Mohon tunggu...
shofia amalia sholihah
shofia amalia sholihah Mohon Tunggu... The Student of Humanity Faculty -

Mahasiswa bahasa dan Sastra Arab UIN Malang, Penyuka biru, Penikmat Coklat, Kartun Larva, Hobby Membaca, Suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Polisemi dan Homonim

17 Desember 2017   22:42 Diperbarui: 17 Desember 2017   22:53 5976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perkembangan makna yang "menyebar" (divergen) juga dapat menimbulkan homonim. Jika dua makna atau lebih (polisemi) dari sebuah kata berkembang kearah yang berbeda, maka di sana tidak akan jelas lagi hubungan antara makna-makna itu, dan kesatuan kata itu menjadi rusak, sehingga polisemi berubah menjadi homonim.

  • Pengaruh Asing

Banyak kata asing yang menyebar pada suatu bahasa sangat mungkin menimbulkan homonim dalam bahasa inggris ataupun bahasa lain. Dalam beberapa hal homonim semacam itu telah membawa kearah konflik yang serius, seperti pada pasangan gate 'pintu gerbang' (dari bahasa inggris kuno geat) dengan gate'jalan raya' (dari bahasa Norse kuno gata) (Ullman, 2011, h. 223).

Homonim Pada Tataran Morfem , Kata, Frase, Dan Kalimat

            Homonimi dapat terjadi pada tataran morfem, tataran kata, tataran frase dan tataran kalimat, berikut pembagiannya (Chaer,2007, h.96):

  • Homonim antar morfem, tentunya antara sebuah morfem terikat dengan morfem lainnya. Misalnya, antara morfem -nya pada kalimat: "ini buku saya, itu bukumu, dan yang disana bukunya'' berhomonimi dengan-nyapada kalimat "mau belajar tapi bukunya belum ada." Morfem --nya yang pertama adalah kata ganti orang ketiga sedangkan morfem --nya yang kedua menyatakan sebuah buku tertentu.
  • Homonimi antar kata, misalnya antara kata bisa yang berarti 'racun ular' dan kata bisa yang berarti 'sanggup atau dapat' seperi sudah disebutkan di muka. Contoh lain, antara kata semi yang berarti 'tunas' dan kata semi yang berarti 'setengah'
  • Homonim antar frase, misalnya antara frase cinta anak yang berarti 'perasaan cinta dari seorang anak kepada ibunya' dan frase cinta anak yang berarti 'cinta kepada anak dari seorang ibu'. Contoh lain, orang tua yang berarti 'ayah ibu' dan frase orang tua yang berarti 'orang yang sudah tua'.
  • Homonimi antar kalimat, misalnya antara Istri lurah yang baru itu cantik yang berarti 'lurah yang baru diangkat itu  mempunyai istri yang cantik' atau makna lain yaitu 'lurah itu baru menikah lagi dengan seorang wanita yang cantik

Perbedaan Homonim dan Polisemi

Kadang-kadang sulit membedakan antara polisemi dan homonim. Hal ini tidak mengherankan karena kedua istilah ini berhubungan dengan makna dan sekaligus dengan bentuk. Sebagian para ahli bahasa ada yang menganggapnya hampir sejenis seperti pendapatnya Ullman tetapi ada yang menyarankan untuk membedakan antara homonim dan polisemi menurut Lyons. Kriteria ini yang sebaiknya digunakan. Maksudnya, kalau kategori kata berbeda dan bentuknya sama tetapi maknanya berbeda kita berhadapan dengan homonim, misalnya kata bisa yang berkategori nomina atau kata benda dan kata bisa yang berkategori tugas. kata bisa berkategori nomina berarti racun, misalnya dalam kalimat bisa ular dapat menyebabkan kematian.Kata bisa berkategori kata tugas  bermakna boleh, dapat,terdapat dalam kalimat soal itu bisa diselesaikannya. Kalau kategori kata tidak berbeda, bentuknya sama dan maknanya ganda, maka kita berahadapan dengan polisemi. Contohnya kata jambul sebagai nomina yang bermakna rambut yang ditata baik-baik diatas dahi, sejambak bulu yang ada dikepala binatang,atau jambul-jambul pada kopiah  (Pateda,2001. h. 220)

