Saat itu sudah pukul 10.00 malam, mereka sedang terlelap agak letih. Mungkin mereka lelah dalam pikiran mereka, namun Lexi terus berjaga duduk diam seakan patung. Malam itu agak beda, lebih dingin dari seperti biasanya, rembulan yang cerah tertutup awan yang begitu gelap. Lelaki sawo itu sudah terlelap dan tidak ada lagi yang melakukan aktifitas selain tidur, tiba-tiba terdengar kegaduhan yang mengejutkan orang-orang hingga terbangun. Suara anjing yang begitu keras menggong-gong terdengar seakan memberitakan kabar.
 "Huuusssh... Tidurlah, apa yang kau ributkan, ini sudah begitu larut malam jangan kau gonggongi. Sebaiknya kau diam!" seru lelaki sawo itu.
 Namun anjing yang ribut itu berlari mengejar sesuatu dan pergi.
  Pagi kini cukup beda rasanya, rasanya tak seperti biasa dahulu lagi. Biasanya mereka mendengar senandung lantunan SiPutih yang sudah sibuk didapur sejak pagi buta, namun kini berbeda tak lagi didengarnya. Itu cukup merindukan.
  "Lexii, Lexxxx..." seru lelaki sawo yang sibuk mencari keberadaan Lexi, namun Lexi tak kunjung juga ditemukan. Seluruh sudut rumah dan juga pekarangan.
 "Semalam kudengar banyak anjing yang menggong-gong dan melolong, kini Lexi tak terlihat. Adakah yang melihat Lexi?" tanya lelaki sawo itu kepada ayah SiPutih.
  "Ya aku juga mendengar kegaduhan semalam, namun aku tak tahu apa yang terjadi. Adakah yang dikejar oleh Lexi hingga ia tak terlihat?" jawab mertua lelaki sawo itu cukup kebingungan.
 "Baikalah pak, akan kucari dia" kata lelaki sawo itu lalu pergi mencari Lexi, dipanggil-pangilnya nama Lexi cukup cemas. Tak biasanya ia pergi tak pulang jikalau dipanggil, lelaki itu mencari terus sampai cukup jauh. Sampailah ia didekat sungai yang dahulu kala, tempat mereka biasa menabur bunga menantikan sosok yang dinantikannya itu. Keluarlah air mata lelaki sawo itu teringat kenangan-kenangan manis yang pernah terjadi disana. Terdiam sejenak dan menghela nafas, "tak mungkin" kata lelaki sawo itu dalam hatinya. Saat ia ingin berbalik arah dilihatnya Lexi terpaku duduk diatas batu, terkejutlah sangat ia. Dihampirinya lah si Lexi dan didekapnya erat.
 "Aku tahu kau juga merasa kehilangan, kenapa kau bisa sampai disini." Kata lelaki sawo itu cukup sedih penuh heran, baru pertama kali Lexi datang ketempat itu. Biasanya Lexi tidak pernah ikut, hal ini cukup membuat perasaan lelaki sawo itu agak aneh.
 "Mari kita pulang" kata lelaki sawo itu kepada Lexi.
Lexi taat kepada lelaki sawo itu dan mengikuti nya pulang kerumah, tak jauh melangkah perhatian Lexi terpaku terhadap sosok yang lewat. Diputar balik Lexi arah jalannya dan mengejar sosok yang ia lihat itu, sendangkan lelaki sawo itu mengejar Lexi penuh penasaran. Seketika terdiam ia tak berkutik, ia melihat sesuatu yang teramat dicintainya didunia ini.Â
Air matanya keluar dan menangis, tak ada kata-kata yang diucapkan lelaki itu dan hanya merinding terhardik tak percaya apa yang ia temui. Sosok itu melihatnya dan tersenyum kecil begitu manis, ia ada diatas air yang tenang tak jauh jaraknya daripada lelaki sawo itu. Kemudian ia berbalik arah dan pergi menghilang.
 "Aku faham, terjadilah Kehendakmu Tuhan." Kata lelaki sawo itu seakan berdoa. Lalu ia menggendong Lexi dan kembali pulang, saat dirumah diceritakannya hal itu kepada keluarganya. Keluarganya menghela nafas dan mengerti, sesaat mereka tersenyum kecil.
 "Itu keputusannya, Kita jangan mengecewakan siPutih" kata keluarga itu penuh tekad.
Semenjak saat itu sosok yang dilihat lelaki sawo itu terkadang sering dilihat oleh warga yang ada disekitar itu, ia terlihat seakan menunggu sesuatu. Rambutnya panjang dan terkadang ia juga suka tersenyum tanpa kata-kata jikalau ada yang melihatnya, bahkan orang luar daerah itu juga pernah melihatnya saat melintas. Ia tak terlihat hanya diwaktu malam dan gelap saja, pagi hari, siang, maupun sore.Â