Mohon tunggu...
shofia amalia sholihah
shofia amalia sholihah Mohon Tunggu... The Student of Humanity Faculty -

Mahasiswa bahasa dan Sastra Arab UIN Malang, Penyuka biru, Penikmat Coklat, Kartun Larva, Hobby Membaca, Suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Polisemi dan Homonim

17 Desember 2017   22:42 Diperbarui: 17 Desember 2017   22:53 5976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebab-sebab Polisemi

  • Pergeseran Penggunaan

Pergeseran penggunaan terutama tampak mencolok dalam penggunaan kata sifat karena kata sifat ini cenderung berubah maknanya sesuai dengan kata benda yang diterangkan. Sebagian besar dari makna tersebut muncul karena pergeseran penggunaan walaupun faktor lain, seperti penggunaan kias, mungkin saja ikut berperan. Dalam bahasa Indonesia, kata kerja makanyang semulanya hanya untuk manusia dan binatang, itu pun dengan cara dan proses yang berbeda-beda. Karena faktor kias, kata kerja itu kadang-kadang dipakai untuk benda, misalnya remnya tidak makan, jarinya dimakan mesin; dan pada manusia dengan makna yang berbeda: seorang bapak makan anak tirinya sendiri. Kata yang tadinya hanya untuk makan benda-benda yang tidak demikian, misalnya, makan suap, makan angin, makan hati, makan asam garam. (Ullman, 2011, h. 203).

Dalam bahasa Indonesia kita temukan polisemi pada semua jenis kata. Berikut ini sekedar contoh dari Kamus Umum Bahasa Indonesia karya Poerwadarminta yaitu Lanjutkata sifat yang berarti Panjang (tentang cerita, percakapan), lama, tinggi (tentang umur), terus, tidak berhenti, masih bersambung, telah jauh dari permulaan. Contoh lainnya adalah Barang yaitu kata benda yang memiliki arti Benda umum (segala sesuatu yang berwujud atau berjasad), Segala alat perkakas rumah, perhiasan, Bagasi, muatan (kereta api, ), Sesuatu, segala sesuatu (untuk menyatakan segala yang kurang terang), Sesuatu yang bisa saja (bukan yang baik atau terpilih) (Ullman, 2011, h. 204).

  • Spesialisai Dalam Lingkungan Sosial

Pada kenyataannya bahwa polisemi itu sering muncul melalui semacam penyingkatan kata kerja. Contohnya untuk seorang pengacara, kata action (tindakan) akan dengan sendirinya berarti 'legal action' (tindakan hukum); bagi seorang tentara kata itu berarti suatu gerakan militer, tanpa penjelasan lain lagi. Di Indonesia, bagi seorang dokter kata operasi menghadirkan dalam benaknya hal-hal seperti penyakit, ruang dan pisau bedah, menjahit kulit atau pisau daging. Tetapi bagi seorang militer, kata itu selalu disangkutkan dengan hal-hal seperti musuh, serangan, tembak menembak, dsb. Bagi pencopet dan pencuri, kata itu mengacu kepada perilaku mereka dalam melakukan kejahatan. Dalam hal ini kata tersebut mungkin memperoleh sejumlah makna khusus tetapi hanya satu makna saja yang akan dapat diterapkan dalam lingkungan tertentu. (Ullman, 2011, h. 205).

  • Bahasa figuratif (kiasan)

Sebuah kata dapat diberi dua atau lebih pengertian yang bersifat figuratif tanpa menghilangkan makna orasinalnya: makna yang lama  dan yang baru tetap hidup berdampingan sepanjang tidak ada kekacauan makna. Dalam hal ini metafora-metafora ini memancar dari makna sentral kata itu. Kata mata misalnya dapat dipakai untuk lingkup yang sangat luas disamping acuannya pada organ tubuh. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendaftar enam makna di samping makna aslinya, sebagiannya ialah makna kias yaitu sesuatu yang menyerupai mata, bagian yang tajam pada alat pemotong, sela antara dua baris, tempat tumbuh, sesuatu yang menjadi pusat; yang ditengah-tengah benar, yang terpenting mata pencaharian. (Ullman, 2011, h. 207).

Homonim-homonim yang diinterpretasikan kembali

Polisemi juga bisa muncul melalui bentuk khusus etimologi populer. Jika dua buah kata mempunyai bunyi yang identik dan perbedaan maknanya tidak begitu besar, kita cenderung untuk memandangnya sebagai dua kata dengan dua pengertian. Secara historis ini adalah masalah homonimi karena dua kata itu berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Tetapi angkatan atau generasi yang lebih muda biasanya tidak menyadari etimologi serupa itu, dank arena itu menghubungkan kata-kata itu hanya semata-mata atas dasar segi psikologis saja. Dengan kata lain apa yang dulunya homonimi, kemudian diinterpretasikan sebagai polisemi karena ketidaktahuan akan asal-usul kata yang berhomonimi itu (Ullman, 2011, h. 208).

