Hafid merasa kebingungan dengan pertanyaan mendadak dari Putri, namun kemudian dia menggeleng. "Nggak, aku nggak percaya. Buat apa juga aku percaya? Buang-buang waktu saja," ujarnya dengan datar.
Putri tersenyum. Lalu, dia mengajak Hafid pergi ke suatu tempat yang tidak jauh dari rumahnya yang langsung dituruti oleh Hafid. Tempat di mana semua orang bisa berekreasi bermain air. Tempat itu adalah pantai. Suasana yang terasa hening dengan suara deburan ombak yang mencapai bibir pantai yang menenangkan hati, dan suara jangkrik mengerik saling bersahutan menemani mereka saat ini. Di bawah sinar bulan purnama, Putri berjalan terlebih dahulu ke bibir pantai yang disusul oleh Hafid di belakangnya. Setelah itu mereka berdiri bersampingan. "Hafid, kamu bisa jaga rahasia dulu nggak? Soalnya ini penting banget," pinta Putri padanya.
Hafid mengangkat bahu lalu mengiyakan permintaan Putri. "Dulu, aku 'kan pernah bilang ke kamu kalau ada putri duyung di sekitar pantai ini. Masih inget nggak?" tanya Putri.
Hafid menoleh. "Hooh, sampai aku ngambek banget ke Mba. Soalnya aku dibohongi saat itu," sahutnya dan Putri terkikik mendengarnya. "Memangnya kenapa, Mba?" sambungnya.
Putri memajukan dagu, isyarat untuk melihat ke depan sana. Hafid menurut dan alangkah terkejutnya dia. Sesaat dia langsung membatu ketika ada sebuah makhluk mirip lumba-lumba yang berenang muncul ke permukaan dan berenang ke arah mereka. Setelah sampai, nampak riak gelombang air laut yang bercahaya, memancarkan warna biru seiring dengan kedatangannya. Terpampang jelas dia manusia setengah ikan yang berjenis kelamin perempuan. Dia memiliki rambut sebiru air laut dan mata yang bersinar seperti permata zamrud. Tidak salah lagi, makhluk yang ada di hadapan Hafid saat ini adalah sosok putri duyung yang nyata.
"Hai, Putri dan adik sepupunya Putri! Apa kabar kalian di malam yang indah ini?" sapa si mermaid dengan ramah. Dia mengambil posisi duduk menyamping agar bisa mengobrol dengan leluasa.
Ketika Hafid masih tercengang dengan apa yang baru saja dilihatnya, justru Putri menyapa balik wanita tersebut seakan teman akrab. Dia berjongkok lalu berkata, "Halo, Amelia! Kami baik-baik saja. Terima kasih sudah mau menyambut kami," sapa balik Putri sambil tersenyum.
Tiba-tiba Putri menarik paksa lengan Hafid sampai ia terduduk di samping persis kakak sepupunya itu. "Diem-diem bae! Kenalin, dia ini Amelia. Putri duyung yang bertempat tinggal di sekitar sini. Kami sudah lama kenal, kira-kira sekitar tujuh tahun," kata Putri memperkenalkan Amelia, temannya, kepada Hafid. "Amelia, perkenalkan dia Hafid. Adik sepupunya aku yang nggak pernah percaya kalau putri duyung itu ada dan cuma mitos 'aja," lanjutnya dengan memperkenalkan adik sepupunya kepada Amelia. Hafid yang tidak terima dengan perkenalan tadi, melirik tajam kepada Putri yang dibalas dengan menjulurkan lidah, pertanda meledek.
"Haha, santai saja! Kami memang menyembunyikan hawa keberadaan kami dari manusia karena beberapa alasan tertentu," ucap Amelia dengan santai. "Yah, kesampingkan tadi. Aku memohon sama Putri supaya membawa kamu ke sini, Hafid. Ada yang ingin aku bicarakan ke kamu, bisa tidak?" lanjutnya.
Hafid segera mengangguk. "Boleh saja, silahkan ..."
"Panggil aku Tante Lia. Umurku memang sudah lebih tujuh abad lamanya," jelas Amelia sambil tersenyum.