Nilai-nilai filosofis yang muncul dari rahim bumi Manggarai itu sendiri dan menjadi pedoman hidup masyarakat Manggarai dalam membangun komunitas sosial. Ada pun nilai-nilai filosofis yang diperdalami penulis dalam paper ini adalah sebgai berikut;
Filsafat Sosial dan Politik (Nilai Demokrasi dan Keadilan)
Tanah ulayat merupakan hak komunal seluruh warga masyarakat adat yang mendiami suatu tempat. Oleh karena itu setiap warga berhak mengolahnya untuk pemenuhan kebutuhan hidup terutama kebutuhan ekonomi.Â
Masyarakat lokal zaman dulu umumnya memiliki kebijaksanan-kebijaksaan lokal yang mengatur pola pengolahan lahan umum agar tidak saling bertentangan satu sama lain.Â
Pola-pola klasik ini mengarahkan manusia untuk hidup dalam harmoni dengan sesama dan lingkungan alam. Pola atau skema inilah yang membimbing manusia kepada yang benar dan sesuai harapan umum.
Konstruksi filosofis sawah lodok memberi makna pada sistem pemerintahan masyarakat Manggarai. Pada zaman dahulu kala sistem pemeritahan masyarakat Manggarai bersifat monarki-kerajaan. Dalam persepektif filosofis sawah lodok, Raja itu mendiami lodokkarena dia adalah pusat atau pemimpin sebuah kerajaan.Â
Sedangkan langang (batas di antara moso-batasan antara lahan warga) dan cicing (batas paling luar) itu diibaratkan para dalu (zaman sekarang; camat dan kepala desa/lurah) yang memimpin komunitas masyarakat tertentu (moso).Â
Dalu adalah pelindung masyarakat dan Raja. Mereka adalah pintu masuk untuk dapat menjumpai raja, masyarakat dan pintu masuk bagi orang lain untuk masuk dalam suatu komunitas masyarakat tertentu. Hanya ada satu pusat kerajaan yakni lodok.Â
Para dalu (langang dan cicing) harus bekerja sama dalam melindungi masyarakat, raja dan tanah ulayat. Jika ada masalah jangan bawa ke luar, tetapi harus dibawa ke dalam untuk bermusyawarah.Â
Dalam pengertian ini sawah lodok menyumbangkan sebuah pemikiran filosofis bahwa sebuah sistem pemerintahan akan menjadi kuat dan kokoh jika ada kerja sama di anatara setiap elemen pemerintahan termasuk masyarakat itu sendiri.
Jadi, sawah lodok dicermati dari ritual dan konstruksi filosofis pembentukannya mengandung makna demokrasi (politis) yang luhur. Demokrasi secara etimologis-klasik dipahami sebagai kepentingan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.Â