Semakin lama si ayam merah semakin dekat. Tubuh si ayam merah pun semakin besar hingga melebihi besarnya tubuh Bu Zahra. Ia menghampiri Bu Zahra dan membuka paruhnya selebar mungkin. Karena kakinya lemas, Bu Zahra tak kuat untuk melarikan diri. Ia hanya bisa pasrah menanti ajalnya ketika paruh raksasa itu terbuka semakin lebar. Dan hanya kegelapan yang menyelimuti diri Bu Zahra.
Saat tengah malam, Bu Zahra terbangun dan menangis ketakutan. "Jangan! Jangan makan aku, ayam merah! Aku kurus. Sudah tua. Dagingku tak enak dan alot. Mengapa kau tak makan saja tetanggaku yang masih muda dan segar, Imas si renternir?"
***
"Wah, ada acara apa hingga Ibu mengundang kami semua? Kebun Ibu masih harus diperbaiki?" Tanya Fero heran. Kelompok KKN mereka baru saja selesai melakukan kunjungan ke UKM produk enye-enye singkong. Mereka menyarankan pada sang pemilik UKM untuk mempercantik kemasan produk dan mengembangkan pemasaran. Saat mereka berjalan pulang, tiba-tiba Bu Zahra mencegat mereka semua.
Bu Zahra menggelengkan kepala. "Bukan, Fero. Ibu ingin kalian menyantap masakan Ibu yang enak ini. Anak Ibu tak jadi datang dari Jakarta karena lembur. Jika dibiarkan, masakan ayam ini mubazir."
"Ibu kan bisa menyantapnya sendiri dan menghangatkan sisa makanannya. Bukankah Ibu sering mengeluh harga bahan makanan di sini mahal?" Tanya Ima.
Bu Zahra menggelengkan kepala. "Ibu tak ingin makan ayam. Kalian saja yang makan. Mari duduk dulu di teras rumah."
Sandy yang sudah berpengalaman dengan karakteristik Bu Zahra yang ajaib, menjadi curiga. Ia pun berbisik pada Fero, "Pasti ada apa-apanya dengan ayam itu. Seingatku, Bu Zahra pernah berkata bahwa ia sangat menyukai hidangan ayam goreng."
Fero pun mendeham. Ia berpikir, bisa berbahaya jika kelompok KKN keracunan makanan. "Bu, benar tak ada apa-apa dengan masakan ayam ini?"
Dengan raut wajah lugu, Bu Zahra mengangguk. Tapi posisi duduknya yang begitu kaku hingga kedua tangannya yang terlipat rapi di atas pangkuannya, sungguh ganjil. Tampak benar Bu Zahra menyembunyikan keresahannya.
Sandy tiba-tiba teringat sesuatu. "Bu, ke mana si ayam merah yang nakal itu?"
"Ayam merah sudah jadi ayam goreng dan sup."