Kelas 11 IPA 2 terlihat ramai. Di depan sana, Pak Ben sedang menjelaskan tentang kandungan nikotin pada rokok. Para siswa mendengarkan dengan takzim.
"Lihat, betapa bahayanya rokok terhadap kesehatan kita. Bukan hanya kesehatan secara fisik, melainkan juga mental. Kebanyakan perokok adalah orang yang butuh ketenangan dan kehangatan, mungkin memang terdengar tidak masuk akal, tapi itulah kenyataannya." Pak Ben menerangkan dibantu dengan video yang ditampilkan di layar proyektor.
Salah seorang siswa mengangkat tangannya.
"Ya, silahkan."
"Dari pengalamanku, Pak Ben. Orang yang merokok lebih bahagia dibanding orang yang tidak. Lihatlah, sang anak teladan, Dion. Sejak tadi cemberut, dan menundukkan muka seakan-akan hidup penuh dengan masalah. Dion, apa lo butuh rokok?"
Seluruh siswa di kelas kami tertawa, kecuali aku dan Dion. Hei, ini bukan bahan bercandaan yang lucu. Sedangkan Reza yang tadi memberi pertanyaan sama sekali tidak meminta maaf.
Aku menghembuskan napas, mencoba bersabar. Dion terlihat emosi, namun dia menahannya dan tetap menundukkan muka, entah karena apa.
"Lucu sekali, setidaknya Dion bisa lebih tenang dibanding kamu yang sibuk mencari perhatian. Reza, bapak rasa kamu memang tidak bahagia?" Jawab Pak Ben membela Dion.
Reza terdiam, dia tampak menggerutu pelan, mungkin ingin menyumpahi Pak Ben.