Mohon tunggu...
Samuel Luhut Pardamean S
Samuel Luhut Pardamean S Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

" Cintailah apa yang anda Cintai, karna Cinta itu Kebenaran" - Samuel LPS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Putihnya Lelaki Sawo

1 Oktober 2024   21:38 Diperbarui: 1 Oktober 2024   22:43 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


-Begini ceritanya      -


"Dahulu kala jauh sebelum jalanan yang kujalani dibuat sebagus sekarang ini saat ku melintas" Menunjukkan jalanan diaspal rapih, sambil berjalan kaki ku lanjut ceritakan. "Ada seorang gadis yang sangatlah cantik, matanya biru terang menyala. Begitu tajam caranya melihat sesuatu dan gak kalah tajam mancungnya hidungnya, gak Cuma parasnya yang cantik, perilakunya juga. Ya itu alami, bagus prilakunya pasti tercermin dari wajahnya, mau jelek sekali pun orangnya pasti enak dilihat." Kataku menceritakan tentang si putih yang pernah ada di wilayah karang Kates, Malang, Jawa timur.


"Emang iya yaa? Bener juga sih, kalau prilakunya gak beres pasti diliat juga gak enak." Jawab mereka yang lain.


"Aku suka memanggil namanya si Putih, dulu waktu kecil dia suka main dijurang. Manis banget deh senyumnya." Kataku menceritakan tentang putih yang dulu suka main dilembah kecil dibelakang rumah ku saat kecil, sebenarnya kamu terhubung namun nyata, tempat itu sering kami katakan jurang. Tempat yang terkadang suka berubah-ubah fisik nya, terkadang sangat dalam dan terjal, bahkan gelap dan sangat menakutkan. Itu sebuah kenangan yang tak pernah mau kami lupakan, banyak hal-hal indah yang pernah terjadi ditempat itu.


  Kami bersama-sama mengenang tempat yang dahulu kala, mungkin saat ini sudah tidak ada. Tempat itu dahulu kala terhubung masa dan waktu, di daerah kota Depok, Jawa barat. Lebih tepatnya dibelakang Polsek Sukmajaya.


Kakiku terus menyusuri jalanan yang kujalani, tampak dari kejauhan bukit seperti gunung. Kutatap dan tersenyumlah aku karena penoramanya yang luar biasa.
"Disana, dibalik gunung itu." Kataku menunjukan gunung yang indah, sedangkan jalanan ini menuju kearah gunung itu juga, namun tak membelah nya.


 Putih seorang gadis cantik keturunan eropa, Ayah eropa dan ibunya juga eropa. Sekitar tahun 1800an mereka tinggal di daerah perbatasan malang dan Blitar, namun putih tidak lahir di Indonesia. Ia lahir di tanah kelahiran orang tuanya, Spanyol. Rambut nya lurus dan indah, begitu lebat kadang agak ikal juga. Hitam dan pekat menyala. Keluarganya tinggal di Indonesia karena urusan militer, ya ayahnya seorang tentara yang bijak dan sangat berkuasa. Mereka pindah ke Indonesia ketika usia putih masih 1 tahun, ia memiliki kakak laki-laki yang tangguh dan sangat tampan. Jarak usia mereka 6 tahun, putih memiliki sahabat orang eropa yang tinggal di Indonesia. 

Usia yang berbeda bulan saja, anak dari teman ayahnya yang sama-sama tentara. Mereka selalu bermain bersama-sama berempat, kedua orang lainnya ialah orang Indonesia, keturunan bangsawan asli Indonesia. Mereka berempat sangatlah cantik, kalau kata orang yang melihat mereka Itu seperti Dewi-Dewi surga yang selalu membuat hati orang senang.


 Banyak Pria keturunan eropa juga yang menyukai putih, namun bagi putih mereka hanya sekedar teman karna anak dari teman ayahnya. Tidak lebih. Sejak kecil kesukaan putih ialah sinden, menyanyi teknik orang Jawa kuno dan amat merdu. Tidak ada yang tak merinding jikalau mendengar ia bernyanyi, benar-benar menghayati makna lagu yang dibawakannya. 

Ia suka menyanyikan lagu kidung pujian syukur terhadap hyang Widi Gusti Allah, ia sangat menyukai kultur setempat. Bahkan ia sangat fasih berbahasa Jawa, bahasa indonesia juga ia kuasai dengan baik, apalagi bahasa spanyol dan inggris. 

Ya itu diajarkan juga ke teman-temannya, jadi terkadang saat mereka saat mereka berkumpul mereka suka bercakap-cakap dengan empat bahasa. Padahal mereka masih kecil dan usia mereka saat ini masih delapan tahun. Satu hal yang lebih membingungkan ialah mereka tidak hanya menguasai empat bahasa, terkadang mereka sering menggunakan bahasa Batak. Sedangkan diantara mereka tidak ada satu pun orang Batak, entah darimana mereka belajar bahasa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun