sikap diri kita dalam melakukan peranan yang sudah menjadi tanggungjawab masing-masing atau yang sudah menjadi garis takdir diri masing-masing.

Sania, gadis itu menekuni peranan dalam sikap yang terbilang bagus, rajin, baik, sopan. Itulah ciri khas dari peranan nya. Sampai di perpus. Sania memilih milih buku untuk dibacanya. 1 menit, 2 menit, hingga 3 menit lamanya dia mencari buku yang dulu pernah ia baca. Karena waktu itu Sania belum beres membaca buku itu.

"Ini dia buku yang aku cari " kata Sania sambil memegang buku.

Tiba-tiba datanglah teman laki-laki yang belum dikenalnya datang menghampiri Sania, sepertinya juga ingin membaca buku itu.

 "Itu dia buku nya. Dari tadi aku mencarinya. Teryata ketemu sama kamu.. sini berikan" kata cowok itu, sambil merebut buku dari tangan Sania.

"Itu juga kan buku yang mau aku baca juga!! Kenapa kamu ambil? Kan aku yang nemuin buku itu !!" balas Sania dengan nada kesal.

"Ihh ! dasar cowok aneh" kata Sania. Menggelengkan kepala.

Sania pun kembali mencari buku yang lain, sayang waktu untuk membaca buku nya jadi sedikit. Gara-gara kejadian tadi. Tidak menyerah dia mencari buku lagi, akhirnya Sania pun menemukan buku yang dia suka dan membacanya. Yah walaupun tidak se-seru buku yang tadi direbut sama si cowo aneh, tapi biarlah.

Mungkin dia lebih butuh daripada aku pikirnya. Waktu tersisa hanya 20 menit lagi, Sania pun menghabiskan waktu istirahat yang tinggal sedikit lagi itu dengan membaca buku... 5 menit berlalu, 10 menit berlalu, dan waktu  istirahat pun sudah habis.
KRINGGG... KRINGG... KRINGG...

Tidak terasa waktu istirahat pun habis, hal yang disayangkan oleh Sania karena dia belum selesai membaca bukunya itu. Baru 2 halaman yang telah ia baca. Saat nya semua murid memasuki ruang kelasnya masing-masing, setelah selama 30 menit mereka menghabiskan waktu di kantin untuk mengisi perut dan mengobrol. Mau tidak mau, suka tidak suka mereka harus mengikuti pelajaran selanjutnya.

"San kamu mau beli buku apa ??" Tanya Sarah.

"Emmm... enggak tau nih masih bingung. Mau nyari-nyari dulu. Mudah-mudahan ada buku yang cocok" jawab Sania sambil memilih-milih buku.

"Ohh yaudah! Ehh tapi San aku laper banget nihh, dari tadi pagi belum sarapan, aku mau nyari makanan di luar dulu ya. Kamu mau nitip ga ?

"Eggak makasih. Tadi pagi aku udah sarapan ko. Yaudah kalau kamu mau nyari makanan dulu, aku tunggu di sini. Sarah pergi meninggalkan Sania keluar dari toko buku langganan Sania.

Sambil menunggu Sarah membeli makanan diluar, Sania pun duduk di sebuah bangku kecil yang sudah disediakan, sambil membaca buku yang dia pilih. Sedang asik membaca buku dan.. BRUKKK !! terdengar seperti suara buku yang berjatuhan. Sania mendekati suara itu. Emang bener dugaan Sania, namun terlihat seorang laki-laki yang sedang kepayahan membereskan buku-buku yang jatuh itu. Dengan hati ikhlas Sania pun membantu orang yang sedang membereskan buku itu.

"Sini aku bantu " kata Sania langsung mengambil buku itu, untuk dibereskan.

"Oh iya makasih" kata Cowok itu. Merekapun membereskan buku yang berantakan itu.

Nama laki -laki itu adalah Rangga. Rupanya Rangga itu teman di sekolah Sania. Diam-diam sewaktu kelas VIII Sania juga pernah suka padanya. Tapi hanya sebatas suka saja. Sania suka ke Rangga karena dia terkenal baik, dan juga perhatian kepada temanya. Dan Rangga pun diam-diam menyukainya, namun dia belum tau siapa namanya.

"Hhmm" senyum Sania

"Kamu kenapa ko bingung gitu sih?"

"Ehh..enggak kenapa- napa ko" kata Rangga sedikit malu, dia ga nyadar bahwa pipinya kemerahan.

"Ohh.." balas Sania singkat.

Akhirnya buku-buku yang berjatuhan itu sudah kembali rapi seperti sebelumnya.

"Makasih ya kamu udah mau bantun aku, ehh.. ngomong-ngomong nama kamu siapaa? Kamu di sekolah sama aku juga kan di SMP Kasih ??" Tanya Rangga duduk di bangku.

"Iyaa.. nama aku Sania. nama kamu Rangga kan ?" tanya Sania.

"Iyaa aku Rangga. Kenapa kamu bisa tau nama aku? emangnya nama aku begituterkenal ya? hehehe" kata Rangga tertawa, menyombongkan diri.

"Ga juga ah. aku Cuma tau aja" balas Sania, nyengir. Sedikit ga suka dengan kata-kata Rangga. Gr banget ni cowo pikirnya. Kelas VIII Sania pernah suka ke Rangga. Tapi waktu naik ke kelas IX, dia sempat berfikir untuk tidak memmikirkan Rangga lagi. Ingin fokus untuk belajar. Namun, saat kejadian tadi perasaan Sania pun sekarang mungkin kembali bersemi. Saat mereka asikk mengobrol berdua. Lupa waktu.

"dreedd..dredd... deerdd" Suara handphone Sania berbunyi. Tidak lain dan tidak bukan pasti itu
suara sms. Entah dari siapa..!! mengganggu saja.

Dari : Sarah
"San maaf ya.. akun ga bsa pulanh bareng sama  kamu. Soalnya tadi mamah aku mendadak sms. Aku disuruh cepat pulang soalnya ada acara keluarga di rumah bibi aku. Maaf yahh San."

"Yah Sarah" kata Sania. Menyimpan handphone nya kembali ke saku celananya.

"Kenapa kamu San? Ada apa emangnya?" Tanya Rangga penasaran.

"Ini Sarah. Tadi dia kesini bareng aku, terus dia nyari makanan ke luar dulu.. terus tadi dia nge sms ga bisa pulang bareng gara-gara ada acara keluarga di rumah bibinya" kata Sania menjelaskan.

"Trus apa masalahnya?" tanya Rangga.

"Yaa ga apa-apa sih"

"Masalahnya kamu pulang sendiri ya? kalau aku ngantein kamu pulang gimana?" tanya Rangga

"Kamu tau dari siapa?" tanya Sania.

"Nebak" Jawab Rangga. Singkat.

"Ohh yaudah, boleh tapi kalau bisa mah sekarang" pinta Sania.

"Oke.kamu tinggal sebutin arahnya ya" kata Rangga.

"Oke Deh" jawab Sania.

Mereka pun pulang berdua menggunakan mobil nya Rangga. Sania pun sampai kelupaan bahwa awal dia pergi ke toko buku itu, untuk membeli buku geografis. Hmmm yaa.. itu sihh karena keasikkan ngobrol dengan Rangga.

Keesokan harinya, hari itu tepat tanggal 31 Agustus, hari itu adalah hari ulang tahunnya ibunya Sania yang ke 35 tahun, yaa. Memang umur segitu terbilang masih muda. Setelah uang yang dikumpulinnya sudah terkumpul, pagi-pagi sekali Sania pergi untuk membeli sebuah hadiah untuk ibu tercintanya. Hadiah yang sederhana. Mungkin Al-Quran. Karena Al-Quran milik ibunya sangat kecil, sehingga dia sedikit kesulitan untuk membacanya, karena keadaan matanya yang rabun jauh. Seperti biasanya dia selalu ditemani Sarah.

Di pasar, Sania mencari-cari Al-Qur'an yang lebih besar dari milik ibunya yang di rumah. Sekitar 30 menit mereka mencari-cari. Akhirnya ketemu juga. Sebuah Al-Qur'an yang cukup besar, persis yang diinginkan ibunya. Setelah itu, dia pergi ke toko kue, membelikan kue untuk ibunya. Sania sangat sayang pada ibunya. Sampai ia rela untuk mengorbankan segala tenaganya hanya untuk melihat ibunya bahagia.

" San, aku salut deh sama kamu, kamu segitu sayangnya ke ibumu, sampai kamu pengan ngebuat ultahnya jadi spesial" kata Sarah.

"Nggak segitu amat kali Sar, setiap anak pasti ingin sekali ngeliat orangtuanya, terutama mamanya bahagia, Aku yakin kamu juga gitu"

"Hmmm iya sih.. tapi rasa sayang kamu ke mamah kamu itu keliatan banget. Aku ingin kaya kamu San. Tapi kayaknya Aku ga bisa."

" Tidak ada kata ga bisa kalau ada usaha Sar, Aku yakin kamu bisa, bahkan kamu pasti akan lebih bisa dari Aku."

"Hmmm iya Aamiin mudah mudahan aja."

Setelah mereka berdua selesai membeli Al-Qur'an dan kue ulang tahun untuk mama nya Sania, akhirnya mereka berdua pun pulang ke rumah Sania untuk memberikan hadiah itu. Sampailah di rumah Sania.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam Sania udah pulang eh ada Sarah, apa kabar Sarah"

"Baik tante" (tersenyum)

"Kamu abis darimana sih San ? dari pagi baru pulang sore-sore begini! (cemas)"

"Emmm... (tersenyum. Memegang tangan mama nya) Aku habis dari toko untuk membeli hadiah ini buat mama. Selamat ulang tahun ya mah. Maaf ya mah Aku hanya bisa ngasih ini aja ke mamah. Makasih atas semua kebaikan mamah. Aku sayang mamah" kata Sania. (Dengan nada sedih)

"Nak, kamu seharusnya ga perlu ngasih semua ini, bagi mamah kamu itu hadiah terindah yang dikasih Allah ke mamah"

"Enggak mah, hadiah ini hanyalah sebagai tanda terimakasih atas kasih sayang mamah ke Sania walaupun hadiah ini belum seberapa, dari pengorbanan mamah selama ini"

"Makasih ya San, Mamah sangat sayang sekali padamu"

"Yang seharusnya berterimakasih itu Aku, makasih ya Mah"kata Sania sambil memeluk Mamahnya.

" Iya sayang, yaudah kita masuk yu ke rumah, ayo San, Sarah"

Suasana di ruang tamu itu penuh dengan kegembiraan dan kebanggaan seorang ibu kepada anaknya, juga kebahagiaan seorang anak kepada ibunya. Mereka saling menyayangi satu dengan yang lainnya. Ketika Ayahnya harus pergi ke luar negeri untuk mencari nafkah. Dan pulang setahun sekali ke Indonesia.

Suasana pagi yang cerah diiringi dengan suara burung kecil yang berkicau merdu. Mengawali hari Sania untuk pergi ke sekolah. Kebetulan dia pergi sendirian karena sahabatnya Sarah sedang sakit. Dan tidak akan masuk sekolah untuk beberapa hari.

TIBA-TIBA

" Sania.. Sania... " Terdengar suara yang memanggil Sania . 

Dia pun segera menoleh ke belakang. Ternyata.dia. si cowo aneh yang Sania  di perpustakaan kemarin. Ngapain dia manggil Sania?

"Ehh kamu! Kenapa kamu tau nama aku?" tanya Sania bingung.

"Emm tau aja" kata cowok itu singkat.

"Ihh terus kamu mau apa manggil-manggil?!" kata Sania.

"A..aku cuman pengen minta maaf, yang.. yang waktu di perpus kemaren. Maaf ya? seharusnya aku nggak bersikap gitu ke kamu"

"Ohh.. iya gapapa kok, aku tau kok kamu emang perlu buku itu kan? Tapi harusnya kamu ngomong baik-baik jangan gitu" Tegas Sania.

"Iya deh kan aku udah bilang maaf. Kenalin nama akun Fauzi dari kelas X-A "

"ohh Fauzi."

Di sepanjang perjalanan, mereka mengobrol sampai tidak terasa udah memasuki gerbang sekolah. Mereka berdua pun memasuki ruang kelas nya masing-masing.

KRINGG.KRINGG.KRINGG

Bel masuk berbunyi Tidak seperti biasanya Sania istirahat di kantin sendirian. Biasanya dia selalu ditemani oleh sahabat nya Sarah. Namun Sarah sedang sakit, dan itu membuat Sania sangat sedih. Rasanya dia ingin sekali cepat pulang agar bisa nengok Sarah. Saat Sania sudah selesai makan siang di kantin, Fauzi datang tiba-tiba. Kali ini dia membawa lollipop. Darimana dia tau kesukaannya Sania.

"Nih .. kamu suka permen kayak gini kan?"

"Waahh ini lollipop? Darimana kamu tau aku suka permen ini?" (heran)

"Dari mana aja boleh. Kamu ga perlu tau"

"Ihh kamu itu selalu aja nyebelin.. tapi makasih ya sebelumnya" kata Sania sambil membuka plastik permen lolipop itu, dan memakannnya.

"Oke ... (duduk di bangku kantin dekat Sania)

" Emm aku tau sekarang kamu lagi sedih , gara-gara mikirin sahabatmu itu. Jadi aku bawain kamu permen itu biar rasa sedih mu sedikit hilang... gimana enak?" Tanya Fauzi.

"Iya enak, makasih ya Fauzi. Aku seneng udah kenal kamu" kata Sania tersenyum manis. Fauzi tersenyum.

"San.. sebenernya aku itu su.. emm gimana ya ngomongnya"

" Su? Su apa Fauzi?"

"Sebenernya a.aku ini su.. sudah kebelet pengen ke belakang. Aku izin ke toilet dulu ya"

" Kirain mau bilang apa.. yaudah aku juga mau ke kelas. Makasih ya permen nya" Fauzi hanya mengangguk, tersenyum tipis.

Sebenernya Fauzi itu sudah naksir Sania dari kelas VII itu sebabnya dia selalu tau tentang Sania. Yaa walaupun tidak semuanya... tapi Fauzi sangat senang bisa mengobrol, dan lebih dekat dengan Winda.

Sebelum pulang, Sania melaksanakan sholat zuhur dulu di masjid sekolahnya. Karena dia tidak sempat untuk melaksanakan sholat tepat waktu karena ada ulangan di kelasnya. Sesudah sholat dia pun berdo'a.

Sesudah sholat Sania pun pulang dengan berjalan kaki. Tiba-tiba terdapat mobil avanza yang menghampiri Sania. Sepertinya aku kenal dengan mobil itu. Pikirnya. Ya itu adalah mobil milik Rangga. Rangga pun keluar dari pintu mobilnya, mengajak Sania pulang bareng dengannya. Namun Sania menolak dengan halus ajakan dari Rangga itu. Karena dia akan pergi ke rumahnya Sarah untuk menengoknya. Namun Rangga memaksanya, akhirnnya Rangga pun ikut untuk menengok Sarah. Mereka pun pergi berdua menggunakan mobil Rangga untuk pergi ke rumah Sarah.

Di dalam mobil

" Sania kamu kenapa?" Tanya Rangga penasaran.

"Engga" jawab Sania singkat.

"Hmmm aku tau perasaan kamu saat ini San, kamu pasti sedih karena sahabatmu sakit." ujar Rangga, menyesuaikan dengan perasaan Sania.

"Nah itu kamu tau" balas Sania singkat. Perasaan dia selalu tau apa yang ku fikirkan pikirnya. Rangga hanya tersenyum menanggapi jawaban Sania yang sangat singkat itu. Rangga pun tidak banyak bicara lagi beberapa detik menit masih tidak ada yang bersuara di dalam mobil. 

Dan akhirnya Rangga mulai bicara.

" San aku boleh nanya sesuatu ga? Tapi kamu janji jangan marah yah" ujar Rangga.

"Bagaimana aku tau kalau aku akan marah apa engga, kalau kamu belum nanya apa-apa sama aku.. emang kamu mau nanya apaan sih?" tanya Sania sedikit deg-degan.

"Sebenernya kamu sama Fauzi itu ada apa sih ? ko kelihatannya deket banget"

"Ohh apaan sih . sebenernya aku sama Fauzi itu ga ada apa-apa kita cuma temen deket aja"

"Ohh bagus..." timpa Rangga, dengan volume.suara yang kecil.

"Apanya yang bagus?"

"Ehh engga ko Itu bagus pemandangannya" jawab Rangga.

"Bagus apanya? Dari tadi aku cuma liatin berbagai kendaraan di jalan raya aja"

"Eh emangnya Fauzi siapa kamu?" tanya Sania penasaran.

"Fauzi itu temen... Ehh sahabat aku sewaktu kecil.. ya seperti kamu sama Sarah" jawab Rangga menjelaskan.

Setibanya di rumah Sarah

"Ehh ada Sania sama .. Rangga?" kata Sarah, terkejut. Dengan nada lesu.

"Hai Sar, gimana keadaan mu sekarang? Lebih baik kan ?" Tanya Sania penuh perhatian.

"Alhamdulilah San. Sekarang udah agak membaik" jawab Sarah lesu.

" Ehh Sarah kamu itu sakit apa?" ujar Rangga. Menyela pembicaraan Sania dan Sarah.

"Emm kayaknya aku itu cuman kecapean aja, mungkin gara-gara kemarin aku pergi ke rumah bibi. Terus kecapean, ketambah kayaknya masuk angin kali, soalnya waktu itu aku lupa sarapan." jawab Sarah.

"Yaudah Sar, sekarang kamu istirahat dulu aja, jangan terlalu banyak mikirin yang enggak terlalu penting semoga kamu cepet sembuh yah" kata Rangga, perhatian. Mereka pun pamit pulang.

Keesokan harinya setelah pulang sekolah

" kamu kemana saja? jam segini baru pulang! Dan.. ini tangan mu kenapa?" tanya mamahnya Sania cemas.

"Anu bu, tadi Sania keserempet motor, untung aja tadi ada ibu-ibu yang nolongin aku. Dan ada Fauzi" jawab Sania tersenyum, melihat Fauzi.

"Tapi kamu gapapa kan?" tanya ibu Sania.

"Engga apa-apa ko Bu, Cuma perih sedikit"

Allahuakbar-Allahuakbar

Terdengar suara adzan Ashar yang sangat merdu terdengar di telinga. Ibu Sania pun mengajak Fauzi untuk masuk ke rumahnya, mengajak nya untuk sholat bersama.

"Nak Fauzi makasih yah kamu udah nolongin Sania, kamu mau mampir ke dalam dulu? Sekalian kita sholat magrib bersama" pinta Ibu Sania.

"Iya bu sama-sama, kan kata Sania kita itu harus saling tolong menolong, lagian Sania juga udah baik sama saya. Makasih sebelumnya, tapi saya harus pulang, takut dicariin mamah, biar nanti saja saya solat Asharnya di rumah" jawab Fauzi sopan.

"Ya sudah kalau begitu makasih ya Fauzi" kata Mamanya Sania.

"Iya Bu, saya pulang dulu ya Assalamu'alaikum" Kata Fauzi sambil mengiring sepedanya.

"Wa'alaikumsalam" jawab Sarah dan Mamanya.

"Fauzi" Sania memanggil Fauzi, dari belakang Fauzi pun menoleh.

"hati-hati di jalan" kata Sania tersenyum manis. Fauzi mengangguk, sambal tersenyum pada Sania. Mamanya hanya tersenyum melihat anaknya.

Di rumah Rangga

Jam menunjukan pukul tujuh malam, waktu nya bagi keluarga Rangga untuk makan malam. Rangga termasuk keluarga kaya. Namun dia tidak pernah menyombongkan kekayaan nya. Dia selalu bersikap sama seperti anak-anak lainnya. Rangga masih memiliki orangtua yang lengkap dan seorang kakak laki-laki yang selalu menjadi teman bertengkarnya. Mereka sama-sama tidak mau kalah jika sedang bertengkar. Sehingga membuat mamahnya pusing 7 keliling, melihat tingkah dua orang putranya itu.

"Rangga kamu kenapa? Kok makanannya ga di makan, Cuma diaduk aduk aja" Tanya Mamahnya Rangga penasaran.

"Engga mah... aku Cuma lupa belum ngerjain PR jadi kepikiran."

"Tumben lu inget sama PR, biasanya juga mikirin cewe" kata kakak nya Rangga.

" Diem lu Kak.!" jawab Rangga kesal.

"Apa? Kamu udah berani pacaran ya? Kamu itu masih kecil. Kewajiban kamu Cuma belajar. Ga pantes pacar-pacaran untuk seusia kamu..!" kata Ayah Rangga.

"Iya, Ayah. Rangga ga pacaran ko."

"Sukurin lu." kata kakakya.

"Berisik lu " jawab Rangga.

"Diam.! (teriak ayahnya) kalian berdua ini gimana? Adik kakak sama saja. ga ada yang mau mengalah. " bentak Ayahnya.

"Sudah-sudah...ayo cepat makananya habiskan" Kata Mamahnya Rangga kesal.
Setelah membuat kegaduhan di meja makan, mereka pun makan bersama, namun Rangga tidak nafsu untuk makan, malam itu. Jika boleh dan ayahnya tidak akan memarahinya dia akan memilih untuk tidakmakan dan memutuskan untuk tidur di kamarnya.

Pagi pun tiba Sania melangkahkan kaki menju kantin sekolah, Sania berniat untuk sarapan. Tidak biasanya Sania makan pagi, namun pagi itu perutnya terasa lapar tidak seperti biasanya. Saat itu Sania berniat membeli sepiring nasi uduk. Di kantin Sania bertemu dengan Sarah.

"Ehh Sar tumben kamu datengnya pagi" sapa Sania dengan senyuman ramah.

"Eh.. iya" jawab Sarah singkat dengan nada BT dan bermuka masam.

"Kamu kenapa Sar? Ada masalah ? kalau ada masalah cerita aja sama aku" Tanya Sania penasaran melihat muka sahabatnya yang terlihat sedang tidak senang.

"Enggak kok ga ada masalah" Jawab Sarah singkat.

" Yaudah deh kalau kamu ga mau cerita mungkin lain kali kamu mau terbuka sama aku." (Sedih)

"Neng mau pesen nasi?" tanya Ibu Kinah, orang yang jualan nasi uduk di sekolah.

" Iya saya pesen sebungkus eh Sar, kamu pesen nasi uduk juga ya? Kita makan bareng yu? Dan itu (menunjuk tas Sarah kenapa di bawa ke kantin? Ga di simpen dulu ke kelas? Emangnya ga berat Sar? kan kamu sendiri yang bilang sama aku kalau tas mu itu selalu berat" tanya Sania penuh perhatian pada Sarah.

Tapi Sarah tidak menghiraukan perkataan Sania dia pun pergi tanpa pamit. Kejadian itu membuat Sania bingung kenapa Sarah seperti itu padahal seingatnya dia tidak ada berbuat salah ke Sarah. (Aneh)

Beberapa hari kemudian Sania tahu mengapa sikap Sarah belakangan ini berbeda padanya, semua itu berawal saat Sania nengok Sarah yang sedang sakit bersama Rangga. Ternyata selama ini Sarah menyukai Rangga. 

Mengetahui hal itu Sania menjelaskan se detail-detail nya bahwa dia hanya menganggap Rangga hanya sebatas teman saja memang dulu dia sempat menyukainya. Namun sekarang telah ada laki-laki lain yang selalu mengisi hari-harinya. Mendengar penjelasan Sania, Sarah pun mulai lunak.

Setelah penjelasan itu persahabatan mereka mulai balik lagi seperti dulu, kejadian kemarin mereka jadikan pelajaran agar kejadian itu tidak terulang lagi, mereka sepakat akan selalu terbuka akan semua hal termasuk tentang cowok. Mereka berjanji tidak akan pernah terpisah apalagi hanya karena cowok persahabatan jauh lebih penting daripada untuk memimirkan cowok.

                                 ~ TAMAT ~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun