Aku terdiam, menatap Vira, entah kenapa sikapku mendadak kaku. Aku memainkan gelas, dan mencoba tersenyum, "Entahlah, gue gak memikirkan hal itu."
"Pikirkanlah, dan mungkin kita bisa pergi ke pesta bersama, seperti kencan ganda."
Pintu kafe terbuka, dan pandanganku tertuju ke arah pria yang berjalan ke arah kami. Hei, bukankah itu Reza Handika?
"Hei sayang, maaf aku terlambat" Panggil Reza yang langsung duduk dan memeluk Vina dari samping.
"Gapapa yang." Vira tertawa senang.
Aku diam. Mereka berdua saling memanggil sayang. Bunuh aku sekarang.
"Hei Clare." Reza menyapaku.
"Reza."
"Apa ayah lo bisa membuatkan kopi? Rasanya pasti enak sekali."
Aku mencoba tersenyum, "Dia nggak kerja hari ini."
Pelayan datang membawa kentang goreng pesanan kami.