Mohon tunggu...
Saadiah
Saadiah Mohon Tunggu... Perawat - Penulis, Perawat

Halo namaku Saadiah, seseorang yang menyalurkan hobinya lewat tulisan. Kalian juga bisa menemukan karyaku di berbagai aplikasi kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Why Me?

24 Januari 2025   22:24 Diperbarui: 24 Januari 2025   22:24 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Kata orang setelah kesedihan pasti ada kebahagiaan, kenapa aku tidak pernah merasakan  itu, kenapa hanya aku yang menderita disini, tidak bisakah bahagia cukup sekali.


"Kamu anak pembawa sial!" Perkataan itu terus berputar di benak Linzy.


"Gue nggak bakal ninggalin lo Linzy," ucap orang itu, membuat Linzy berpikir apakah ia pantas bahagia.


***


"Anak papa cantik deh," ucap orang itu dengan senyum lebarnya. 

"Iya dong, Pa, Nesha emang cantik dari lahir."


"Gimana sekolah kamu Nes?" Belum sempat Nesha menjawab, ia dikejutkan oleh kedatangan orang yang dibencinya. 

"Linzy, sini dulu sayang mama udah masakin makanan kesukaan kamu," ujar Mita.


"Iya Zy, sini sarapan bareng kita." Linzy muak dengan semuanya, iya benci melihat kebahagiaan mereka. Apa hanya ia yang menderita di sini. Apa tuhan lupa memberikan kebahagiaan padanya.


Linzy langsung pergi darisana. "Dasar  anak nggak tau diri," ucap Dino---Papa Linzy. Apa pantas Linzy menyebut orang itu dengan sebutan Papa.

***


Arka bagaskara cowok urakan langganan guru BK, siapa yang tidak mengenal Arka si pembuat Onar SMA permata. Playboy kelas kakap.


Tidak sengaja Arka melihat Linzy wanitanya. Iya berjanji tidak akan melepaskan Linzy apapun keadaannya. Egois ya itulah Arka.


"Hai sayang mau kemana," ujar Arka sambil meranggkul bahu Linzy. Linzy tidak mempermasalahkan hal itu percuma memberontak.


 "Mau ke kelas lah ogeb," ucap Linzy dengan kesal, sudah tau jam masuk sebentar lagi jelas ia akan ke kelas.


"Gue anterin, ya?" tanya Arka.


"Zy, tungguin gue," ucap Gian, kakak kelas sekaligus seniornya di eksual karate, tak lupa juga rival Arka bermain basket.


"Zy, lo tunggu sini ya gue pesanin," ujar Gian. Arka yang berada di meja yang tak jauh dari Linzy mengepalkan tangannya.


"Sayang mau aku suapin."Arka menatap jijik ke arah Sinta yang bergelayut manja di lengannya. "Sinta kita putus," bentak Arka, entah marah kepada siapa. 

Kejadian itu tak luput dari perhatian Linzy, begitulah si brensek Arka tunangannya. Linzy tertawa miris atas fakta itu.

Beberapa tahun yang lalu


"Kamu emang anak pembawa sinyal Linzy, apa tidak cukup dengan mengambil istri saya," bentak Dino.


"Papa maafin Linzy. Linzy tidak tau gara-gara nyelamatin Linzy bang Ray...." Linzy tidak sanggup meneruskan ucapannya.


"Apa kata maaf bisa ngembaliin anak saya dan istri saya hah, Jawab Linzy," bentak Dino lagi dan mengayunkan tangannya untuk menampar Linzy.


"Linzy," ujar orang itu.


 "Arka apa Linzy anak pembawa sial."
"Nggak, Papa Dino becanda tadi, Linzy anak baik. Linzy tetap jadi kesanyangan Arka," ucap pemuda itu dengan memeluk Linzy.


"Linzy maaf, Arka harus pergi, Arka janji bakal balik lagi. "


Setelah kejadian 10 tahun yang lalu, Linzy menjadi dingin tak tersentuh.


