"Aku tidak tahu lagi, apa yang harus kuperbuat, Rain." Snow menyeka air mata untuk kesekian kalinya, dia duduk dengan hati-hati di cabang pohon yang kuat. "Semua hilang sekarang, dan aku juga tidak tahu, apa kita akan ada yang menyelamatkan, atau tidak?" Snow sepertinya kehilangan harapan.
Rain tidak bisa mendatangi Snow dan menghiburnya dengan dekat karena dahan pohon yang mereka naiki terbilang cukup jauh.
"Aku percaya, meskipun kamu tidak percaya." Rain melihat ke arah lain, ke arah lumpur dan air bendungan yang jebol dan membanjiri desa mereka.
Snow heran dengan Rain, bagaimana bisa dia memiliki harapan di saat-saat seperti ini?Â
"Tak ada jalan keluar Rain. Sampai kapan kita terjebak di atas pohon, tanpa makanan. Dan sepertinya semut-semut merah sudah mulai menaiki pohon ini." Snow menepuk-nepuk tangannya yang mengeroyok tangannya. Rain segera memikirkan cara agar mereka bisa terbebas dari semut-semut itu.
"Sepertinya kita harus pindah tempat..." Rain memberikan ide yang membuat Snow langsung ingin bilang bahwa Rain tak waras, dari mana mereka bisa pindah dari pohon itu, karena tak ada tempat untuk berlindung lagi. "Arah kananmu, ada kasur milik warga desa yang hanyut oleh air. Kita harus segera pindah, kamu bisa ambil dahan di sampingmu?"
Snow terkagum-kagum dengan ide gila milik Rain.
"Kamu sudah tak waras? apa cukup satu kasur itu dengan kita berdua?"
"Kasur itu ada tripleknya, dan aku lihat cukup tebal, sepertinya akan cukup dan kuat menahan kita." Rain memberi alasan, "Setidaknya kasur itu tidak ada semutnya." Karena terlalu lama berbasa-basi Rain segera mematahkan cabang pohon yang cuku besar, seukuran lengan kurusnya, untuk menarik kasur itu mendekat ke pohon itu. Dengan cara yang membuat Snow menggelengkan kepalanya, Rain berhasil menarik kasur itu mendekat kearah pohon di mana mereka berada.
Kaki kurus Rain melompat dan mendarat dengan susah payah di atas kasur yang bergoyang-goyang di atas air banjir, menjadi tidak stabil karena berat badannya. Snow memejamkan mata, dia tidak ingin melihat Rain tercebur di air banjir lumpur.
"Benar kan? Tidak tenggelam. Aku sudah memperkirakannya, Snow." Rain membentangkan tangannya, bangga terhadap perhitungannya yang tepat. Mata Snow kemudian mengintip sedikit, lalu terbuka. "Melompatlah, aku akan menangkapmu!" Seru Rain, Snow yang semula ragu-ragu dengan kasur yang mengambang itu, kini dia percaya, sedikit kepercayaan timbul dalam hatinya.