"Tidak, aku hanya ingin memiliki adik perempuan sepertimu, tapi sepertinya mustahil." Rain menaiki sepedanya dan segera pamit kepada Snow.
Snow hanya mengangkat bahunya ringan, dan melanjutkan menyapu dedaunan yang sudah berguguran tertiup angin. Sebentar lagi akan memasuki musim penghujan.
Snow tahu bahwa pekerjaannya akan lebih berat lagi ketika musim penghujan tiba. Dia akan selalu mengepel lantai yang kotor dan akan kesulitan menjemur pakaian anak-anak panti.
Apakah ada keajaiban? batin Snow dalam hati, mengamati langit yang kini berawan putih, menyembunyikan warna birunya langit.
***
Pekerjaan yang melelahkan harus membersihkan kandang seperti ini, setiap harinya. Rain menggosok pagar kandang sapi yang tertutup dengan lumpur bercampur dengan kotoran sapi. Sesekali dia menyeka wajahnya yang terlihat penuh dengan keringat. Semua dilakukannya sendiri, tanpa bantuan dari orang lain.Â
"Sapi," dia mengajak berbicara hewan di sebelahnya, seolah-olah sapi-sapi itu bisa mengerti bahasa manusia. "seandainya, aku memiliki adik, pasti pekerjaanku tak akan berat seperti ini ya?" Rain menatap wajah sapi di sebelahnya, dia sadar bahwa sapi tak akan sanggup mengabulkan permintannya, alih-alih mengabulkan, berbicara saja sapi itu tak sanggup, dia kemudian menepuk-nepuknya perlahan lalu kembali kepada pekerjaannya.Â
Mungkin akan terasa lebih berat lagi jika hujan akan turun, entah esok hari atau beberapa hari kedepan.
Rain mendengus kesal. "Apa ada keajaiban ya, untukku?" Matanya mengamati langit yang berawan putih. Awan yang sama menaungi Rain dan Snow, di pedesaan itu.
***
Rain mengayuh sepedanya dengan cepat pagi ini, karena hujan lebat turun. Tak bisa menghindar Rain harus mengantarkan botol-botol susu yang sudah mendingin, semua rumah pelanggannya sudah dikirim, namun tinggal rumah panti asuhan tempat Snow berada belum mendapatkan susu segar darinya.