Mohon tunggu...
Ronaldo Tengker
Ronaldo Tengker Mohon Tunggu... Penulis - Writer

The Author of: The Unconditional Love (2012), Beautiful Exchange (2013), Everlasting Love (2015), FriendShape (2015), The One I Love (2016), Romeo and Julio (2017), The Unconditional Love 2 (2021), You Only Love Once (soon)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Let Me Be Your Miracle (Cerpen Natal)

24 Desember 2019   07:53 Diperbarui: 24 Desember 2019   07:53 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Snow mengayuh sepedanya, merasakan udara pedesaan itu yang masih terasa sejuk, meski di siang hari atau musim kemarau sekalipun.

Rumah Pak Sendy hanya terpaut lima anak sungai saja dari panti asuhan. Snow memberhentikan sepedanya menggunakan kakinya, tak ada rem yang tersematkan di sepeda usangnya. Snow memarkirkan sepedanya diapit diantara dua pohon di depan rumah Pak Sendy.

"Permisi," Snow memanjangkan lehernya, melihat pekarangan rumah Pak Sendy, mencari-cari keberadaan Pak Sendy. Snow mengulanginya lagi, "Permisi," kali ini lebih lantang.

"Iya," terdengar suara seorang lelaki dari belik rumah, terdengar samar, tetapi Snow yakin kalau itu bukanlah suara Pak Sendy. Lelaki itu setengah berlari menyahuti suara Snow. "Hei, Snow." sapa lelaki itu.

Raindy. Snow seakan mengeja nama lelaki empat tahun di atasnya.

"Iya." Snow hanya menyerahkan uang yang seperti diperintahkan Bu Santi. "Ini uang untuk persediaan di panti kami, sebulan ke depan, ya, Kak Rain." Senyum milik Snow mengiringi kalimatnya.

"Oh, Baik, nanti aku sampaikan ke Ayah, besok pagi akan aku antar persediaannya ya." Raindy mengambil uang yang diserahkan Snow dengan sopan. "Terima kasih, Snow." Rain mengibarkan uang di tangannya.

Snow hanya mengangguk dan segera pergi dari tempat itu.

Sepeda Snow tak cepat, namun tak lambat, dia selalu terpukau dengan pemandangan bendungan yang berada di desanya, terlihat besar dan menampung banyak air. Di desa itu hanya bendungan itu yang terasa seperti obyek wisata di desanya.

Di atas bebatuan, di dekat sungai yang tak jauh letaknya dari bendungan itu, Snow duduk. Batu yang terasa basah dan memiliki aroma lumut yang sangat kuat. Pandangan Snow terlempar ke arah bendungan yang tak jauh dari sungai itu, Bandungan yang megah itu sudah berdiri seperempat abad, demikian cerita Bu Santi kepada Snow.

Sejenak dia melupakan tugas dan kejenuhannya di dalam panti asuhan. Namun, Snow tidak terlena dengan keasyikannnya memandangi bendungan itu, dia segera menyudahi dan segera beranjak dari tempatnya. Banyak anak-anak sebaya dengannya sedang bermain-main di sungai. Snow terkekeh ketika melihat beberapa anak yang terlihat bahagia walau hanya bermain air sungai. Tapi, dia tidak bisa sebebas anak-anak itu. Dia harus melanjutkan tugasnya di panti asuhan, masih ada beberapa gunung baju yang menunggu untuk disetrika olehnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun