Kurang lebih jam 11 an kami mulai bergerak. Jalan beriring kompoi membelah malam.
Saat masih di kota kami bisa menjaga kompoi. Namun setelah memasuki sebuah pedesaan dimana jalannya naik turun tanpa lampu penerang, kami mulai sulit menjaga kompoi. Alhasil kami terpencar.
Aku dan Arda tak tahu pasti apakah berada paling depan, tengah atau belakang. Yang jelas kata pak Hans, kami harus tiba sebelum subuh.
Aku berusaha mencari tahu posisi Ray, Ara, Anto dan Toro dengan coba menelpon. Ops, ponselku tak menangkap sinyal.
"Coba sini hape Lo Da gue mau nelpon anak-anak. Gue ga dapat sinyal." kataku ke Arda sambil fokus mengendarai motornya di tengah kabut yang mulai tampak.
"Duh Lo gak ada sinyal juga." aku goyang-goyang HP Arda supaya dapat sinyal tapi tetap gak ada.
"Udah jalan aja Dam. Ya kalau ga mereka di depan pasti di belakang kita." kata Arda kepadaku.
Aku diam sambil bersedekap melawan hawa dingin yang mulai menusuk.
Tak lama Arda berkata agak keras,
"Dam, ada cahaya di depan"
Aku memastikan ucapan Arda. Benar ada cahaya.