Ray langsung pucat.
"Di situ memang gak boleh kencing. Kalian pasti diikuti." kata perempuan setengah tua sambil meletakan dua mangkuk mie instan di meja.
Seperti dengar suara petir di siang bolong, kami berenam langsung merinding.
"Kecuali kalian kembali ke sana dan siram bekas kencing tadi dengan air yang ada di bawah sana" terangnya sambil mengarahkan tangannya ke belakang warung.
"Air apa dan dimana itu Bu?" aku memberanikan diri bertanya mewakili teman-teman.
"Di bawah sana ada sungai kecil. Dulu tempat petilasan para leluhur. Air yang kalian ambil nanti di tempat itulah yang bisa membuat kalian tidak diikuti kemanapun kalian berjalan." Jelas ibu itu lagi.
"Tapi sudah mau subuh ini Bu. Apa mungkin kita bisa ke sana?" tanya Ara gantian.
"Justru kalau sudah pagi air itu sudah tak bisa lagi menghilangkan sisa kencing teman kalian."
"Elo sih Ray pake kencing segala. Berabeh kan jadinya!" Arda agak kesal.
"Iye Ray Lo jadi ngambat tujuan kita sampe lokasi nih!" timpal Anto.
Ray tak bisa berkata apa-apa.