"Hm... seru juga sepertinya!" Kak Difan, tiba-tiba berbicara. Anti, ia langsung berpikir untuk melakukan sesuatu yang tak ia duga akan menjadi kenyataan. Teringat buku hariannya yang harusnya diisi dengan sebuah akal atau perasaan, atau keduanya, malah diisi hal yang...
"Kau tahu..."
"Itu dirimu!" batin Anti yang tadi bernyanyi putus dengan kata tersebut.
Mereka mulai sibuk dengan alamnya. Iya masih dunia nyata kok. Maliq, masih terus menulis; Kak Difan, yang berputar mengelilingi bangku panjang hingga kini putaran keempat; dan Anti masih berpikir tentang isi buku hariannya.
---
"Mal!" panggil ayah tiba-tiba. Maliq menghampiri ayah yang sibuk memainkan piano.
"Kau baca buku di kamar ayah ya!" Maliq mengangguk. Ia memasuki kamar ayah dan melihat tumpukkan buku tentang dunia perdagangan. Ia membaca sebuah langkah awal untuk memulai perdagangan.
"Kau Mau Jadi Bagian dalam Dunia Dagang Kami?"
Iya, itu judul buku yang ada di tangan Maliq.
Maliq, ia memang gemar membaca sampai belum sadar kini pukul berapa. Ia sudah menyimpan banyak informasi dan ia mengucap banyak syukur karena diberi kemudahan dalam menggapai harapannya.
"Seorang yang ingin mencari dengan cara membahagiakan harus mengetahui kondisi dirinya dan pribadi ketika keluar dari dunia yang bukan miliknya..."