“Ibu gak nyangka kenapa harus seperti ini. Kenapa harus Bintang.” Kata Ibu sambil terus menangis. Tangisan itu begitu dalam. Seolah sudah tertahan dan akhirnya lepas. Kemudian Ibu melepaskan pelukannya. Mengatur nafasnya, mengusap air mata dengan jilbabnya yang berwarna biru donker. Kemudian terlihat ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah amplop biru.
“Tadi sebelum Bintang masuk ruang operasi, dia titip ini ke ibu. Dia bilang ini untuk Rain.” Ibu menyerahkan amplop itu padaku.
Aku duduk di bangku berwarna putih di depan ruang operasi. Ku buka amplop biru itu.
Rain, waktu kamu baca surat ini mungkin aku masih berusaha untuk berjuang semampuku buat buka mata dan bisa lihat kamu lagi atau mungkin aku sekarang lagi lihat kamu baca surat ini dari sana, dari surga..
Rain.. kenal sama kamu itu bikin hidup aku berwarna! Sikap kamu yang kadang kekanakan, sok dewasa dan gak bisa serius itu yang bikin aku selalu pengen berbagi cerita sama kamu. Kamu itu orang asing yang paling baik, teman baru yang paling perhatian dan tulus.
Rain.. terima kasih untuk semua hal yang kamu lukis.
Terima kasih kamu selalu ada bahkan disaat terburuk dalam hidupku. Kamu gak pernah menganggapku beda, kamu gak pernah menganggapku sebagai orang yang sakit.
Terima kasih untuk semangat, doa dan support kamu yang gak ada habisnya. Aku senang kita bisa kenal walau telat, saat aku sakit.
Aku sadar Rain, kalau aku bukan orang yang peka buat baca signal rasa dari kamu. Atau sebenarnya aku takut menyadari kalau aku udah jatuh hati sama kamu. Aku takut buat mulai sesuatu yang gak aku bisa akhiri nantinya. Aku takut kalau aku cuma akan menyisakan kesedihan buat kamu.