Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Musashi: The Journey of A Warrior & The Book of Five Rings (13)

18 April 2016   22:05 Diperbarui: 2 Juni 2016   20:45 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bennosuke memerhatikan empat orang itu? Kenapa? Mereka bukanlah murid-murid dengan kemampuan yang mencolok. Mereka biasa-biasa saja.

Atau dia sedang memilih lawan tanding? Lawan tanding yang sepadan dengannya. Tetapi keempat orang itu kemampuannya masih di atas Bennosuke – walaupun dalam hal tertentu mungkin saja Bennosuke lebih unggul daripada mereka, seperti apa yang dilakukannya terhadap Madajiro. Kurasa tak seorang pun di antara keempat orang itu mampu melakukan apa yang dilakukan Bennosuke – memukulkanbokkentepat di ibu jari tangan yang sedang bergerak menyerang – apalagi dengan bagian pipihbokken. Tetapi secara keseluruhan, dari segi ilmu pedang, pengalaman, jangkauan, kekuatan dan stamina, Bennosuke tidak akan bisa menang. Mereka memang tidak bisa menghantam ibu jari lawannya seperti yang dilakukan Bennosuke, tetapi jika mereka diserang seperti itu, dengan mudahnya mereka dapat mengelak … dan langsung balas menyerang.

“Putraku ingin menantang mereka?” tanya Munisai perlahan.

Dorin, inilah akibatnya kalau kau bermulut besar, sekarang kau harus menjelaskan semuanya! Dorin memaki dirinya sendiri.

Ia menggelengkan kepalanya, “Tidak, tidak jadi.”

“Hm,” Munisai seperti berdeham. Anak itu lebih cerdas dari yang kukira.

Ah, ternyata cuma “Hm”. Itu saja. Dorin menarik napas lega.

“Oh, ya, Dorin, sepertinya aku kurang memahami apa yang selama ini Anda ajarkan pada Bennosuke?” Dari nada suaranya, Munisai terdengar seperti menyalahkan Dorin.

Dorin tersentak mendengar pertanyaan itu – yang menurutnya lebih terdengar seperti sebuah teguran. Apa maksudnya?

Namun ia tidak memperlihatkan ekspresi wajah yang terkejut. Ia tetap bersikap biasa saja. Seorang biksu terbiasa melatih diri agar mampu mengendalikan perasaannya, seperti perasaan sedih, marah, kecewa, dan sebagainya.

Senyum tersungging di bibir Dorin. Apakah hal ini terkait dengan perkelahian antara Bennosuke dan Madajiro? Apakah Munisai menuduhnya telah lalai mendidik putranya itu? Apa pun itu, sudah menjadi kewajibannya untuk mengambil alih tanggung jawab atas perbuatan Bennosuke – jika anak itu telah bertindak bodoh, melakukan suatu perbuatan yang tidak berkenan di hati ayahnya. Dorin siap menerima teguran Munisai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun