Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Musashi: The Journey of A Warrior & The Book of Five Rings (13)

18 April 2016   22:05 Diperbarui: 2 Juni 2016   20:45 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tiba-tiba suatu peristiwa terlintas di benaknya. Itulah sebabnya Bennosuke terkadang berlatih dengan duabokken. Masing-masing tangannya memegang sebilahbokken. Bukan semata-mata karena keunggulannya – seperti mampu menyerang dua kali lebih banyak, tetapi juga untuk melatih tangan kirinya agar bisa berfungsi sama baiknya seperti tangan kanannya. Jika tangan kanannya cedera, dia masih memiliki tangan kiri yang kemampuannya setara dengan tangan kanannya. Apa yang bisa menghentikan Madajiro – cedera pada ibu jari tangan kanan, tidak akan mampu menghentikan Bennosuke.

Munisai terdiam sejenak – entah apakah saat itu ia sedang memikirkan hal yang sama dengan yang  dipikirkan Dorin atau ada hal lain lagi yang membebani pikirannya.

Ia lalu melanjutkan perkataannya. “Pukulan Bennosuke tepat mengenai persendian jari-jari tangan itu dengan kecepatan dan kekuatan yang terukur.”

Dorin terus menyimak.

“Apa yang dilakukannya itu sepintas kelihatan sepele, namun sebenarnya hal itu bukan sesuatu yang mudah dilakukan.” Bergerak cepat menghindari serangan sambil memukul tepat ibu jari tangan lawan yang menyerangnya …

“Tidak bisa dipraktikkan hanya dengan latihan sebulan-dua bulan. Anak itu berlatih pedang lebih tekun dari perkiraanku. Tidak banyak muridku yang bisa melakukan apa yang dia lakukan.”

Dorin jadi penasaran. Tidak banyak muridnya yang bisa melakukan apa yang dilakukan Bennosuke?

“Apakah termasuk empat orang murid Anda yang bernama Sannosuke, Madaemon, Yanabe, dan Matachiro?” tanyanya.

Munisai menampakkan wajah terkejut – sekilas, tidak ada gerakan apa pun di wajahnya, tidak bibirnya, tidak alisnya, tidak juga bola matanya, hanya saja sinar matanya seperti berkilat sesaat. Nyaris tidak terlihat, tetapi Dorin sempat menangkap ekspresi tersebut.

Celaka! Aku kelepasan bicara. Dorin mengeluh dalam hati.

Berbagai macam hal muncul dalam benak Munisai ketika ia mendengar Dorin menyebutkan keempat nama itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun