Sem yang takut akan gelap hanya berdoa menenangkan diri, taklama muncul cahaya. Cahaya itu beterbangan disekitarnya, dilihatnya sepasang mata ghaib tampak mengamatinya. Itu mata mahkluk halus setempat. Sem hanya senyum memandang cahaya yang beterbangan itu, meskipun ia agak merinding dengan dinginnya hawa malam itu.Â
Cahaya itu berasal dari kunang-kunang yang mencoba menemani nya, ia pun mencoba kembali tidur. Namun begitu bisingnya suara nyamuk, kebetulan agak banyak dan menghisap darah Sem. Akhirnya ia pun bangkit dan pergi meninggalkan tempat yang seram itu, sepertinya mahkluk astral setempat agak sedih dirasakan Sem saat meninggalkan tempat itu. Terasa penyesalan dihantarkan, suara tangis dan kata maaf kepadanya. Namun Sem hanya tersenyum tanpa mengganggu mereka.
Pasukan V yang terhubung saat itu hanya terdiam, mereka juga turut ikut menahan lapar. Padahal mereka bisa makan, kondisi ditempat mereka tak sehoror dimana Sem berada. Sem berjalan agak jauh dari tempat itu, tak dapat dibohongi dirinya jikalau ia letih kurang tenaga.
Mungkin sudah lebih dari dua jam lamanya ia berjalan dari bale dimana banyak mahkluk halus itu, dilihatnya ada gubuk berlampu. Kakinya yang letih membawanya untuk singgah sejenak, gubuk itu tergembok.Â
Setelah diamati ternyata disisi kanan gubuk itu pintu masuk makam sakral, hawanya benar-benar mistik. Makam Mbah yang cukup terkenal disana, masuk kedalam pepohonan yang tinggi layaknya hutan. Sem yang letih enggan pergi, berdoalah ia disana lalu istirahat malam itu.
Mahkluk halus disekitar makam itu mendapat kabar dari mahkluk halus ditempat sebelum nya, mereka hanya menatap kejauhan tak mau mengusik Sem yang tertidur. Nyamuk pun cukup jinak tak mengganggunya malam yang gelap itu, lampunya agak redup. Pi memeluknya dengan hangat secara terhubung, membangkitkan semangat Sem tertidur lelap malam itu. Sem itu MZ.
.
.
.
  Salam Rahayu.