"Eh, ada perusahaan komik baru buka. Mereka menerima komikus lepas. Siapa tahu itu kesempatan buatmu Fan!" Kak Difan tetap mengurat pada kertas kosong tersebut. Percakapan terus berlanjut hingga pukul 13 menit 12, hubungan terputus.
"Lima bagian selesai!" senang Kak Difan.
---
"Oh, novel itu bisa lebih dari 100 halaman!" ucap Anti melihat akhir halaman novel yang pertama kali ia baca saat mengenal novel di umur belianya yang keenam.
Kertas kosong telah berisi salinan gabungan buku harian Anti dan kini sudah sampai bagian sepuluh. Anti, masih berpikir apakah karyanya mampu seperti novel yang ia lihat?
Ibu, Anti teringat sosok tersebut. Ia pernah melihat deretan piala karena memenangkan perlombaan menulis walau sudah berstatus ibu yang memiliki 3 anak. Anti, ia kagum, namun kekagumannya kini melebihi seorang Anti. Anti, ia ingin membanggakan dirinya dan mungkin, sebuah hal yang sangat kecil akan ia gapai.
Ia membaca dahulu karya tulisnya yang sudah selesai 10 bagian dan meyakinkan diri untuk lanjut ke bagian berikutnya. 10 bagian, baik, masih bisa dilanjutkan.
"Keluarga Pak Atthariq sudah lama tak terlihat!" seru warga yang lewat di depan rumah bertingkat dua dengan cat rumah berwarna oranye.
"Iya, biasanya mereka keluar untuk ikut ibadah Shalat Isya!"
"Oh ya, kabar sahabat Anti bagaimana? Kok seperti memikirkan Anti?"
"Satu lagi, sahabatnya biasanya menghafal satu surah pendek dahulu sebelum keluar dari masjid!"