Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Musashi: The Journey of A Warrior & The Book of Five Rings (11)

5 April 2016   21:40 Diperbarui: 2 Juni 2016   20:46 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Oh, karena kupikir aku bisa mengalahkan mereka,” jawab Bennosuke setelah berpikir sejenak.

“Maksudmu, dari sekian banyak murid ayahmu, mereka berempat yang paling lemah?” tanya Dorin lagi.

Bennosuke menggelengkan kepalanya.

“Tidak. Yang lebih lemah dari mereka banyak,” katanya perlahan. “Hanya saja … aku sepertinya melihat keempat orang itu memiliki kelemahan yang mencolok. Mereka kuat tetapi sekaligus lemah. Kuat dalam hal tenaga, lemah dalam hal teknik dan kecepatan. Tetapi aku juga tidak mengerti mengapa murid-murid yang lain kebanyakan tidak mampu mengalahkan mereka?”

Dorin terus menyimak.

“Aku tidak bermaksud mengatakan kalau teknik berpedangku lebih baik dari keempat orang itu, tetapi aku yakin analisisku tepat. Aku tahu cara menghadapi mereka. Kecepatan gerakanku juga mampu menyaingi kecepatan gerakan mereka. Kalau membandingkan kekuatan ayunan pedang, tentunya tenaga mereka lebih kuat dari tenagaku.”

Lagak bicaranya seperti orang dewasa saja.

Selama ini Bennosuke memang lebih sering mengikuti dan menyimak pembicaraan orang dewasa. Dorin pun sering kali menggunakan kata-kata yang rumit ketika membahas tentang kisah kepahlawanan di Chuugoku, menerangkan tentang ajaran Koushi, menjelaskan seni perang Sonshi, dan lain sebagainya. Tidak mengherankan bocah itu menjadi terbiasa menggunakan kata-kata yang terdengar formal ketika ia berbicara. Bennosuke tidak merasa ada yang aneh ketika ia mengatakan hal-hal seperti itu. Dari apa yang didengarnya, banyak tokoh terkemuka di Chuugoku sudah memperlihatkan bakat dan kepandaian mereka di usia yang kurang lebih sama dengan usianya saat ini.

Sousou (Cao Cao), salah seorang penguasa dalam Sangoku Engi, memiliki seorang putra yang sangat cerdas, bernama Souchuu (Cao Chong). Kecerdasan Souchuu sudah terlihat semenjak ia masih anak-anak. Dikisahkan Sousou menerima pemberian seekor gajah dari Sonken (Sun Quan) – seorang panglima perang wilayah selatan. Sousou ingin mengetahui berapa berat binatang yang sangat besar itu. Tetapi tak seorang pun pejabat yang tahu bagaimana cara menimbang gajah itu. Souchuu kemudian menyarankan agar gajah tersebut ditempatkan di sebuah kapal, kemudian di bagian lambung kapal yang terbenam itu diberi tanda. Setelah itu gajah tersebut dipindahkan ke daratan dan kapal dimuati dengan beban yang terukur hingga bagian lambung kapal terbenam persis di bagian yang sebelumnya diberi tanda. Dengan demikian berat gajah tersebut dapat diketahui. Sousou begitu gembira mendengar apa yang dikatakan putranya itu. Ia memuji kecerdasan putranya di hadapan para pejabat yang tidak bisa menemukan cara untuk menimbang gajah itu.

Cerita tentang anak-anak yang cerdas dan berbakat tentu menginspirasi Bennosuke. Tetapi ia tidak pernah menganggap dirinya memiliki kecakapan atau talenta seperti anak-anak tersebut. Ia lebih memilih berlatih ilmu pedang ketimbang belajar sejarah.

Walaupun Bennosuke berkata dengan penuh percaya diri, tidak terdengar kesombongan dalam nada bicaranya. Ia berkata apa adanya berdasarkan pandangannya yang objektif. Ia tidak menganggap kemampuannya menang atas lawan karena tekniknya lebih baik dari mereka. Ia merasa kemampuannya masih jauh dari sempurna. Logika berpikir yang sederhana dari seorang bocah, tanpa prasangka, tanpa keinginan untuk dianggap hebat, tetapi semata-mata hanya untuk membuktikan kemampuannya dan apa yang diyakininya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun