Mohon tunggu...
shofia amalia sholihah
shofia amalia sholihah Mohon Tunggu... The Student of Humanity Faculty -

Mahasiswa bahasa dan Sastra Arab UIN Malang, Penyuka biru, Penikmat Coklat, Kartun Larva, Hobby Membaca, Suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Polisemi dan Homonim

17 Desember 2017   22:42 Diperbarui: 17 Desember 2017   22:53 5976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

This paper contains the exposure of one part of Linguistics. Linguistics is on of scientific study thats makes the language as its object and the language studied in Linguistics can be merged with the events that occur around the language. The language has generally have two outline discussion there is structural discussion of language and discussion of the phenomenon of language. One of material structural study is words. The word is the most important part in the order are assigned grammatical meaning. The word meaning of the relationship one has with other words. These relationships form a new term which include polysemy and homonym. Words can be polarized and pronounce due to the underlying cause. Polysemy and homonym have in common that are two or more words whose grammatical form is identical. There for the difference is polysemic has a connection of meaning. But, homonym is different.

Keywords: Homonym, Polysemi, Word, Grammatical 

Abstrak

Artikel ini berisi pemaparan salah satu bagian linguistik. Linguistik merupakan ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya dan Bahasa yang dikaji dalam linguistik dapat disatukan dengan peristiwa yang terjadi di sekitar bahasa tersebut. Bahasa memiliki secara umum memiliki dua garis besar pembahasan yaitu pembahasan struktural bahasa dan pembahasan bahasa ditinjau dari fenomena disekililing bahasa. Kajian Struktural  Salah satu materinya adalah kata. Kata merupakan bagian terpenting dalam susunan makna gramatika. Kata satu memiliki relasi makna dengan kata lainnya. Relasi tersebut membentuk suatu istilah baru yang diantaranya adalah Polisemi dan Homonim. Kata dapat berpolisemi dan berhomonim  karena adanya sebab yang melatarbelakangi. Polisemi dan homonim memiliki kesamaan yaitu dua kata atau lebih yang bentuk gramatikalnya identik. Adapun perbedaannya adalah polisemi memiliki keterkaitan makna , sedangkan Homonim tidak.

Kata Kunci : Homonim, Polisemi, Kata, Gramatikal

 

Pendahuluan

Salah satu cabang ilmu pengetahuan adalah  linguistik. Linguistik merupakan ilmu yang objek kajiannya adalah bahasa, bahasa memiliki peran yang sangat penting dan universal. Suatu ilmu tidak dapat dipelajari secara maksimal apabila bahasa yang dipakai ilmu tersebut tidak dapat dipahami oleh penuturnya. Bahasa merupakan wujud totalitas antar sub-sistem. Karenanya objek yang dikaji dalam setiap studi bahasa adalah upaya identifikasi, analisis, dan korelasi lintas sub-sistem tersebut, yang tujuan pokonya adalah terciptanya kebermaknaan bahasa sebagai media komunikasi manusia (Kholison, 2016, h. viii).

Kata merupakan bagian terpenting dalam susunan makna gramatika. Kata diidentifikasikan melalui beberapa tingkatan, yakni tulisan (al-maktub) dan ujaran (al-mantuq). Pada tingkat tulisan, kata dipisah spasi. Sedangkan tingkat ujaran, adalah serangkaian bunyi yang memiliki makna tertentu dan dapat dipahami orang lain. Kata memiliki suatu makna apabila kata tersebut berpadu dengan kata yang lain. Suatu kata tersebut memiliki relasi makna antara satu kata dengan yang lain. Relasi makna dapat juga disebut pola struktur leksikal. Dimana makna-makna kata itu ternyata berbentuk pola tersendiri, yaitu pola tautan semantik (Nasution, 2017, h. 161).

Ullman berujar bahwasannya salah satu fenomena yang berkaitan dengan makna kata adalah dengan adanya kegandaan makna. Kegandaan makna atau keambiguan adalah suatu kondisi yang dapat timbul dalam berbagai cara. Prof. Empson pernah membedakan tujuh jenis kegandaan makna itu dalam sastra. Dari sudut pandang linguistik murni ada tiga bentuk kegandaan makna, yaitu fonetik, gramatikal dan leksikal (2007, h. 196). Faktor leksikal merupakan faktor terpenting dari adanya fenomena kegandaan makna. Karena sebuah kata dapat memiliki makna yang berbeda sesuai konteksnya.

Faktor leksikal kegandaan makna dapat tercermin pada istilah homonim dan polisemi. Sebuah kata dapat memiliki makna yang berbeda inilah yang disebut dengan polisemi. Dan dua kata atau lebih yang memiliki bunyi identik dapat disebut dengan homonim (Ullman, 2007, h. 200).

Sebelumnya terdapat berbagai jurnal yang ditulis dan erat kaitannya dengan polisemi dan homonim. Diantaranya adalah Muhamad Jaeni, 2010, 'Addad pola unik bahasa Al-Qur'an, yang Rumusan Masalahnya adalah bagaimana relasi makna didalam bahasa arab serta bagaimana sistem semantik bahasa arab yang ditandai dengan adanya Addad yang tidak ada dalam bahasa lain. Tujuan penulisannya yaitu untuk mengemukakan dalam linguistik arab ditemukan juga konsep relasi makna seperti sinonimi, polisemi, homonimi dan antonimi yang juga dapat dijumpai di dalam Al-Qur'an. Tetapi terdapat konsep relasional makna dalam bahasa arab yang tidak didapati dalam bahasa lain. Seperti berlakunya Al-addad (Jaeni, 2010).

Jurnal lain juga menuliskan pembahasan yang masih berkaitan dengan polisemi dan homonim adalah Jamal Azmi  Salim, 2013, Homonymy in Jordanian Colloquial Arabic: A Semantic Investigation yang berisi rumusan masalah yaitu bagaimana mempresentasikan polisemi menurut gambaran umum sehingga tujuan penulisannya yaitu untuk memaparkan sifat dasar polisemi dan homonim yang tidak bisa diterjemahkan secara harfiah, sehingga diharuskan menerjemahkan atau memaknainya berdasarkan konteks sehingga tidak menimbulkan dissambiguitas makna. Oleh karenanya dengan adanya jurnal serta penelitian yang ada menunjukan bahwa polisemi dan homonim merupakan bagian linguistik yang terus dikaji dan dipelajari (Salim, 2013).

Jurnal lain yang juga erat kaitannya dengan polisemi adalah Wagino Hamid Hamdani dan Maman Abdurrahman, 2014, Makna Polisemik Bahasa Arab dalam Al-Qur'an dan Implikasi Pembelajarannya yang berisi rumusan masalah yaitu bagaimana mempelajari polisemi bahasa arab dan makna leksikal-gramatikal untuk mempermudah pemahamannya. Sehingga tidak ada kekeliruan morfologis dalam membaca atau menerjemahkan teks bahasa arab (Hamdani dan Abdurrahman, 2014).

Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk menjabarkan pengertian polisemi, pengertian homonim, karakteristik polisemi, karakteristik homonim, sebab polisemi, sebab homonim serta contoh dari masing-masing kajian materi yaitu polisemi dan homonim serta perbedaan diantara keduanya.

Pengertian Polisemi

            Secara etimologi kata polisemi (Indonesia) diadopsi dari polysemy (Inggris), sementara Polysemy diadopsi dari Bahasa Yunani: "Poly" artinya banyak atau bermacam-macam, dan "semy" berarti arti (Nasution, 2017, h. 163).

Polisemi menurut Mukhtar Umar adalah satu kata yang memiliki makna lebih dari satu makna, karena memperoleh satu atau beberapa makna baru. Polisemi juga bisa disebut "keberagaman makna sebagai akibat perkembangan dari segi-segi makna". Bisa juga didefinisikan sebagai "satu kata bermakna banyak" (Kholison, 2016, h. 245).

Dalam linguistik Arab polisemi sering disebut sebagai istilah Musytaroku Al Lafdzi,yang memiliki pengertian sama yaitu satu kata atau dalam bahasa arab disebut kalimat yang memiliki dua makna atau lebih (Jaeni, 2010, h.61). 

Menurut Palmer  mengatakan, " it is also the case that the same word may have a set of different meanings," suatu kata yang mengandung makna seperangkat makna yang berbeda, mengandung makna yang ganda. Simpson mengatakan, "A word which has two (or more) related meanings," sedangkan Zgusta mengatakan, "All the possible senses the possible senses the word has"(Pateda, 2001, h.213). Berdasarkan pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa polisemi adalah kata yang memiliki banyak makna atau lebih dari satu.

Karakteristik Polisemi

Polisemi memiliki beberapa karakteristik dalam penggunaan kata, yaitu (Kholison, 2016. h. 247) :

  • Satu kata memiliki bidang makna yang luas.
  • Dasar konstruksi morfologis dari kata yang berpolisemi adalah sama (bersumber dari satu kata saja).
  • Biasanya makna-makna yang lahir dari kata yang berpolisemi memiliki kedekatan dan keterkaitan, atau satu sama lain identik.

Sebab-sebab Polisemi

  • Pergeseran Penggunaan

Pergeseran penggunaan terutama tampak mencolok dalam penggunaan kata sifat karena kata sifat ini cenderung berubah maknanya sesuai dengan kata benda yang diterangkan. Sebagian besar dari makna tersebut muncul karena pergeseran penggunaan walaupun faktor lain, seperti penggunaan kias, mungkin saja ikut berperan. Dalam bahasa Indonesia, kata kerja makanyang semulanya hanya untuk manusia dan binatang, itu pun dengan cara dan proses yang berbeda-beda. Karena faktor kias, kata kerja itu kadang-kadang dipakai untuk benda, misalnya remnya tidak makan, jarinya dimakan mesin; dan pada manusia dengan makna yang berbeda: seorang bapak makan anak tirinya sendiri. Kata yang tadinya hanya untuk makan benda-benda yang tidak demikian, misalnya, makan suap, makan angin, makan hati, makan asam garam. (Ullman, 2011, h. 203).

Dalam bahasa Indonesia kita temukan polisemi pada semua jenis kata. Berikut ini sekedar contoh dari Kamus Umum Bahasa Indonesia karya Poerwadarminta yaitu Lanjutkata sifat yang berarti Panjang (tentang cerita, percakapan), lama, tinggi (tentang umur), terus, tidak berhenti, masih bersambung, telah jauh dari permulaan. Contoh lainnya adalah Barang yaitu kata benda yang memiliki arti Benda umum (segala sesuatu yang berwujud atau berjasad), Segala alat perkakas rumah, perhiasan, Bagasi, muatan (kereta api, ), Sesuatu, segala sesuatu (untuk menyatakan segala yang kurang terang), Sesuatu yang bisa saja (bukan yang baik atau terpilih) (Ullman, 2011, h. 204).

  • Spesialisai Dalam Lingkungan Sosial

Pada kenyataannya bahwa polisemi itu sering muncul melalui semacam penyingkatan kata kerja. Contohnya untuk seorang pengacara, kata action (tindakan) akan dengan sendirinya berarti 'legal action' (tindakan hukum); bagi seorang tentara kata itu berarti suatu gerakan militer, tanpa penjelasan lain lagi. Di Indonesia, bagi seorang dokter kata operasi menghadirkan dalam benaknya hal-hal seperti penyakit, ruang dan pisau bedah, menjahit kulit atau pisau daging. Tetapi bagi seorang militer, kata itu selalu disangkutkan dengan hal-hal seperti musuh, serangan, tembak menembak, dsb. Bagi pencopet dan pencuri, kata itu mengacu kepada perilaku mereka dalam melakukan kejahatan. Dalam hal ini kata tersebut mungkin memperoleh sejumlah makna khusus tetapi hanya satu makna saja yang akan dapat diterapkan dalam lingkungan tertentu. (Ullman, 2011, h. 205).

  • Bahasa figuratif (kiasan)

Sebuah kata dapat diberi dua atau lebih pengertian yang bersifat figuratif tanpa menghilangkan makna orasinalnya: makna yang lama  dan yang baru tetap hidup berdampingan sepanjang tidak ada kekacauan makna. Dalam hal ini metafora-metafora ini memancar dari makna sentral kata itu. Kata mata misalnya dapat dipakai untuk lingkup yang sangat luas disamping acuannya pada organ tubuh. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendaftar enam makna di samping makna aslinya, sebagiannya ialah makna kias yaitu sesuatu yang menyerupai mata, bagian yang tajam pada alat pemotong, sela antara dua baris, tempat tumbuh, sesuatu yang menjadi pusat; yang ditengah-tengah benar, yang terpenting mata pencaharian. (Ullman, 2011, h. 207).

Homonim-homonim yang diinterpretasikan kembali

Polisemi juga bisa muncul melalui bentuk khusus etimologi populer. Jika dua buah kata mempunyai bunyi yang identik dan perbedaan maknanya tidak begitu besar, kita cenderung untuk memandangnya sebagai dua kata dengan dua pengertian. Secara historis ini adalah masalah homonimi karena dua kata itu berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Tetapi angkatan atau generasi yang lebih muda biasanya tidak menyadari etimologi serupa itu, dank arena itu menghubungkan kata-kata itu hanya semata-mata atas dasar segi psikologis saja. Dengan kata lain apa yang dulunya homonimi, kemudian diinterpretasikan sebagai polisemi karena ketidaktahuan akan asal-usul kata yang berhomonimi itu (Ullman, 2011, h. 208).

  1. Pengaruh Asing

Salah satu cara masuknya pengaruh asing kedalam suatu bahasa adalah dengan mengubah makna yang ada dalam sesuatu kata asli. Kadang-kadang makna-pungut atau makna pinjaman itu mendesak kata yang lama, misalnya kata parlement dalam bahasa Prancis semula berarti 'berbicara' (berasal dari kata parler 'berbicara'). Kemudian kata itu menjadi mempunyai arti 'dewan yudisial' (di Indonesia sering disebut "lembaga yudikatif" atau "kekuasaan kehakiman") karena pengaruh kata inggris parliament yang berarti 'dewan atau badan legislatif', yang menjadi satu-satunya makna yang berlaku sekarang. Tetapi dalam banyak hal, makna lama tetap hidup berdampingan dengan yang baru, dan muncullah polisemi. Disini ada proses peminjaman makna (semantic borrowing). (Ullman, 2011, h. 210).

Dalam bahasa Indonesia, Chaer mencontohkan kata kepala yang memiliki enam makna berikut (Kholison, 2016, h. 243) :

  • Bagian tubuh dari leher ke atas, seperti yang terdapat pada hewan dan manusia.
  • Bagian dari sesuatu yang terletak disebelah atas atau depan, dan merupakan hal yang penting atau terutama seperti kepala suku, kepala meja, dan kepala kereta api.
  • Bagian dari sesuatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku dan kepala jarum.
  • Pemimpin atau ketua, seperti kepala sekolah, kepala kantor dan kepala stasiun.
  • Jiwa atau orang, seperti pada kalimat "setiap kepala menerima bantuan 500.000".
  • Akal budi, seperti dalam kalimat "badannya besar tetapi kepalanya kosong"

Sebab-sebab adanya polisemi Bahasa Arab

Perbedaan antara penyebab polisemi dalam bahasa arab memiliki sedikit perbedaan dengan penyebab polisemi pada umumnya. Sebab-sebab adanya polisemi dalam bahasa arab dapat disebutkan dalam pembahasan berikut (Nasution, 2017. h. 167):

  • Lebih diakibatkan oleh adanya macam-macam dialek dalam bahasa arab tersebut. Sementara banyaknya dialek lebih diakibatkan oleh banyak kabilah, dan setiap kabilah memiliki dialek masing-masing. Macam-macam dialek ini dikodifikasikan dalam beberapa mu'jam, sehingga tersusunlah macam-macam kata dengan berbagai makna yang terkandung didalamnya, bahkan satu kata dapat dipastikan mengandung lebih dari satu arti. Disinilah letak polisemi dalam bahasa arab.
  • Karena perkembangan fonem (bunyi) dalam bahasa arab, baik itu terjadi karena naqish (pengurangan), ziyadah (penambahan) maupun naql al-Harfi (pengertian huruf). Melalui proses ini banyak kata-kata yang menyatu dengan arti kata lain yang berbeda artinya. Sebagai contoh: kata "" jama' dari kata "" berubah bunyi dengan mengganti huruf "" dengan huruf "" karena kedekatan makhraj sehingga dibaca "" (bunyi atau suara) yang dimaksudkan juga sama dengan (irama). Contoh lain adalah kata "" (bara api) yang diartikan dengan "" (tumpukan batu, tumpukan debu), dengan mengganti "" dengan "" oleh karena kedekatan makhraj.
  • Perubahan sebagian kata dari arti yang hakiki kepada arti yang metaforis, karena adanya keterkaitan arti dan seringnya dipakai arti metaforis tersebut menjadi kata hakiki. Seperti kata yang artinya 'mata' diartikan dengan (pelayan, gadis), diartikan dengan 'sesuatu yang paling utama dan yang paling baik. Juga diartikan dengan 'mata uang emas atau perak.'
  • Perubahan morfologi (tashrif) yang terjadi pada dua kata yang sama bentuknya. Dari bentuk tersebut timbul arti yang bermacam-macam karena perbedaan bentuk masdar-nya. Contoh kata karena masdar-nya , maka diartikan 'menemukan.' Sementara "" yang masdarnya maka diartikan dengan "marah". Sedangkan fiil yang masdar-nya "" diartikan dengan " " diartikan dengan "kehilangan/putus cinta".

Dalam bahasa arab, kata yang berpolisemi dapat dicontohkan sebagai berikut:

Contoh kata                                                                     

Makna

Contoh Polisemi

Kata Asal

Rumah Ahmad

(Rumah/ Tempat tinggal)

Kantor Perbendaharaan Negara

Sarang Laba-laba

Kemah

Rumah Hantu

Ka'bah, Baitul Haram

Kandang Ayam

Liang semut

Sumber: Semantik Bahasa Arab, 2016. Halaman 243

Pengertian Homonim

Homonimi ( Inggris: homonymy) berasal dari bahasa Yunani Kuno, onoma : nama dan homos: sama). Secara harfiyah homonim adalah nama sama untuk benda yang berlainan. Verhaar mengatakan, "Homonim adalah ungkapan (kata atau frasa atau kalimat) yang bentuknya sama dengan suatu ungkapan lain, tetapi dengan perbedaan makna diantara kedua ungkapan tersebut". Lyons mengatakan, "homonyms are two different woeds which are written identically and sound identical".Menurut M. Ngafendi homonimi adalah "Kata yang sama ejaanya atau lafalnya, tetapi mengungkapkan arti yang berbeda karena berasal dari sumber yang berbeda. Sehingga homonim bisa berbentuk; homofon dan homograf" Dalam bahasa arab, al-Marud mendefinisikan homonimi ( ) "Lafadz yang sama jenisnya, artinya ada dua lafas yang sama dalam bentuk penulisannya" (Nasution, 2017, h.169).

Pendapat lain yang masih senada dengan dengan pemikiran diatas bahwa homonim adalah kata yang sama akan tetapi memiliki makna berbeda (Kholison, 2016, h. 252).

Homonim juga memiliki istilah lain, yaitu homofon dan homograf. Homofon adalah satuan dua satuan yang bunyinya sama tetapi maknanya berbeda. Sedangkan homograf adalah dua satuan yang tulisannya sama tetapi berbeda makna. Menurut Soedjito homonim dibagi menjadi tiga. Pertama Homonim yang Homofon, yaitu sama dalam pengucapannya tetapi berbeda pengejaannya, contoh: bang Ali dan Bank Mandiri. Kedua adalah Homonim yang Homograf, yaitu Homonim yang ejaannya sama tetapi berbeda dalam pengucapannya, contoh: dibaca kataba dan kutub. Ketiga Homonimi yang Homofon dan Homograf, yaitu Homonim yang memiliki ejaan dan bunyi yang sama dan arti yang berbeda, contoh: 'bunga' bermakna bunga bank dan bunga melati . (Ainin dan Asrori, 2008, h. 77).

Karakteristik Homonim

Secara umum karakteristik homonim ada tiga yaitu (Kholison, 2017, h. 252):

  • Kata-kata yang bentuknya identik dan maknanya berbeda
  • Dilihat dari segi konstruksi morfologis, kata-kata yang berhomonim bersumber dari bentuk (kata) yang berbeda.
  • Makna-makna dari bentuk kata yang homonim tersebut tidak memiliki hubungan.

Perhatikan contoh-contoh berikut!

No

Kata Berhomonim

Makna 1

Makna 2

1

--

Berkata

--

Tidur di tengah hari

2

--

Hilang

--

Menggosok

3

Mudah

Berjalan

Sumber: Semantik Bahasa Arab, 2016. Halaman 251-252

Pada contoh diatas akan ditemukan, bahwa setiap kata memiliki makna lebih dari satu, dan kesemua makna tersebut tidak dalam bidang semantik yang sama. Artinya, makna-makna yang lahir dari kata yang berhomonim tidak berhubungan satu sama lain. Lyons (1982) membedakan antara homonim absolut dan homonim parsial. Menurut Lyons, homonim absolut memenuhi tiga kondisi berikut (Kholison, 2016, h. 252):

  • Maknanya tidak berhubungan
  • Seluruh bentuknya identik
  • Ekuivalen secara gramatikal

Contoh : sole 'bagian bawah sepatu' dengan sole 'jenis ikan' adalah homonim absolut karena memenuhi ketiga kondisi tersebut.

Dalam bahasa Arab, homonim absolut dapat dicontohkan pada kata     yang bisa berarti "rumah", juga bisa berarti "bait syair" sedangkan contoh dari homonym parsial adalah kata found 'bentuk lampau dari menemukan' dengan found 'bentuk kini dari mendirikan' termasuk homonym parsial karena gramatikalnya tidak ekuivalen. (Kholison, 2016, h. 252) jadi apabila susunan gramatikalnya sesuai itu disebut absolut dan apabila tidak sesuai dapat disebut parsial (Kholison, 2017, h. 252).

Sebab-sebab Homonim

Dibandingkan denga polisemi. Homonim tidak begitu sering terjadi dan tidak begitu kompleks. Ada tiga cara homonim itu bisa terjadi, dan cara ketiga yang paling penting yaitu (Kholison, 2017, h. 253) :

  • Konvergensi fonetis (Bunyi)

Timbulnya homonim yang paling utama adalah melalui konvergensi (perpustakaan, perpaduan) fonetis (bunyi). Adanya pengaruh bunyi maka dua atau tiga kata yang semula berbeda bentuknya, lalu menjadi sama bunyinya dalam bahasa lisan atau kadang-kadang sampai ke tulisannya. Sedangkan dalam bahasa Arab dapat dicontohkan kalimat berikut:

No

Kata Asal

Konvergensi Bunyi

Makna

1

Gelap

2

Dungu

Sumber: Semantik Bahasa Arab, 2016. Halaman 253

  • Divergensi Makna

Perkembangan makna yang "menyebar" (divergen) juga dapat menimbulkan homonim. Jika dua makna atau lebih (polisemi) dari sebuah kata berkembang kearah yang berbeda, maka di sana tidak akan jelas lagi hubungan antara makna-makna itu, dan kesatuan kata itu menjadi rusak, sehingga polisemi berubah menjadi homonim.

  • Pengaruh Asing

Banyak kata asing yang menyebar pada suatu bahasa sangat mungkin menimbulkan homonim dalam bahasa inggris ataupun bahasa lain. Dalam beberapa hal homonim semacam itu telah membawa kearah konflik yang serius, seperti pada pasangan gate 'pintu gerbang' (dari bahasa inggris kuno geat) dengan gate'jalan raya' (dari bahasa Norse kuno gata) (Ullman, 2011, h. 223).

Homonim Pada Tataran Morfem , Kata, Frase, Dan Kalimat

            Homonimi dapat terjadi pada tataran morfem, tataran kata, tataran frase dan tataran kalimat, berikut pembagiannya (Chaer,2007, h.96):

  • Homonim antar morfem, tentunya antara sebuah morfem terikat dengan morfem lainnya. Misalnya, antara morfem -nya pada kalimat: "ini buku saya, itu bukumu, dan yang disana bukunya'' berhomonimi dengan-nyapada kalimat "mau belajar tapi bukunya belum ada." Morfem --nya yang pertama adalah kata ganti orang ketiga sedangkan morfem --nya yang kedua menyatakan sebuah buku tertentu.
  • Homonimi antar kata, misalnya antara kata bisa yang berarti 'racun ular' dan kata bisa yang berarti 'sanggup atau dapat' seperi sudah disebutkan di muka. Contoh lain, antara kata semi yang berarti 'tunas' dan kata semi yang berarti 'setengah'
  • Homonim antar frase, misalnya antara frase cinta anak yang berarti 'perasaan cinta dari seorang anak kepada ibunya' dan frase cinta anak yang berarti 'cinta kepada anak dari seorang ibu'. Contoh lain, orang tua yang berarti 'ayah ibu' dan frase orang tua yang berarti 'orang yang sudah tua'.
  • Homonimi antar kalimat, misalnya antara Istri lurah yang baru itu cantik yang berarti 'lurah yang baru diangkat itu  mempunyai istri yang cantik' atau makna lain yaitu 'lurah itu baru menikah lagi dengan seorang wanita yang cantik

Perbedaan Homonim dan Polisemi

Kadang-kadang sulit membedakan antara polisemi dan homonim. Hal ini tidak mengherankan karena kedua istilah ini berhubungan dengan makna dan sekaligus dengan bentuk. Sebagian para ahli bahasa ada yang menganggapnya hampir sejenis seperti pendapatnya Ullman tetapi ada yang menyarankan untuk membedakan antara homonim dan polisemi menurut Lyons. Kriteria ini yang sebaiknya digunakan. Maksudnya, kalau kategori kata berbeda dan bentuknya sama tetapi maknanya berbeda kita berhadapan dengan homonim, misalnya kata bisa yang berkategori nomina atau kata benda dan kata bisa yang berkategori tugas. kata bisa berkategori nomina berarti racun, misalnya dalam kalimat bisa ular dapat menyebabkan kematian.Kata bisa berkategori kata tugas  bermakna boleh, dapat,terdapat dalam kalimat soal itu bisa diselesaikannya. Kalau kategori kata tidak berbeda, bentuknya sama dan maknanya ganda, maka kita berahadapan dengan polisemi. Contohnya kata jambul sebagai nomina yang bermakna rambut yang ditata baik-baik diatas dahi, sejambak bulu yang ada dikepala binatang,atau jambul-jambul pada kopiah  (Pateda,2001. h. 220)

Masih berhubungan dengan perbedaan antara homonim dan polisemi. Palmer mengemukakan cara untuk membedakan polisemi dan homonim (Pateda, 2001. h. 221)

  • Penelusuran secara etimologis. Misalnya bentuk pupil yang bermakna murid atau mahasiswa yang tidak langsung berhubungan dengan pupil of eye yang bermakna biji mata. Disini kita berhadapan dengan polisemi
  • Mencari makna ini. Misalnya kata tangan yang biasanya dihubungkan dengan bagian anggota badan. Tetapi dalam perkembangannya, terdapat urutan kata tangan kursi, dan kaki tangan musuh. Disini kita berhadapan dengan metafora yang menyebabkan makna bermakna ganda
  • Mencari antonimnya. Maksudnya, kalau antonimnya sama, maka kita berhadapan dengan polisemi dan kalau antonimnya berbeda kita berhadapan dengan homonim. Misalnya kata indah yang dapat digunakan untuk rumah baju pemandangan, tulisan. Antonim kata indah adalah buruk. Kata buruk ternyata dapat digunakan untuk baju, pemandangan, rumah, tulisan. Dengan demikian indah bermakna ganda alias polisemi. Sebaliknya kata terang berantonim dengan kata gelap. Kata terang dapat digunakan untuk kamar, langit suara, tulisan, tetapi kata gelap tidak mungkin dapat digunakan untuk suara, tulisan. Jadi antonimnya tidak dapat digunakan secara sama. Akibatnya kita berhadapan dengan homonim
  • Alasan formal. Dalam BI terdapat bentuk dinding yang berkategori nomina. Misalnya dalam kalimat "dinding itu kotor". Dan bentuk dinding yang berkategori verba yang muncul dalam bentuk, antara lain mendinding. Jadi disini ada dinding sebagai nomina dan ada dinding sebagai verba, dengan kata lain bentuk dinding bersifat homonim.

 

 

Kesimpulan

           Kajian teori polisemi dan homonim dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • Polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu atau ganda.
  • Homonim adalah kata yang memiliki kesamaan ungkapan maupun tulisan, yang mana terdapat perbedaan makna diantara kedua kata tersebut.
  • Karakteristik Polisemi menggunakan morfologis yang sama, dan memiliki arti yang luas atau banyak akan tetapi setiap makna terdapat kedekatan dan keterkaitan.
  • Karakteristik homonim  didasarkan dari kata yang berbeda (morfologis tidak sama), meskipun bentuk bunyi dan tulisan sama akan tetapi memiliki makna yang berbeda.
  • Sebab-sebab polisemi secara umum adalah pergeseran makna, spesialisasi dalam lingkungan social, bahasa figurati atau kiasan, homonim yang diinterpretasikan kembali, pengaruh bahasa asing.
  • Sebab-sebab Polisemi bahasa arab disebabkan adanya dialek antar daerah, perkembangan fonem (bunyi), perubahan kata dari arti yang hakiki kepada arti yang metaforis, dan perubahan morfologi.
  • Sebab-sebab homonim dikarenakan adanya konvergensi bunyi, divergensi makna, dan pengaruh bahasa asing.
  • Contoh dari polisemi adalah yang berart rumah, atau sarang laba-laba, kantor, kakbah ataupun kandang kesemua itu tergantung bagaiamana konteksnya.
  • Contoh Homonim adalah kata     yang bisa berarti "rumah", juga bisa berarti "bait syair" sedangkan contoh dari homonym parsial adalah kata found 'bentuk lampau dari menemukan' dengan found 'bentuk kini dari mendirikan'.
  • Para ahli ada yang membedakan antara pemahaman polisemi dan homonim tetapi ada juga para ahli yang menganggapnya sama.

Daftar Pustaka

Ainin, Moh. Asrori, Imam. (2014). Semantik Bahasa Arab. Malang: CV. Bintang Sejahtera Press

Chaer, Abdul. (2002). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta

(2007). Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Djajasudarman, Fatimah. (2013). Semantik 2 (Relasi Makna Paradigmatik, Sintagmatik, dan Derivasional). Bandung: PT. Refika Aditama Pateda, Manseor. (1991). Linguistik Terapan. Flores: Nusa Indah

Hamdani, Wagino Hamid dan Abdurrahman, Maman. (2014). Makna Polisemik Bahasa Arab dalam Al-Qur'an dan Implikasi Pembelajarannya. Vol. 14, No.1, Hal. 24-35, April 2014

Jaeni, Muhammad. (2010). Al Addad Pola Unik Bahasa Al-Qur'an dalam Jurnal Religia Vol 13, No. 1, Hal. 55-70, April 2010

Kholison, Mohammad. (2016). Semantik Bahasa Arab Tinjauan Historis , Teoritik, Aplikatif. Sidoarjo: Lisan Arabi

Nasution, Sahkholid. (2017). Pengantar Linguistik Bahasa Arab. Sidoarjo: CV. Lisan Arabi

Pateda, Manseor. (2001). Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Salim, Jamal Azmi. (2013). Homonymy in Jordanian Colloquial Arabic: A Semantic Investigation dalam Jurnal English Language and Literature Studies Vol. 3, No. 3, Hal. 69-76, Mei 2013

Ullmann, Stephen. (2011). Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Shofia Amalia Sholihah

Bahasa dan Sastra Arab -- UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang

15310036@student.uin-malang.ac.id 

 

Malfin Rofiatul Chumairoh

Bahasa dan Sastra Arab -- UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang

15310095@student.uin-malang.ac.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun