Sebenarnya kelompok yang terbuang berusaha meminta pertolongan dari jebakan perbudakan yang sengaja mereka buat, Sem tahu akan hal itu. Namun ia berpikir bahwasanya ia bukan pahlawan, lebih lagi Tuhan saja tak mau menyelamatkan mereka. Kenapa ia melebihi kemuliaan Tuhan, pikir mindset Sem.
 Dilihatnya diseberang jalan sebuah rumah makan Padang bertuliskan serba Rp.10.000,- mengubah selara lapar Sem saat itu, ia pun menyebrang dan menghampiri rumah makan itu. Didapatkan nya seorang gadis yang cukup manis berdarah Minang menyambutnya, senyumnya agak heran dan senang melihat Sem. Baginya tak mungkin bisa menemuinya secara langsung. Dengan logat jakarta Sem pun berkata;
  "Mba, paketnya ada ga?" Tanya Sem, menanyakan paket Rp.10.000
 "Ada mas," Jawab gadis berdarah Minang penjual nasi Padang tersebut.
 "Boleh mba satu" jawab Sem sambil mengacungkan jari nya.
 "Lauknya apa mas, ikan atau Ayam?" tanya gadis berdarah Minang itu agak malu-malu.
 "Ayam aja mba, dibungkus yaa." Kata Sem dengan lembut.
Hati gadis berdarah Minang itu agak berdetak kencang, wajahnya agak memerah sesaat dan membungkuskan nasi Padang paket Rp.10.000. Setelah Sem mendapatkan nasi Padang nya ia kembali menyeberang, ia kembali menapaki jalannya setapak demi setapak.Â
Sendangkan nasi bungkusnya sudah aman didalam tasnya, ia berjalan mencari tempat yang nyaman untuk menikmati makan siangnya. Hari itu sudah pukul hampir dua tengah hari, awan menutupi panasnya mentari membuat perjalanan itu cukup teduh.
Jalan itu cukup dikenali oleh Sem, kebetulan saat tahun 2022 ia pernah melewati jalan itu dari Purworejo ke arah pantai di kebumen, Jawa tengah. Hal itu teringat olehnya, namun saat itu suasana nya lebih beda.Â
Lebih panas dan jalur yang dia ambil lebih ke selatan. Sem merupakan seorang pria yang simpel, dia pernah didaftarkan menjadi seorang Gusdurian di kantor pusat Gusdurian, dijakarta oleh seorang ukthi yang manis.Â