  1. Pengaruh Asing

Salah satu cara masuknya pengaruh asing kedalam suatu bahasa adalah dengan mengubah makna yang ada dalam sesuatu kata asli. Kadang-kadang makna-pungut atau makna pinjaman itu mendesak kata yang lama, misalnya kata parlement dalam bahasa Prancis semula berarti 'berbicara' (berasal dari kata parler 'berbicara'). Kemudian kata itu menjadi mempunyai arti 'dewan yudisial' (di Indonesia sering disebut "lembaga yudikatif" atau "kekuasaan kehakiman") karena pengaruh kata inggris parliament yang berarti 'dewan atau badan legislatif', yang menjadi satu-satunya makna yang berlaku sekarang. Tetapi dalam banyak hal, makna lama tetap hidup berdampingan dengan yang baru, dan muncullah polisemi. Disini ada proses peminjaman makna (semantic borrowing). (Ullman, 2011, h. 210).

Dalam bahasa Indonesia, Chaer mencontohkan kata kepala yang memiliki enam makna berikut (Kholison, 2016, h. 243) :

  • Bagian tubuh dari leher ke atas, seperti yang terdapat pada hewan dan manusia.
  • Bagian dari sesuatu yang terletak disebelah atas atau depan, dan merupakan hal yang penting atau terutama seperti kepala suku, kepala meja, dan kepala kereta api.
  • Bagian dari sesuatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku dan kepala jarum.
  • Pemimpin atau ketua, seperti kepala sekolah, kepala kantor dan kepala stasiun.
  • Jiwa atau orang, seperti pada kalimat "setiap kepala menerima bantuan 500.000".
  • Akal budi, seperti dalam kalimat "badannya besar tetapi kepalanya kosong"

Sebab-sebab adanya polisemi Bahasa Arab

Perbedaan antara penyebab polisemi dalam bahasa arab memiliki sedikit perbedaan dengan penyebab polisemi pada umumnya. Sebab-sebab adanya polisemi dalam bahasa arab dapat disebutkan dalam pembahasan berikut (Nasution, 2017. h. 167):

  • Lebih diakibatkan oleh adanya macam-macam dialek dalam bahasa arab tersebut. Sementara banyaknya dialek lebih diakibatkan oleh banyak kabilah, dan setiap kabilah memiliki dialek masing-masing. Macam-macam dialek ini dikodifikasikan dalam beberapa mu'jam, sehingga tersusunlah macam-macam kata dengan berbagai makna yang terkandung didalamnya, bahkan satu kata dapat dipastikan mengandung lebih dari satu arti. Disinilah letak polisemi dalam bahasa arab.
  • Karena perkembangan fonem (bunyi) dalam bahasa arab, baik itu terjadi karena naqish (pengurangan), ziyadah (penambahan) maupun naql al-Harfi (pengertian huruf). Melalui proses ini banyak kata-kata yang menyatu dengan arti kata lain yang berbeda artinya. Sebagai contoh: kata "" jama' dari kata "" berubah bunyi dengan mengganti huruf "" dengan huruf "" karena kedekatan makhraj sehingga dibaca "" (bunyi atau suara) yang dimaksudkan juga sama dengan (irama). Contoh lain adalah kata "" (bara api) yang diartikan dengan "" (tumpukan batu, tumpukan debu), dengan mengganti "" dengan "" oleh karena kedekatan makhraj.
  • Perubahan sebagian kata dari arti yang hakiki kepada arti yang metaforis, karena adanya keterkaitan arti dan seringnya dipakai arti metaforis tersebut menjadi kata hakiki. Seperti kata yang artinya 'mata' diartikan dengan (pelayan, gadis), diartikan dengan 'sesuatu yang paling utama dan yang paling baik. Juga diartikan dengan 'mata uang emas atau perak.'
  • Perubahan morfologi (tashrif) yang terjadi pada dua kata yang sama bentuknya. Dari bentuk tersebut timbul arti yang bermacam-macam karena perbedaan bentuk masdar-nya. Contoh kata karena masdar-nya , maka diartikan 'menemukan.' Sementara "" yang masdarnya maka diartikan dengan "marah". Sedangkan fiil yang masdar-nya "" diartikan dengan " " diartikan dengan "kehilangan/putus cinta".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun