Mohon tunggu...
Rucika GalvaniPutri
Rucika GalvaniPutri Mohon Tunggu... Lainnya - XII MIPA 6 - SMAN 1 PADALARANG

CIK

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

JALAN MENUJU ROMA

8 Februari 2021   15:02 Diperbarui: 8 Februari 2021   16:43 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Hari Rabu, aku dan Kak Citra datang lagi ke Jakarta Culinary Center untuk tes tulis, seperti biasa Ka Citra sangat setia menemaniku. Setelah selesai tes tulis, tes selanjutnya adalah tes praktek yang dilaksanakan tiga puluh orang dalam setiap ruangan untuk memasak sesuatu yang kita bisa. Makanan yang enak dan menarik perhatian juri akan dianggap lolos ke seleksi berikutnya. Dan akhirnya tes hari ini bisa aku lewati dengan lancar.

Pengumuman untuk tes hari ini akan diumumkan besok pagi, peserta yang lolos hanya lima puluh orang dari dua ribu peserta karena sekolah ini adalah sekolah terbaik di Jakarta sehingga persaingannya sangat ketat. Rasanya aku tidak akan bisa lolos ke seleksi berikutnya karena perbandingan siswa yang daftar dan siswa yang lolos seleksi tahap pertama sangat jauh sekali. Panitia mengumumkan jika ada yang lolos seleksi tahap pertama, minggu depan akan ada seleksi tahap kedua, seleksi ini berupa praktek memasak lagi tetapi nanti bahan-bahan makanannya akan ditentukan mendadak dan jika aku ingin lolos, aku harus bisa mengolah bahan makanan itu dengan waktu dua jam.

***

Keesekokan harinya aku dan Kak Citra datang lagi kesana, dan ternyata namaku tertulis diantara lima puluh orang yang lolos seleksi tahap pertama. Kak Citra langsung memelukku “Kali ini adalah pertempuran yang sebenarnya”, ucap Kak Citra menaruh harapan kepadaku. “Aku yakin aku bisa masuk lima terbesar diantara lima puluh orang yang lolos di tahap pertama, aku percaya ini adalah jalanku menuju Roma yang sesungguhnya”, ucapku optimis.

Sesampainya dirumah, aku selalu memberitahu kejadian yang seharian ini aku alami kepada semua orang yang ada di rumah. Rasanya aku ingin memberitahu ibu dan bapak di desa, tetapi itu tidak mungkin karena Nia dan Ita memberi kabar kepadaku jika bapak dan ibu tidak menanyakanku lagi, mereka sedang sibuk di sawah mengurus hasil panennya. Saat aku dirumahpun aku sering dianggap ada dan tidak ada karena mungkin ibu dan bapak sudah malas mendengarkan mauku tentang sekolah ke kota.

***

Keesokan harinya, aku akan menjalani tes lagi, saat akan mulai tes, panitia menyuruh lima puluh peserta yang ada dalam ruangan untuk membuka handphonenya sampai selesai tes dan masuk kedalam suatu website khusus yang berisi macam-macam bahan yang harus digunakan dan di website itu ada beberapa soal yang harus kerjakan, jadi aku harus fokus memasak dan mengisi soal itu.

Saat itu aku sangat takut, perasaanku tidak karuan karena dari kemarin aku tidak menyalakan handphoneku, aku yakin ibu pasti meneleponku dari kemarin. Dan ketika aku menyalakan handphone, terlihat notifikasi sepuluh kali panggilan tidak terangkat, dan aku yakin pasti ibu akan meneleponku lagi jadi aku harus berusaha untuk  fokus dalam tes ini. Meskipun ibu tidak telalu khawatir karena aku tidak ada rumah sudah dua minggu, tetapi ibu dan bapak pasti merasa cemas juga karena aku pergi selama ini.

Ketika mulai memasak, handphoneku terus berbunyi karena ibu menelepon, jika aku angkat telepon itu aku pasti akan kehilangan waktu untuk memasak. Sampai akhir aku harus menjalankan tes ini ditemani handphoneku yang terus bergetar karena aku silent. Seleksi hari ini sangatlah berat bagiku karena aku mengabaikan telepon dari ibu dan terus memasak dengan pikiran kacau. Semua ini membuatku menjadi pesimis untuk mendapatkan posisi lima besar.

Akhirnya tes praktik terakhir selesai, saat keluar ruangan aku langsung memeluk Kak Citra dengan meneteskan air mata. Lalu aku ceritakan semuanya kepada Kak Citra “Kamu udah berusaha sebisa kamu, untuk hasil serahkan saja pada Allah karena jalan menuju Roma itu sangat banyak Ri, tidak hanya mengikuti tes beasiswa disini saja”,ucap Kak Citra. Kak Citra juga memberitahuku, jika ibu dan bapak sudah tau kepergianku ke kota karena Nia dan Ita sudah kehabisan alasan untuk menutupi kebohongan ini. Perasaanku semakin hancur seperti kaca yang pecah. Kak Citra terus memberikanku semangat sampai akhirnya aku bisa melewati hari ini meskipun terasa berat sekali, apalagi jika tidak ada Kak Citra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun