Bennosuke lalu mengarahkan ranting itu, menunjuk ke sisi kanannya. “Lalu Sannosuke akan bergerak ke samping kirinya untuk kemudian balas menyerang.”
Dorin terus memerhatikan.
“Tetapi, kalau ketika ia mundur aku terus maju, mengejarnya, dan mengayunkan pedangku seperti ini.” Bennosuke bergerak ke kiri – berlawanan dengan arah gerak Sannosuke, lalu mengayunkan pedangnya dengan cepat ke posisi di mana Sannosuke seolah-olah berada. “Dia akan kalah.”
Dorin terperanjat. Ia mengakui gerakan Bennosuke betul-betul cepat dan ayunan tangannya kuat.
“Tetapi bagaimana kalau ia bergerak ke samping kirimu dan bukannya ke kananmu?” tanya Dorin.
Bennosuke menghentikan gerakannya dan menghampiri Dorin. Ia lalu berjongkok di hadapan biksu itu dan mengambil serpihan ranting yang ukurannya lebih kecil sedikit dari sebuah sumpit. Ia menggunakan serpihan ranting itu untuk menggores tanah, menggambarkan posisi dua orang yang sedang bertarung itu.
“Sannosuke,” katanya sambil menggambarkan sebuah tanda silang.
“Bennosuke,” katanya lagi sembari menggambarkan tanda silang yang lain di hadapan tanda silang yang pertama.
“Bennosuke maju menyerang,” Bennosuke menggambarkan garis lurus dari tanda silang kedua menuju tanda silang pertama. “Sannosuke mundur untuk menghindari serangan Bennosuke.”
Bocah itu terus menggambar garis-garis di antara kedua tanda silang itu. Ke kiri atau ke kanan gerak mundur Sannosuke, tanda silang yang merepresentasikan Bennosuke terus mengejarnya.
“Dari mana kamu bisa menduga kalau ia akan mundur ke kiri atau ke kanan?” tanya Dorin.