"Dapat apa Kak?"
"Dapat yang didapatkan Ayah dan Mama!" Maliq bertepuk tangan. Dua malaikat itu sudah tahu tentang kabar gembira anak yang sering membangunkan adiknya dengan suara lucu.
---
Anti, kini ia menjadi remaja SMA yang digandrungi remaja sebaya karena kelihaiannya menggabungkan sebuah hal yang membuat orang tertawa dengan pengetahuan yang dipandang orang sangat tegar menghadapinya.
"Kau Shaliha Anti Rahman?" tanya pria seusianya yang jauh dari kata tampan. Ia, dalam pandangan wanita seusia Anti, ia pria imut.
Anti mengangguk sambil tersenyum dan itu membuat pria yang di hadapannya tertawa.
"Anti lucu seperti novelnya!" Anti tersenyum, ia bersyukur novel ke sepuluhnya telah terbit. Kedua orangtuanya belum tahu bahwa saldo di rekeningnya bukan seperti yang pria berpostur tinggi itu masukkan. Anti, ia harus terus berhadapan dengan banyak remaja SMA.
"Oh ya, boleh minta tanda tangan?" Anti mengangguk dan menggores tanda tangan di halaman depan novelnya. Pria itu langsung lari. Anti kembali masuk sekolah dan istimewa, setelah bel masuk sekolah berbunyi.
"Hah, seriuskah? Kau jual buku tentang teknologi?"
"Tak berisi teknologi, bila ada yang ingin berwirausaha dengan cara ini, pasti bisa!" terang Maliq percaya diri. Rupa itu masih belum berubah walau sudah berseragam putih-biru.
Maliq, ia memang penulis dan pewirausaha. Selain berwirausaha menjual buku hasil karyanya, ia juga menjual makanan yang digandrungi remaja saat ini mulai makanan umum hingga kreasi seorang Maliq.