Mohon tunggu...
Septiani
Septiani Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Suka baca, nulis, dan tomat

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

Kita, yang Tak Menjadi

29 Juni 2024   01:04 Diperbarui: 29 Juni 2024   01:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

"Sya, surat izin untuk kepala sekolah udah jadi?" tanya salah satu temanku.

"Udah. Bentar, ya, aku cari failnya dulu," ujarku sembari membuka laptop.

Mataku fokus menatap fail surat yang ada banyak sekali. Aku sudah meletakkannya di folder khusus surat biar tidak susah untuk dicari. Aku terus mencari surat itu hingga akhir. Aku tercengang. Aku mencarinya sekali lagi.

"Kenapa, Sya?"

"Kok gak ada? Aku udah bikin, kok, suratnya. Kenapa gak ada?" ujarku panik.


Aku mencarinya sekali lagi dan mulai menyusuri folder lain yang aku yakin pasti tidak ada. Aku tidak mungkin melakukan kesalahan meletakkan surat itu di folder lain. Namun, nihil. Surat itu tidak ada di folder mana pun.

Tatapanku kosong. Temanku memanggilku dan menggoyang-goyangkan pundakku. Aku seketika berdiri dan meninggalkannya. Aku masuk ke kamar dan menguncinya. Aku memeluk lututku dan terus mengulangi kalimat tidak apa-apa membuat kesalahan di kepalaku. Aku terus tenggelam dalam pikiranku hingga tiba-tiba aku mendengar suara ketukan pintu yang keras dan namaku yang dipanggil dengan nada suara yang panik. Aku beranjak membuka pintu. Itu Ivanka dan teman-teman yang memandangku dengan panik.

Dia menenangkan dirinya kemudian menenangkan teman-teman yang lain. Dia menggenggam tanganku pelan dan mengajakku duduk di bawah pohon rindang di luar Sekretariat. Dia menepuk kepalaku pelan dan sesekali mengusapnya. Entah karena dia atau angin di bawah pohon rindang, aku mulai merasa tenang. Kepalaku tidak terlalu berisik seperti tadi. Tidak ada kata-kata untuk menenangkanku keluar dari mulutnya. Bagiku itu lebih baik dan sudah cukup.

"Sasya, aku bawa laptopmu. Kita ketik lagi suratnya, ya," ujarnya sambil tersenyum. Aku tidak akan bertanya-tanya lagi kenapa senyuman tidak pernah lepas dari wajahnya. Ivanka dan senyum sudah satu paket yang tidak bisa dipisahkan.

Kata-kata motivasi di internet ada benarnya juga. Di hari yang buruk pasti ada juga yang indah. Aku malas mengakui ini, tapi dia yang membuatnya indah. Aku memejamkan mata dan menyenderkan tubuh di pohon. Setelahnya aku terlelap dalam mimpi yang indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun