Sudah 10 tahun usia anaknya, anaknya hanya satu. Laki-laki yang manis dan tangguh, selalu menjaga ibunya dengan baik. Saat menabur bunga, anak laki-lakinya pasti ikut turut menemani ibunya. Si Putih juga suka menceritakan tentang sosok yang dinantikan nya itu kepada anaknya, terkadang mereka datang cukup ramai namun terkadang ia sendirian, sendirian jikalau yang lain sedang sibuk.
 Suasana sore itu begitu hening, sepi dan teramat sunyi. Cukup berbeda, tak terdengar suara hewan sedikit pun. SiPutih tersenyum kecil menaburkan bunga diatas air yang tenang itu, waktu itu kira-kira pukul 03.15 sore. Melangkah lah ia menuju batu besar tempat biasa ia duduk, dibakarnya wewangian penuh harapan kepada Tuhan semesta alam. Berdoalah ia berharap mendapat sebuah kabar dari sosok yang sangat dinantikannya bertahun-tahun, sambil meneteskan air mata ditadahkannya wajahnya kearah langit.Â
Peluhnya menetes keatas batu, muzizat Tuhan terjadi begitu dahsyat. Terdengar sebuah lantunan musik yang sedang kudengarkan, sebuah lagu dari "Mariah Carey -- My All". Suara itu jelas didengarnya, terkejutlah ia penuh kebanggaan merasakan kehadiran sosok yang sangat dinantikannya. Ia menangis penuh haru, namun ia tak melihat sosok yang dinantikankannya itu. Dicarinya keseluruhan arah, penuh harap dapat melihat sosok yang dinantikannya itu.
  Ditatapnya keatas langit dan berkatalah ia kepada Tuhan seakan berdoa; "Terimakasih Tuhan, aku merasakannya. Terjadilah Kehendakmu," SiPutih memohon kepada Tuhan.
  Seakan sebuah sinar dan cukup hangat menyinari tubuhnya, membuat ia kembali lebih bersemangat. Padahal saat itu ia sedang sakit dan menyembunyikan hal itu dari suaminya, namun suaminya tahu bahwa kesehatannya sedang menurun. Geramlah kumpulan dari kelompok yang terbuang mengetahui sebuah sinar ajaib itu turun kepada siputih penuh dengan kesyirikan, bertahun-tahun diupayakannya agar terhubung nyata kemasa sinar itu menyinari SiPutih.
 "Asuaaasssaaaa... Hasssuuaaaaa" terdengar seperti bisik-bisik mantera kelompok yang terbuang.
Dipengaruhilah pikiran SiPutih, seakan-akan siputih sedang berpikir. Diaji-ajinya terus SiPutih agar mengikuti arahan-arahan dari para mulut-mulut busuk kelompok yang terbuang, dicobanya menggerak-gerakkan tubuh SiPutih agar ada dibawah pengaruh sihir mereka. Dicobanya berdialog tanpa wujud dan juga seakan SiPutih menjawab, dibuatnya seakan-akan kata hati putih berkata-kata Dengan Mereka.
"Bukankah ini salah mu?" kata kelompok yang terbuang penuh mantera sihir tanpa wujud.
"E...e" dibuatnya seakan-akan siputih menjawab dan berpikir, padahal itu perbuatan kelompok yang terbuang juga.
 Melangkah lah SiPutih keair, kepalanya dibuat begitu pusing dengan segala sihir-sihir kelompok yang terbuang. Ia coba dirasuki dengan ratusan mahkluk-mahkluk sesat suruhan kelompok yang terbuang, menggerak-gerakkan kakinya agar masuk kedalam air yang dalam. Dibuatnya seakan bersalah. Air sudah sampai kepahanya, matanya cukup kosong, ia menangis cukup sedih.Â
Namun diingatnya sosok yang dinantikannya itu, kakinya terhenti dan menatap keatas langit. "Biar kunantikan ia Tuhan." Kata SiPutih yang sedang dicobai oleh sihir-sihir kelompok yang terbuang. Tubuhnya melemas, ia pun terjatuh diair itu. Secara cepat diwaktu yang bersamaan datang lelaki sawo atau suaminya menolongnya bersama anaknya yang manis, ia sudah punya firasat buruk mengenai isteri nya.