Masih berhubungan dengan perbedaan antara homonim dan polisemi. Palmer mengemukakan cara untuk membedakan polisemi dan homonim (Pateda, 2001. h. 221)

  • Penelusuran secara etimologis. Misalnya bentuk pupil yang bermakna murid atau mahasiswa yang tidak langsung berhubungan dengan pupil of eye yang bermakna biji mata. Disini kita berhadapan dengan polisemi
  • Mencari makna ini. Misalnya kata tangan yang biasanya dihubungkan dengan bagian anggota badan. Tetapi dalam perkembangannya, terdapat urutan kata tangan kursi, dan kaki tangan musuh. Disini kita berhadapan dengan metafora yang menyebabkan makna bermakna ganda
  • Mencari antonimnya. Maksudnya, kalau antonimnya sama, maka kita berhadapan dengan polisemi dan kalau antonimnya berbeda kita berhadapan dengan homonim. Misalnya kata indah yang dapat digunakan untuk rumah baju pemandangan, tulisan. Antonim kata indah adalah buruk. Kata buruk ternyata dapat digunakan untuk baju, pemandangan, rumah, tulisan. Dengan demikian indah bermakna ganda alias polisemi. Sebaliknya kata terang berantonim dengan kata gelap. Kata terang dapat digunakan untuk kamar, langit suara, tulisan, tetapi kata gelap tidak mungkin dapat digunakan untuk suara, tulisan. Jadi antonimnya tidak dapat digunakan secara sama. Akibatnya kita berhadapan dengan homonim
  • Alasan formal. Dalam BI terdapat bentuk dinding yang berkategori nomina. Misalnya dalam kalimat "dinding itu kotor". Dan bentuk dinding yang berkategori verba yang muncul dalam bentuk, antara lain mendinding. Jadi disini ada dinding sebagai nomina dan ada dinding sebagai verba, dengan kata lain bentuk dinding bersifat homonim.

 

 

Kesimpulan

           Kajian teori polisemi dan homonim dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • Polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu atau ganda.
  • Homonim adalah kata yang memiliki kesamaan ungkapan maupun tulisan, yang mana terdapat perbedaan makna diantara kedua kata tersebut.
  • Karakteristik Polisemi menggunakan morfologis yang sama, dan memiliki arti yang luas atau banyak akan tetapi setiap makna terdapat kedekatan dan keterkaitan.
  • Karakteristik homonim  didasarkan dari kata yang berbeda (morfologis tidak sama), meskipun bentuk bunyi dan tulisan sama akan tetapi memiliki makna yang berbeda.
  • Sebab-sebab polisemi secara umum adalah pergeseran makna, spesialisasi dalam lingkungan social, bahasa figurati atau kiasan, homonim yang diinterpretasikan kembali, pengaruh bahasa asing.
  • Sebab-sebab Polisemi bahasa arab disebabkan adanya dialek antar daerah, perkembangan fonem (bunyi), perubahan kata dari arti yang hakiki kepada arti yang metaforis, dan perubahan morfologi.
  • Sebab-sebab homonim dikarenakan adanya konvergensi bunyi, divergensi makna, dan pengaruh bahasa asing.
  • Contoh dari polisemi adalah yang berart rumah, atau sarang laba-laba, kantor, kakbah ataupun kandang kesemua itu tergantung bagaiamana konteksnya.
  • Contoh Homonim adalah kata     yang bisa berarti "rumah", juga bisa berarti "bait syair" sedangkan contoh dari homonym parsial adalah kata found 'bentuk lampau dari menemukan' dengan found 'bentuk kini dari mendirikan'.
  • Para ahli ada yang membedakan antara pemahaman polisemi dan homonim tetapi ada juga para ahli yang menganggapnya sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun