Kinan menoleh, “Untuk?”
“Untuk segalanya,” jawab Ardi. “Untuk bertahan bersamaku, untuk Gavin, dan untuk kehidupan yang kita bangun bersama ini.”
Kinan tersenyum, menyandarkan kepalanya di bahu Ardi. “Kita yang membangunnya bersama, Di. Dan kita akan terus membangunnya, untuk masa depan yang lebih cerah di depan kita.”
Ardi mengangguk, merasa optimis menghadapi hari-hari yang akan datang. Ia tahu perjalanan mereka masih panjang, tapi dengan Kinan dan Gavin di sisinya, ia merasa bisa menghadapi apapun.
Setelah beberapa jam, sore pun tiba. Suara kendaraan terdengar mendekat. Ardi menoleh dan melihat Nadia dan Rangga datang berkunjung. Mereka disambut dengan hangat dan langsung bergabung bersama keluarga kecil itu.
Sambil menikmati buah yang dibawa Nadia, mereka berbincang-bincang tentang berbagai hal, mulai dari rutinitas hingga rencana bisnis. Suasana semakin akrab seiring dengan tawa dan cerita yang mengalir. Tak terasa, sudah lama mereka berbincang, dan hari mulai beranjak malam.
Akhirnya, Nadia dan Rangga merasa sudah saatnya untuk pamit pulang. Mereka mengucapkan selamat tinggal dan melangkah pergi, meninggalkan Ardi yang masih duduk di teras rumah.
Ardi memandangi kebun yang kini berkilau diterangi lampu-lampu kecil. Suasana tenang dan nyaman membuatnya merasa damai. Tak lama kemudian, Kinan bergabung, membawa dua cangkir teh hangat.
“Gavin sudah tidur?” tanya Ardi sambil tersenyum.
Kinan mengangguk, “Iya, dia kecapean setelah seharian bermain.”
Mereka duduk dalam keheningan yang nyaman, menikmati sepoi angin malam dan aroma tanah yang menyegarkan.