Nesha mengepalkan tangannya kenapa Linzy selalu mengambil kebahagiaannya, tidak mama dan juga Gian.


"Siapa yang nyuruh lo masuk," ucap Nesha.


"Ini kelas gue serah gue lah, minggir lo."


"Berapa kali gue bilang sama lo, nggak usah dekatin Gian, lo emang murahan ya." Perkataan Nesha sangat menyakiti hati Linzy.


"Apa lo nggak ngaca, lo dan mama lo yang murahan," ucap Linzy dan berhasil membuat Nesha marah.


Nesha tidak tahan, dan menyambak rambut Linzy. Mereka bertengkar. Nesha berhasil membuat Linzy terjatuh. Tidak ada yang berani menolong Linzy, saat Nesha menumpahkan jusnya di kepala Linzy.


Linzy berdiri dan di bantu Gian. Ia menatap miris ke arah Arka, apa cowok itu tidak ingin membantunya, kenapa harus orang lain.


"Gian, tinggalin gue sendiri."


Linzy tidak menangis ia hanya menatap kosong, dengan jus belum dibersihkan.


"Ini ganti baju lo," ucap Arka melempar seragamnya tapat di muka Linzy.
Linzy hanya melirik sekilas.


***


"Linzy, berapa kali sih Papa bilang nggak usah nyari gara-gara sama, Nesha," ucap Dino dengan tegas. Linzy hanya memasang wajah datarnya.


"Ia maaf, Pa."


Selalu saja begini, Nesha selalu menggarang cerita dan membuat Papanya marah lagi dan lagi apakah papanya tidak berpikir itu sangat menyakiti Linzy, apakah ia harus mati baru papanya peduli, ia sepertinya itu pilihan terbaik.


Linzy mendengar, percakapan Papanya dan Nesha.


"Ia sayang, nanti papa suruh Arka kesini." Nesha memang licik begitu pikir Linzy.
Arka dikagetkan dengan notif yang ditunggunya, tumben wanita itu chat dirinya,senyuman tidak pernah luntur di bibir pemuda itu.


"Nak Arka kesini mau ketemu Linzy, masuk dulu."


"Iya Tante."


" Arka, temenin gue...." Belum sempat Nesha berbicara. Teriakan seseorang menghentikannya. "Arka kamu udah datang, yuk kita pergi," ucap Linzy merasa menang dari Nesha. Papanya hanya diam memperhatikan.


Di mobil


"Kita kemana?" tanya Arka.


 "Serah lo yang penting nggak di rumah."


"Ok." Hanya sebatas itu percakapan mereka.


Arka membawa Linzy di pinggir danau, danau yang menjadi kenangan indah mereka. Tentu saja Linzy mengingat dengan jelas kenangan itu. Tapi egonya terlalu tinggi untuk mengakui itu.


Tanpa permisi Arka mengengam tangan Linzy. "Tangan ini milik Arka, nggak ada yang boleh mengenggamnya selain Arka," ucap Arka sambil mencium tangan Linzy.


"Apa si lo ogeb, sok romantis lo." Linzy berucap dengan terbata-bata, ia tertegun dengan ucapan Arka.


Arka hanya tersenyum menikmati wajah malu Linzy, ia tau perempuan ini masih menyimpan perasaan padanya. Buktinya sampai sekarang Linzy tidak pernah meminta putus, walaupun Linzy meminta Arka juga tidak akan mengabulkannya.


"Arka, apa gue anak pembawa sial?" tanya Linzy dengan mengeratkan tautan tangan mereka.


Arka merasakan itu. "Nggak Linzy, siapa yang bilang gitu?" tanya Arka sambil membawa Linzy kepelukannya.


Linzy membalas pelukan  Arka


"Papa," jawab Linzy.


Arka mengeratkan pelukannya. "Arka apa gue harus mati supaya papa senang, gue ngerasa nggak punya siapa-siapa di dunia ini," sambungnya lagi. 

"Nggak Linzy, kamu punya aku. Aku akan selalu ada untuk kamu," balas Arka.


***
Tidak ada yang tau  apa masalah antara Nesha dan Linzy, mereka berdua di panggil ke ruang BK


"Linzy, kamu buat papa malu tau nggak, dasar anak pembawa sial," bentak Dino.

"Papa udah, Linzy dan Nesha sama-sama salah," ujar Mita.


Di meja makan Linzy hanya mendengar celotehan tak bermutu Nesha. "Papa, bisa ngagk atur jadwal makan malam aku sama Arka, hitung-hitung pendekatan," ucap Nesha.


 "Ia sayang," Linzy tertegun atas ucapan papanya.


Linzy lansung bangkit. "Papa tega sama Linzy," lirih Linzy dengan muka datarnya.


"Kamu itu anak...." Belum selesai Dino berucap Linzy langsung menyela.


"Anak pembawa sial, pembunuh ia kan pa," bentak Linzy.


Dino terkejut baru kali ini Linzy membentak. "Apa papa tau gimana perasaan aku, perasaan anak yang kehilangan ibunya, Bang Ray juga ninggalin aku, Pa. Apa Papa pernah ngerasain di posisi aku. Papa hanya bisa marahin aku atas semua kebohongan Nesha, apa pernah aku ngebalas perkataan Papa. Jawab Pa, aku salah apa sampai Papa sebenci itu sama aku." Linzy menghentikann ucapannya.


Dino hanya menatap Linzy dengan tatapan yang sulit diartikan.


"Lo juga Nesha, apa nggak cukup lo ngambil Papa dari gue. Sekarang lo mau Arka, dari lahir lo disayang, punya orang tua lengkap. Gue nggak pernah ngerasain kasih sayang orang tua. Gue nggak punya siapa-siapa lagi Nesha.  Apa lo pernah ngerasain di posisi gue hah!!!" bentak Linzy sambil melirik satu persatu anggota keluarganya. Ia melihat air mata kesedihan di pelupuk mata papanya, tapi itu terlambat.
 

***


"Arka kebetulan kamu di sini, tau kemana Linzy?" tanya Dino. 

"Arka kesini mau nanya Linzy, tadi Linzy tidak masuk sekolah." Perkataan Arka membuat Dino menyesali perbuatannya, apa Linzy semenderita itu. Tentu saja linzy menderita anak itu tidak pernah mendapatkan kebahagiaan sedari lahir. Ia merasa gagal menjadi ayah.


"Emang kenapa, Pa?"


"Linzy menghilang."


Arka terkejut dan langsung memasang wajah datar-sedatarnya."Aku tidak akan memaafkan kalian jika terjadi apa-apa sama Linzy." Final Arka dan lansung pergi dari sana.


***


"Linzy bangun ya, Arka akan bawa Linzy pergi jauh dari Papa. Linzy ayo bukak matanya, Linzy mau ninggalin Arka kita pergi sama-sama ya," lirih Arka sambil menatap Linzy yang terbaring koma, setelah aksi bunuh dirinya itu. Linzy ditemukan di tepi danau.


Semua orang yang berada di sana prihatin atas kondisi Arka. "Arka kamu pulang dulu, biar Papa yang jaga Linzy." Arka hanya menatap marah ke arah Dino.

 "Siapa yang nyuruh anda masuk, keluar anda dari sini." Mendengar itu membuat hati Dino hancur, selalu saja begitu Arka selalu marah jika ia datang menjenguk Linzy. Dino tidak baik-baik saja. Ia selalu saja marah nggak jelas dan selalu menyalahkan dirinya atas keadaan Linzy.

***


Linzy sadar dari koma,itu membuat Arka lega.


 Tapi sifat Linzy berubah bila berhadapan dengan Dino.


"Linzy maafin Papa, Papa sayang sama Linzy,"Linzy hanya diam tidak niat membalas ucapan Papanya, benar kata orang penyesalan datang dikemudian hari.


"Seseorang bisa peduli, setelah orang yang di sayangnya pergi."

END


Jambi, 28 Juni 2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun