Wajahnya menunjukkan kalau dia memang tidak berbuat seperti yang diduga Dorin.
Dorin menatap lurus ke arah Bennosuke. Dia memerhatikan ekspresi wajah bocah itu serta tatapan matanya.
Anak ini tidak berbohong.
Dorin jadi merasa tidak enak hati karena terlalu cepat mengambil kesimpulan.
Ya, siapapun akan berpikiran seperti itu kalau melihat tampang anak ini. Romannya seperti anak bengal dan tatapan matanya tajam menakutkan seperti bandit atau penjahat. Eh, bukan, seperti Munisai yang sangar.
“Lalu, empat-lima orang itu siapa?” tanya Dorin lagi – kembali ke persoalan semula.
“Oh, itu …” sahut Bennosuke – seperti acuh tak acuh. “Mereka murid-murid Ayah.”
Apa? Dia bisa memukuli murid-murid Munisai? Yang benar saja?
Antara percaya dan tidak – tetapi Dorin sepertinya menjadi bingung sendiri menghadapi Bennosuke dan segala hal yang ada di pikiran bocah itu.
“Menurutku, sih …” kata Bennosuke lagi.
Dorin langsung merasa lega.