“Memangnya sudah berapa lawan yang kaukalahkan?” tanya Dorin asal saja – sebenarnya dia bertanya untuk mengalihkan pembicaraan saja lantaran dia malas diminta menonton latihan pedang keponakannya itu.
Bennosuke berhenti memahat. Dia terlihat seperti berpikir.
“Kurasa empat atau lima orang,” jawabnya kemudian.
“Eh?” Dorin terkejut.
Dia sudah mengalahkan empat-lima orang?
Dia membayangkan anak kecil itu memukuli anak lain dengan bokken-nya itu – bokken yang sudah hancur empat batang.
Jangan-jangan dia menggunakan bokken-nya untuk memukuli anak-anak, bukannya memukuli pohon di hutan.
“Kamu memukuli anak orang, Bennosuke? Anaknya siapa?” tanya Dorin sambil tangannya mengguncang-guncang bahu Bennosuke. Biksu itu terdengar seperti menahan amarah.
Capek-capek aku mengajarinya melatih diri, bersabar, dan bermeditasi, eh anak ini malah berkelahi dengan anak-anak lain!
Bennosuke melongo mendengar pertanyaan Dorin. Ia menatap Dorin dengan bingung.
“Apa maksud Paman?” tanyanya. “Aku tidak memukuli siapapun.”