"Kakek terkena serangan jantung saat ia makan singkong. Aku tak bisa melupakan ekspresi wajahnya yang kesakitan. Ia memohon pertolonganku, tapi aku tak berdaya. Sejak saat itu aku takut dengan singkong."
"Kau berusia berapa saat itu?"
"Lima tahun," sahutku sembari berlinang air mata.
Ujang Tuna memelukku dengan erat. "Aku sangat menyesal kau harus mengalami tragedi tersebut. Tenanglah! Aku akan berusaha membantumu secara perlahan. Kita pasti bisa mengatasi traumamu dengan singkong. Kau percaya padaku, kan?"
Aku menganggukkan kepala. Ternyata perasaanku begitu lega ketika mencurahkan rahasiaku pada Ujang Tuna. Mungkin suatu saat aku bisa menyantap comro singkong isi ikan tuna pedas. Siapa tahu?
Ketika Ujang Tuna mengedipkan mata kanannya pada Mama yang mengintip, aku tercekat. Mereka pasti berkonspirasi untuk melancarkan perjodohan ini! Aku sudah menduganya! Tapi apa dayaku? Aku sudah jatuh hati pada Ujang Tuna, si petani singkong yang tak sepolos penampilannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H