Mohon tunggu...
Septiana Hambar Utami
Septiana Hambar Utami Mohon Tunggu... -

sedang menikmati menjadi staf admin yang terus meraih mimpi masa kecil untuk menjadi seorang penulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hujan Bintang

27 November 2015   16:44 Diperbarui: 27 November 2015   20:46 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku lebih sering menatap air pantai yang tenang, seperti hatiku yang berusaha tenang meski sebenarnya aku sedih mendengar pengakuan Bintang yang belum move on. Gw mesti bisa ngatur hati, jangan sampai kebawa perasaan dan ngerusak semuanya, batin Rain.

Matahari mulai turun, langit biru perlahan berganti kemerahan.
Bintang mengubah posisi duduknya, kali ini berhadapan dengan Rain.
“Rain, kalau gw gak normal lo masih mau temenan sama gw?”
“Maksud lo gak normal apa? Lo suka makan sambil tidur?”
Kapan sih lo bisa diajak serius Rain? Tapi sikap lo yang gini yang bikin gw nyaman buat cerita semuanya sama lo.. “Enak aja, gw serius. Gw sakit, Rain. Ada penyumbatan di otak gw karena tumor.”

Aku menarik nafas panjang, mengatur rasa gak percayanya. Bintang sakit. Tumor otak.
“Terus kenapa? Buat gw lo normal, lo bisa jalan, lari, kerja, ajak gw kesini. Gak ada alasan apapun buat gw ninggalin lo, Bin”

“Kadang gw takut, Rain. Gw belum siap kalau suatu hari nanti gw gak bisa lagi buka mata gw. Dokter bilang, gw harus operasi, gw takut. Banyak orang yang memvonis gw, menjauh bahkan merasa kasihan ke gw. Gw gak mau diperlakukan gitu. Dan sekarang gw masih trauma buat CT Scan, sementara gw harus CT Scan buat tahu tumor ini udah sembuh atau belum.”

“Binbin, lo gak usah takut, lo pasti sembuh. Semua hal itu udah ada pasangannya. Ada penyakit pasti ada obatnya. Gak usah peduli apa kata mereka, yang menjalani hidup lo yaa lo sendiri. Semangat, Bin.. Lo harus CT Scan karena Cuma itu kan caranya buat tahu lo sembuh belum, seenggaknya dengan tahu itu, ada tindakan yang diambil kalau memang lo belum sembuh. Gw temenin deh nanti. I’ll always be there for you.” Jelasku sambil kemudian aku tersenyum lebar. Mataku berkaca-kaca. Menahan agar air mataku tidak jatuh di depan Bintang.

“Thanks yaa Rain, lo baik banget padahal kita baru kenal. Gw gak tahu deh harus gimana buat balas jasa lo. Eh,, udah adzan, sholat maghrib dulu yuk!” Bintang meraih tanganku kemudian kami berjalan bersama menuju mushola di tepi pantai.
Aku menumpahkan tangisnya setelah sholat. Aku terkejut tahu fakta bahwa Bintang sakit serius. Dari shaf perempuan yang tidak bersekat, aku menatap punggung Bintang. Laki-laki berkemeja abu-abu itu meluluhkan hatiku, ada magnet yang membuatku ingin terus bersamanya. Bintang duduk sila dengan kepala tertunduk, ia khusyu melafalkan doa. Bintang, yang aku kenal sebagai laki-laki yang ceria, murah senyum dan aktif ternyata mengidap penyakit. Saat sedang menatap lekat punggung itu, Bintang bangkit dari duduknya, mata mereka bertemu, Bintang tersenyum. Aku salah tingkah, jangan-jangan Bintang melihatku menangis, how stupid i am..

Bintang mengantarku pulang. Sepanjang perjalanan kami terdiam. Aku dengan semua rasa tidak percaya dan takut, tapi aku tidak bisa membaca apa yang ada dalam pikiran Bintang. Ia mengendarai motornya dengan cepat, beberapa kali ia harus mengerem mendadak. Aku takut, aku takut ada ucapanku yang salah.

“Mau mampir dulu, Bin?” Tanyaku.

“Gak usah deh, Rain. Gw masih ada kopdar sama anak-anak. Udah ditungguin. Thanks yaa udah nemenin gw hari ini.”

Aku mengambil sesuatu dari tasku. Bintang keberuntunganku, bintang berwarna hijau dengan ukuran setelapak tangan yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi. Aku ulurkan tanganku pada Bintang dan menyerahkan bintang itu padanya.

“Ini bintang yang selalu gw bawa kemanapun gw pergi, buat lo.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun