Kayana melihat ke arah sumber suara. Ia berpikir keras apa ia akan melakukan itu atau tidak. Tidak ada pilihan lain.
Kayana berjalan tegesa-gesa dan sampailah ia di depan Raka.
“Pak tolong selamatkan ayah gadis itu.” Semua orang memusatakan perhatianya ke arah Kayana. Mereka semua berpikir apa Kayana ingin di pecat berbicara seperti itu dengan direktur rumah sakit ini.
Raka tidak memerdulikan perkataan Kayana dan segera berlalu dari sana.
“Bang Raka … Ana mohon kali ini saja selamatkan ayah gadis itu.”
Kayana memohon sambil memegang tangan Raka dengan sopan. Ia tidak peduli lagi dengan pandangan orang di sekitarnya.
Raka terkejut, Kayana memanggilnya dengan sebutan itu lagi, Ada rasa bahagia dibenak Raka. Rasanya Raka ingin merenguh tubuh kecil itu lagi, ia sangat merindukan Kayana.
“Bang, Ana mohon, Ana akan lakukan apa saja asalkan abang selamatin mereka,” kata Kayana sambil menahan isak tangisnya.
Raka hanya diam, masih mencerna keadaan.
“Bang, apa perlu Ana sujud agar abang setuju?” kata Kayana menanti reaksi Raka.
Kayana melihat Raka tidak melakukan apapun. Kayana pun melakukan perkataannya tadi ia ingin bersujud tapi pergerakannya di tahan Raka.