Mohon tunggu...
Septiani
Septiani Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Suka baca, nulis, dan tomat

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

Kita, yang Tak Menjadi

29 Juni 2024   01:04 Diperbarui: 29 Juni 2024   01:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Awalnya, kami masih saling berkumpul setelah mengirimkan pesan rindu di grup chat. Lama-kelamaan, yang berkumpul semakin berkurang. Entah karena sibuk atau barangkali rindunya yang sudah habis.

Hari ini, kami berkumpul semua dalam rangka presentasi laporan KKN. Dengan dibonceng Ivanka, aku mengambil laporan KKN di tempat fotokopi.  Aku memeluk laporan KKN yang tebal sebanyak tiga eksemplar itu.

Di parkiran, aku menyerahkan laporan KKN pada Ivanka agar aku bisa mengenakan helm. Namun yang terjadi membuatku tanpa sadar menahan napas. Bukannya mengambil laporan KKN, Ivanka malah memakaikanku helm, mengaitkan talinya, dan menepuknya pelan. Aku segera menetralkan diri. Lupakan sejenak. Hari ini ada presentasi penting.

***

Kami memutuskan merayakan berhasilnya presentasi laporan KKN di Pantai sambil makan seblak. Bagiku lebih terlihat seperti pesta perayaan perpisahan daripada perayaan keberhasilan. Sepertinya hanya aku yang berharap agar kami selalu berkumpul seperti ini.


Kami menyudahi pesta perayaan pukul tujuh malam. Aku pulang diantar Ivanka. Sepanjang perjalanan, kami hanya diam dan larut dalam pikiran masing-masing.

"Sasya, mau makan nasi goreng gak?" tanyanya memecahkan keheningan di antara kami.

"Mau," jawabku.

Kami makan nasi goreng di dekat kampus yang terkenal murah, porsi banyak, dan enak. Benar-benar memudahkan anak kos. Sama seperti sebelumnya, keheningan menemani kami makan nasi goreng.

Ada sedikit debat kecil ketika akan membayar, Ivanka ingin membayar makananku. Aku bersikeras ingin membayar sendiri. Kalau bukan sedang ditraktir atau situasi aku tidak punya uang, aku akan menolak dibayari. Namun, aku kalah cepat. Dia sudah membayar lebih dulu. Bukan aku namanya kalau tidak keras kepala, diam-diam aku memasukkan uang di ranselnya ketika dia mengantarku pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun