Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Kisah Kearifan Nyata, Bu Zahra dan Si Ayam Merah

12 Juni 2024   07:27 Diperbarui: 12 Juni 2024   07:44 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.

Tak kalah sadis, Rio yang biasanya pendiam, berkomentar, "Ayam cantik sudah kebelet pup, dan kau tampak cocok jadi pispot?"

Sandy memandang Tia penuh rasa terima kasih karena Tia diam saja. Tak mengolok-oloknya. Tapi harapan tinggal harapan. Sudut bibir kiri Tia agak berkedut. Kemudian, Tia mendongakkan kepalanya ke belakang dan tertawa sekeras mungkin. "Rasakan kau, cowok PHP (Pengharapan Palsu)! Kau tolak cintaku karena masih teringat mantanmu yang menor itu. Aku suka gayamu, Ayam Manis! Mungkin ayam jenius ini reinkarnasi dari pelukis abstrak." Bahkan Tia mengedipkan mata kirinya pada ayam betina yang sudah diamankan oleh Bu Zahra dari tangan gemetar Sandy. Sepertinya, Bu Zahra khawatir akan terjadi pembunuhan berencana pada ayam petelur kesayangannya itu. Kejahatan terjadi jika ada niat dan kesempatan. Waspadalah!

"Fero, sekarang jam berapa, ya?" Tanya Bu Zahra.

"Jam setengah satu siang," jawab Fero sembari melirik jam tangan kulit di pergelangan tangan kirinya.

"Ah, sudah waktunya," ujar Bu Zahra sembari mengelus kepala ayam petelur tak tahu diri itu. Ia pun menatap kedua mata ayamnya tanpa kedip. Ekspresi wajah Bu Zahra sangat menyeramkan ala film horor.

Melihat kelakuan Bu Zahra yang ganjil itu, tak urung perasaan takut menyelimuti hati Ima. Apakah Bu Zahra kurang waras karena terlampau lama hidup melarat tanpa suami? Sudah 15 menit Bu Zahra menghipnotis si ayam. Mereka ingin pamit pulang. Tapi bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Bu Zahra?

Tia pun menyodok pinggang kiri Rio dan berbisik, "Apa Bu Zahra baik-baik saja? Jangan-jangan ia kerasukan jin musang yang suka makan ayam."

Rio, si mahasiswa yang diam-diam menghanyutkan itu, tak kalah sablengnya dalam berkomentar, "Beliau baik-baik saja. Ia hanya sedang adu kekuatan mata dengan si ayam petelur. Tuh, kau lihat saja! Ayamnya kalah dan berpaling."

Sumber gambar: pixabay.com.
Sumber gambar: pixabay.com.


Tia pun menatap tak percaya. Si ayam benar-benar berpaling. Ia enggan menatap balik sang majikan. Setelah berkotek dengan resah, sang ayam pun menutup mata dan mengejan.

PLOP!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun